Konten Media Partner

Pengusaha Batik di Yogyakarta Keluhkan Aksi Plagiat

11 Mei 2018 8:03 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengusaha Batik di Yogyakarta Keluhkan Aksi Plagiat
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Para pengusaha batik tulis dan cap di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengeluhkan banyaknya plagiat oleh pengusaha batik dari luar daerah. Parahnya, aksi plagiat tersebut menggunakan tehnik printing sehingga hasilnya menjadi jauh lebih murah dan jumlahnya bisa sangat banyak.
ADVERTISEMENT
Aksi plagiat produk batik dari pengusaha luar daerah tersebut tentu bisa sangat merugikan. Sebab, kain batik printing dengan desain hasil plagiat dari pengusaha batik Yogyakarta dijual dengan harga sangat murah. Padahal batik asli Yogyakarta yang dikerjakan dengan tehnik tulis dan cap harga jualnya masih terbilang tinggi.
Seperti yang diungkapkan oleh pengusaha batik terkemuka di DIY, Haryanto. Pengusaha asli Suryodiningratan yang kini tinggal di Dusun Ngoto, Desa Bangunharjo, Kecamatan Sewon Bantul ini mengaku desain batiknya sangat banyak yang diduplikasi atau diplagiat. Duplikasi tersebut sudah berlangsung lama dan tidak ada yang bisa dilakukan untuk mencegahnya.
Tehnik printing dalam aksi plagiat karya batik memang mampu menekan harga seminimal mungkin. Dalam kuantitas yang banyak serta modal yang cukup terjangkau maka dapat membuat harga jual produk batik printing ini jauh lebih murah. Dan produk-produk tersebut kini banyak membanjiri pasar batik.
ADVERTISEMENT
"Kami sering menyebutnya kain printing batik, bukan kain batik,"ujar laki-laki yang juga dikenal sebagai desainer baju yang andal ini, Kamis (10/5).
Sebenarnya, ia telah berusaha untuk mengantisipasi aksi plagiat tersebut. Di antaranya dengan membuat desain batik yang selalu berbeda satu lembar kain dengan lembar kain yang lain. Dan dengan desain batik yang berbeda ini pula sebenarnya membuat batik buatannya diburu oleh kalangan berduit.
Hanya saja, konsep desain berbeda dari Batik Haryanto ini juga seolah memberi peluang kepada pengusaha lain yang biasa menjiplak karya orang lain dam menerapkannya dalam kain printing batiknya. Sebab, selama ini ia memang kewalahan untuk memenuhi pesanan.
"Karena pesanan sangat banyak, maka terkadang saya tidak mampu memenuhinya. Terkadang juga pembeli harus antri, nah peluang ini yang dimanfaatkan orang lain untuk membuat mirip dengan karya saya. Tentu tujuannya agar laku,"tuturnya.
ADVERTISEMENT
Ia bersama pengusaha batik lain dan juga Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) DIY berusaha keras untuk melakukan edukasi kepada masyarakat. Edukasi tersebut berisi tentang batik yang sebenarnya itu seperti apa. (erl)