Pasca Puting Beliung di Yogyakarta, BMKG Bantah Hoax Badai ke Selatan

Konten Media Partner
25 April 2018 15:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pasca Puting Beliung di Yogyakarta, BMKG Bantah Hoax Badai ke Selatan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Pasca sejumlah daerah di Yogyakarta yang dilanda angin putting beliung pada Selasa (24/4) kemarin, pada tanggal 25 April 2018 beredar informasi bakal ada badai tropis Cempaka susulan bergerak ke Barat dan Selatan yang berdampak hujan lebih lebat, gelombang laut tinggi dan puting beliung yang lebih hebat di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah dalam tiga hari ke depan. Info tersebut menyebar melalui media sosial Whatsapp yang menyatakan telah dimuat di sebuah stasiun televise swasta nasional dan dirilis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) DIY-Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
“Itu informasi yang hoax, tidak benar, dan warga tak perlu menanggapi,” ujar Kepala Stasiun Klimatologi Mlati Yogyakarta ,Agus Sudaryatno saat ditemui kumparan.com/tugujogja, Rabu (25/4)
Agus menuturkan, sejumlah poin dalam informasi itu ngawur. Badai Tropis Cempaka yang terjadi tahun lalu, tanggal 27 – 29 November 2017 sudah dinyatakan punah dan setiap nama badai yang telah punah tidak akan digunakan lagi oleh BMKG.
“Saat ini tidak terpantau adanya badai tropis di Samudera Hindia selatan DIY dan Jawa Tengah karena belahan bumi selatan merupakan pusat tekanan udara tinggi sehingga di wilayah DIY dan Jawa Tengah bertiup angin timuran yang bersumber dari Benua Australia,” ujarnya.
Agus pun menyatakan badai tropis dan puting beliung adalah dua fenomena meteorologi yang berbeda skala maupun mekanisme pembentukannya.
ADVERTISEMENT
“Badai Tropis merupakan skala synoptik yang radiusnya 150 – 200 km sedangkan puting beliung adalah skala lokal dengan radius sekitar satu kilometer sehingga antara keduanya tidak saling berkaitan,” ujarnya.
Agus menuturkan pasca terjadi puting beliung di Kota Yogyakarta dan Banguntapan Bantul pada Selasa 24 April 2018, potensi untuk terbentuk kembali sangat kecil.
Penyebabnya karena kondisi dinamika atmosfer seperti intensitas penyinaran matahari, suhu permukaan bumi dan pola angin di lapisan bumi bagian bawah tidak signifikan sehingga tidak mendukung untuk terbentuk puting beliung kembali.
“Meski info itu hoax, kami tetap minta warga waspada terhadap kemungkinan terjadi cuaca ekstrim mengingat saat ini di DIY dan Jawa Tengah karena masih berada pada masa pancaroba atau peralihan musim dari hujan ke kemarau,” ujarnya. (atx)
ADVERTISEMENT