Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten Media Partner
Pemkab Sleman Garap 11 SMP Pinggiran Transisi Menuju Unggulan
24 Januari 2019 15:35 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:48 WIB
ADVERTISEMENT
Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman menyatakan tahun ini menunjuk sedikitnya 11 sekolah tingkat SMP yang lokasinya berada di pinggiran untuk transformasi menuju sekolah favorit atau unggulan.
ADVERTISEMENT
Sekolah itu antara lain SMP Negeri 1 dan 3 Ngaglik, SMPN 1 Mlati, SMPN 2 dan 4 Sleman, SMPN 2 Godean, SMPN 1 Moyudan, SMPN 1 Cangkringan, SMPN 1 Ngemplak, dan SMPN 4 Prambanan.
“Sebelas sekolah ini meski berada di pinggiran memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi sekolah yang bagus, unggulan, atau favorit, lewat Gerakan Sekolah Menyenangkan itu,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman, Sri Wantini di sela menghadiri sosialisasi Gerakan Sekolah Menyenangkan di SMPN 2 Sleman, Kamis (24/1/2019).
Ke 11 sekolah ini secara bertahap didorong menerapkan metode pembelajaran yang lebih memanusiakan siswa sebagai subjek pendidikan. Pembelajaran tak lagi menekankan pada orientasi teoretik. Namun juga mengedepankan aspek pembentukan karakater, problem solving, adaptif dan memicu imajinasi siswa.
ADVERTISEMENT
Untuk mewujudkan hal itu, Dinas Pendidikan Sleman telah menggandeng komunitas non profit Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) selama tiga tahun terakhir. Di mulai dari tingkat Sekolah Dasar dan tahun ini mulai merambah tingkat SMP dengan pioneer 11 SMP yang ditunjuk sebagai role model.
“Bagaimanapun untuk memperoleh pembelajaran optimal, baik teori dan karkater, maka proses pembelajaran harus dibuat menyenangkan dan dari Gerakan Sekolah Menyenangkan ini kami sudah mendapat hasil positif,” ujarnya.
Kepala Sekolah SMPN 2 Sleman, Ahmad Nurtriatmo mengakui sejak Desember 2018 lalu pihaknya sudah menerapkan metode pembelajaran dari Gerakan Sekolah Menyenangkan itu.
“Hasilnya, siswa bisa betah sekali belajar di sekolah, bahkan sampai menjelang maghrib baru mau pulang,” ujarnya.
Ahmad menuturkan, metode yang diterapkannya dengan membuat sekolah bak rumah kedua bagi siswa. Awalnya para siswa dan wali murid serta guru berkumpul membicarakan bagaimana menciptakan ruang kelas nyaman untuk belajar.
ADVERTISEMENT
Salah satu yang diubah, cara mengajar guru tak lagi di depan kelas dan siswa duduk berhadapan. Tapi dibuat dengan model melingkar dan guru di tengah dikelilingi siswa. Proses belajar makin interaktif ditambah ornament layout kelas dibuat tidak kaku, tapi penuh warna dengan hasil kerajinan tangan siswa.
Dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) yang juga pencetus Gerakan Sekolah Menyenangkan Muhammad Nur Rizal menuturkan sasaran utama yang ingin dicapai dari model pembelajaran dari gerakan itu mendorong siswa sebagai subyek didik makin moncer mengembangkan daya imajinasinya ke depan.
“Jangan sampai di era mendatang ketika teknologi robotika makin banyak menggantikan kerja kerja manusia, yang dimiliki manusia untuk bisa tetap eksis adalah daya imajinasinya, ini tujuan utama gerakan ini,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Rizal menuturkan, gerakan ini sudah merambah berbagai daerah mulai Tangerang Jawa Barat, Purwodadi, Semarang Jawa Tengah hingga Jombang Jawa Timur.
“Sasarannya memang sekolah pinggiran yang selama ini dianggap kurang favorit dan terpinggirkan, padahal potensinya untuk menjadi sekolah berkualitas sangat besar,” ujarnya. (atx/fra)