Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Pemkab Gunungkidul Bidik 5 Lokasi untuk Kembangkan Edu Wisata Berbasis Kayu Jati
17 November 2021 15:11 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
Kabupaten Gunungkidul diharapkan mampu mengembangkan kawasan eduwisata berbasis kayu jati. Setidaknya ada 5 calon pusat eduwisata yang dibidik oleh Dinas Pariwisata Gunungkidul. 5 lokasi tersebut memiliki keunggulan hutan jati yang selama ini menjadi komoditas unggulan di Gunungkidul.
ADVERTISEMENT
Koordinator Penelitian Kanoppi2, Aulia Perdana mengatakan, eduwisata tersebut menjadi salah satu rekomendasi yang muncul dari hasil penelitian yang mereka lakukan selama 4 tahun. Sejumlah kalurahan mereka jadikan sebagai sasaran pelaksanaan penelitian tersebut.
"Potensi penerapan rekomendasi Kanoppi2 diharapkan dapat mendukung pengembangan pariwisata dan ekonomi kerakyatan di wilayah Kabupaten Gunungkidul," ujar dia, Kamis (17/11/2021).
Selama kurun waktu empat tahun, mereka bekerja sama dengan petani-petani di Kalurahan Katongan, Kedungpoh, Semin, Pengkok, Bejiharjo dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Bribin dengan focus penelitian yang berbeda-beda, sesuai dengan potensi wilayah dan kesepakatan pilihan komoditas yang disampaikan oleh masyarakat sebelum penelitian dimulai.
Empat poin rekomendasi muncul dari hasil penelitian tersebut. Diantaranya adalah memadukan jati dengan komoditas hasil hutan bukan kayu, menggali teknologi budidaya dari jenis-jenis kayu cepat tumbuh untuk disandingkan dengan jati. Pentingnya kemitraan dalam pemasaran hasil hutan kayu dan bukan kayu menjadi utama antara pihak swasta dan pihak produser atau petani.
ADVERTISEMENT
Di samping itu juga perlu adanya kemitraan dalam melakukan penyuluhan melalui pengembangan pusat-pusat eduwisata yang dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap informasi budidaya kayu dan hasil hutan bukan kayu, dan menjadi tempat bertemunya petani dengan pelaku pasar serta pihak-pihak lainnya yang dapat membantu pengembangan komoditas kayu dan komoditas lainnya.
"Kemitraan tersebut dapat diintegrasikan dengan sistem berbasis kayu," tambah dia.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pendekatan berbasis bentang alam yang dapat mendukung masyarakat untuk meningkatkan produksi kayu dan hasil hutan bukan kayu. Semua itu dapat dilakukan melalui pengembangan pusat-pusat eduwisata. Tujuannya agar dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap informasi budidaya kayu dan hasil hutan bukan kayu.
"Selain itu harapannya juga menjadi tempat bertemunya petani dengan pelaku pasar serta pihak-pihak lainnya yang dapat membantu pengembangan komoditas kayu dan komoditas lainnya yang dapat diintegrasikan dengan sistem berbasis kayu," papar dia.
ADVERTISEMENT
Aulia menambahkan, melalui kegiatan selama 4 tahun, teridentifikasi 5 calon pusat eduwisata di Kabupaten Gunungkidul yang pengembangannya akan membantu tidak hanya peningkatan produksi dan pemasaran kayu dan hasil hutan bukan kayu.
Kelima calon pusat eduwisata tersebut adalah di Desa Bejiharjo untuk jati, Desa Pengkok dan Desa Semin untuk bambu, dan Desa Katongan dan Kedungpoh untuk madu. Dan untuk memperlancar program tersebut pihaknya mengikutsertakan ke dalam program Kanoppi.
"Kanoppi adalah proyek yang didanai oleh lembaga ACIAR (Australian Centre for International Agricultural Research)," tambahnya.
Kanoppi bertujuan untuk meningkatkan produksi dan pemasaran kayu dan hasil hutan bukan kayu yang secara berkeadilan gender dapat meningkatkan penghidupan masyarakat. Proyek ini pelaksanaannya melalui kolaborasi antara 8 lembaga dan dilaksanakan di 3 Provinsi yaitu DIY (Kabupaten Gunungkidul), NTB (Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Sumbawa), NTT (Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kabupaten Ngada).
ADVERTISEMENT
Proyek Kanoppi dilakukan melalui 2 tahapan atau fase, yaitu fase yang pertama dilakukan di tahun 2014-2017 dengan terfokus pada penelitian-penelitian tentang kayu dan hasil hutan bukan kayu dengan fokus utama terdiri dari 4 bentuk kegiatan yaitu penelitian di aspek budidayanya, penelitian di aspek pemasarannya, penelitian di aspek kebijakan dan penelitian di aspek penyuluhannya.
"Semuanya menggunakan pendekatan berbasis bentang alam untuk meningkatkan peran produksi dan pemasaran kayu dan bukan kayu untuk kesejahteraan masyarakat secara luas melalui sistem penggunaan lahan yang terintegrasi antara kayu dan hasil hutan bukan kayu," terangnya.
Di Gunungkidul selama ini masyarakat belum mengambil keuntungan jati yang diterima belum optimal. Karena masyarakat menjual dalam bentuk gelondongan dan tidak menjual jatinya dengan menggunakan metode penghitungan volume kubikasi.
ADVERTISEMENT
Kegiatan di proyek jati ini kemudian dikembangkan menjadi proyek Kanoppi karena untuk mendukung pengembangan jati perlu dicarikan komoditas lainnya yang dapat dipadupadankan dalam sistem integrasi kayu dan non kayu agar petani dapat sumber penghidupan lainnya selama menunggu kayu jatinya dapat dipanen.
"Kita arahkan jati diselingi dengan komoditas lain yang memiliki potensi ekonomi. Kita kembangkan dengan konsep eduwisata agar lebih banyak masyarakat yang mengambil manfaatnya," tambahnya.
Asek Perekonomian dan Pembangunan Gunungkidul, Siti Isnaeni Dekoningrum, menambahkan rekomendasi-rekomendasi hasil penelitian Kanoppi2 selaras dengan visi daerah, Sapta Karya, khususnya dalam visi keempat, yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam membangun industri pariwisata berbasis potensi daerah, serta meningkatkan kapasitas masyarakat dalam tata kelola pariwisata.
"Selain itu ada visi kelima, yaitu meningkatkan kesejahteraan petani, peternak, dan pedagang dengan membangun sentra industry pertanian, sentra industry peternakan, dan perdagangan berbasis masyarakat," kata dia.
ADVERTISEMENT