Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten Media Partner
Museum di Jogja Gelar Pameran Temporer, Terinspirasi dari Karya Lisan
12 Desember 2020 17:29 WIB
ADVERTISEMENT
Salah satu museum di Jogja kembali menggelar sebuah pameran yang terispirasi dari kebiasaan tradisi karya lisan. Hal ini menjadi salah satu cara untuk memperkenalkan kedekatan masyarakat Jawa khususnya Jogja terhadap tradisi lisan.
ADVERTISEMENT
Acara yang digelar di Museum Sonobudoyo ini mengambil tajuk Jayengtilam, Sastra Lisan dan Pembentukan Identitas Lokal. Penyelenggaraan pameran ini menjadi momentum peringatan ulang tahun museum yang ke-85 tahun. Dan mengambil inspirasi dari tradisi lisan dalam budaya Jawa di masa lampau.
Bahkan sampai saat ini, tradisi lisan terus diproduksi sebagai produk kebudayaan di tengah berkembangnya tradisi tulis. Istilah Jayengtilam sendiri merupakan terminologi dari Bahasa Jawa yang terdiri dari 3 kata jayang ing tilam atau berjaya di peraduan. Hal ini merepresentasi banyaknya kebudayaan lisan yang berkembang di tempat tidur, seperti halnya dongeng sebelum tidur.
Menurut Setyawan Sahli, Kepala Museum Sonobudoyo, pemilihan judul tersebut terinspirasi dari aktivitas tutur yang dilakukan orang tua kepada anaknya sesaat sebelum tidur. Tujuannya tentu sebagai upaya penanaman nilai moral maupun norma-norma, kadang kala juga menceritakan tentang leluhur.
"Tajuk Jayengtilam juga merupakan nama dari tokoh Panji, yaitu Panji Jayengtilam. Nama Jayengtilam kemudian diadopsi sebagai bagian dari tajuk pameran sebab berkaitan dengan kesejarahan cerita Panji. Pada mulanya cerita Panji sebagai maha-karya sastra dari Nusantara terlebih dahulu disebarkan melalui tradisi lisan," ujarnya.
ADVERTISEMENT
"Barulah setelah bertransformasi sebagai identitas lokal Daha dan Jenggala, cerita Panji kemudian dipahatkan pada relief-relief candi. Dari sisi inilah kolaborasi ide, sejarah, dan kekayaan nusantara diboyong dalam pameran," imbuh dia.
Sampai saat ini, tradisi lisan di masyarakat masih terus berkembang hingga saat ini. Bahkan pewarisan budaya lisan sebagai identitas lokal masih terus dilakukan. Mitos, gugon tuhon, legenda urban, atau sekedar cerita-cerita setempat menjadi potret nyata dari kelestarian tradisi lisan. Fenomena inilah yang dijadikan pendorong ide kreatif museum untuk menggelar pameran akhir tahun.
Pameran tersebut menghadirkan 7 ruang utama dengan berbagai koleksi dan penceritaan serta 1 ruang interaksi yang akan memanjakan pengunjung mendengarkan tradisi tutur. Setiap ruang akan berdiri sebagai penceritaan yang mandiri. Pengunjung tentu akan dimanjakan dengan narasi yang dibangun dalam pameran ini. Cerita tentang Wayang Beber Panji, Wayang Setanan, Astabrata, Kanjeng Ratu Kidul, hingga topeng dan pasren mewarnai setiap sudut ruang pamer.
ADVERTISEMENT
Pameran temporer yang digelar sejak tanggal 6 November hingga akhir tahun 2020. Masyarakat yang akan menyaksikan tidak dipungut biaya apapun.
Pengunjung pun tidak perlu khawatir, sebab dalam penyelenggaraan pameran ini Museum Sonobudoyo sudah menerapkan protokol kesehatan. Tempat cuci tangan, pemeriksaan suhu, hingga penerapan jaga jarak selama berkunjung ke pameran ditetapkan untuk menjaga kesehatan