Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten Media Partner
Pengunjung ARTJOG Diajak Lihat Kisah Serat Centini dari Abad ke-19
23 Agustus 2024 17:11 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Komitmen ARTJOG menjadi ruang yang mempertemukan antar pelaku seni konsisten diwujudkan. Salah satunya melalui program performa ARTJOG x Bakti Budaya Djarum Foundation yang digelar Kamis, (22/8/2024), malam.
ADVERTISEMENT
Program itu sukses mengajak para pengunjung Artjog melihat lebih dekat pertunjukan seni hasil intepretasi dari serat centini yang menyuguhkan karya kisah cinta Amongraga dan Tambangraras.
Karya yang dibungkus sebuah pertunjukan bertajuk 'Empat Puluh Malam dan Satunya Hujan' itu memiliki pesan tersirat dimana kesetaraan gender hingga kerendahan hati tokoh Centini dilakoni secara apik oleh Didik yang berbagi peran dengan Elizabeth D Inandiak (narrator), Anon Suneko (composer) dan Sarah Diorita (performer).
"Serat Centini ini ada 12 jilid, 4.200 halaman. Saat menggali, ternyata Centini adalah tokoh utama suluk adiluhung Jawa tersebut," kata Elizabeth D Inandiak, yang merupakan penyair berkebangsaan Prancis, Jumat (22/8/2024).
Elizabeth mengisahkan, keputusannya mendapuk Didik sebagai aktor dalam pertunjukan ini, karena dianggap sangat lekat dengan kepribadian Centini, yang direpresentasikan rendah hati.
ADVERTISEMENT
Dalam karya itu, ia memadukan pertunjukan wayang golek dan lantunan tembang dari beberapa pupuh di dalam kisah tersebut, dan seni tari yang ekspresif untuk mengajak penonton melihat kembali kisah Amongraga dan Tambangraras di sepanjang malam-malam itu secara interpretatif dan kontemplatif.
"Bahasa Jawanya (dalam Serat Centini) merupakan bahasa Jawa yang susah, sehingga saya harus bekerjasama dengan ahli bahasa Jawa. Semoga pesannya dapat tersampaikan," terangnya.
Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, Renitasari Adrian mengatakan program performa ARTJOG x Bakti Budaya Djarum Foundation yang dihadirkan tahun ini membuka kesempatan bagi para pengunjung berinteraksi langsung dengan para seniman, memahami proses kreatif, dan mendengar langsung cerita di balik karya-karya mereka.
Reni menjelaskan karya ini merupakan alih wahana dari buku tafsir dan terjemahan Serat Centhini yang dilakukan oleh Elizabeth D. Inandiak dan diterbitkan pada tahun 2002. Nicholas Saputra, Happy Salma, Iwan Yusuf, Elizabeth D. Inandiak, dan Didik Nini Thowok.
ADVERTISEMENT
Didik Nini Thowok satu panggung bersama Elizabeth D Inandiak (narrator), Anon Suneko (composer) dan Sarah Diorita (performer). Mereka memadukan pertunjukan wayang golek dan lantunan tembang dari beberapa pupuh kisah tersebut dalam seni tari yang ekspresif.
"Kegiatan ini diharapkan dapat menginspirasi dan memperkaya wawasan budaya penonton, sehingga dapat mendorong kreativitas para seniman muda dan memperkuat ekosistem seni di Indonesia,” kata dia.
Sementara CEO sekaligus Founder ARTJOG,nHeri Pemad menyampaikan apresiasinya terhadap dukungan Bakti Budaya Djarum Foundation kepada ARTJOG selama ini. Hal ini menjadi langkah kongkret membangun ekosistem seni dan budaya di Indonesia termasuk di Yogyakarta.
"Tentu kerja sama ini sangat membahagiakan di tengah kondisi kemandirian sekaligus keterbatasan dari teman-teman seniman dan penyelenggara event seni dan budaya. Dukungan ini juga menguatkan landasan kita; bahwa memajukan seni dan budaya adalah tanggung jawab bersama,” ungkap Heri Pemad.
ADVERTISEMENT
Sementara Nicholas Saputra yang ikut terlibat dalam karya ini mengatakan para penonton diajak untuk dapat memaknai ramalan dari masa lalu dan menghubungkannya dengan hari ini.
Pertunjukan ini menjadi upaya memperkenalkan lebih dalam sebuah karya penting dalam sastra Jawa dari abad ke-19.
"Melalui karya ini, kita diajak untuk memaknai isi dari percakapan antara Amongraga dan Tambangraras sebagaimana sebuah suluk dipresentasikan kembali di era kontemporer hari ini melalui karya Elizabeth D Inandiak, seperti halnya memaknai sebuah ‘ramalan’ dari masa lalu. Semoga bisa menambah wawasan pengunjung," tandasnya.
(M Wulan)