Konten Media Partner

Pentas Wayang di Gunungkidul Dibubarkan, Penyelenggara Mengaku Kenal Jokowi

23 Agustus 2021 9:58 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pertunjukan wayang kulit di Kecamatan Playen Gunungkidul yang dibubarkan petugas, Minggu (22/8/2021) malam. Foto: Erfanto/Tugu Jogja.
zoom-in-whitePerbesar
Pertunjukan wayang kulit di Kecamatan Playen Gunungkidul yang dibubarkan petugas, Minggu (22/8/2021) malam. Foto: Erfanto/Tugu Jogja.
ADVERTISEMENT
Pagelaran Wayang Kulit di Balai Desa Ngleri, Kapanewon Playen Gunungkidul dibubarkan petugas gabungan dari Pol PP, Polres dan TNI, Minggu (22/8/2021) malam. Pasalnya, hajatan pagelaran wayang kulit tersebut masih di masa Pemberlakuan Pengetatan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
ADVERTISEMENT
Meski baru saja mulai, namun mereka meminta agar pentas wayang kulit untuk dihentikan. Di mana rangkaian pentas wayang kulit sendiri dimulai sekitar pukul 20.30 WIB di mana dalang memulai pementasan dengan lakon Wahyu Purbo Sejati sekitar pukul 21.00 WIB. Dan pukul 22.00 WIB pagelaran Wayang kulit tersebut dipaksa berhenti dan masyarakat yang menonton dibubarkan.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Gunungkidul membubarkan pagelaran wayang kulit di Kalurahan Ngleri karena masih PPKM. Selain disaksikan ratusan penonton, di area pagelaran wayang ini juga terlihat banyak pedagang dan pengunjung yang ada.
Pendamping Penyelenggara, Muhammad Hatta meminta waktu untuk berkomunikasi dengan pengelenggara wayang, Sabariman ketika diminta untuk menghentikan pagelaran wayang kulit ini. Pasalnya penyelenggara wayang usianya sudah tua sehingga komunikasinya perlu pelan-pelan.
ADVERTISEMENT
Selang sekitar 1 jam kemudian, pihak penyelenggara langsung mengumumkan acara pagelaran wayang kulit dianggap selesai dan penonton diminta untuk membubarkan diri. Mendengar pengumuman tersebut ratusan masyarakat yang telah menunggu dan menyaksikan acara tentang gelaran wayang kulit tersebut nampak kecewa. Teriakan demi teriakan kekecewaan pun terdengar bersahutan namun mereka pulang dengan tertib.
Lurah Ngleri, Supardal mengatakan pihak kalurahan hanya dijadikan lokasi penyelenggaraan pentas wayang kulit tersebut sehingga mereka tidak tahu menahu terkait dengan penyelenggaraannya. Sepanjang yang saya tahu penyelenggara hanya menyewa Balai Kelurahan untuk pentas wayang kulit.
"Kelurahan hanya dijadikan sebagai lokasi pagelaran wayang ini. Di mana pihak penyelenggara hanya menyewa balai kalurahan untuk pertunjukan wayang kulit sebesar Rp 500 ribu," tuturnya, Senin malam.
ADVERTISEMENT
Pihak kelurahan sama sekali tidak mengeluarkan izin penyelenggaraan pentas wayang kulit tersebut. Karena yang berwenang adalah pihak kapanewon atau Kecamatan. Pihaknya hanya menghantarkan surat permohonan izin dari penyelenggara ke pihak kapanewon.
Proses selanjutnya pihak kalurahan sama sekali tidak mengetahuinya. Bahkan pihak kalurahan tidak mengetahui apakah penyelenggara sudah mengantongi izin atau belum. Sehari sebelum penyelenggaraan, pihak kalurahan mencoba konfirmasi dan penyelenggara mengklaim sudah mengantongi izin.
"Ketika kami tanya tentang perizinan. Katanya sudah ada tapi ternyata tidak ada. Ya kami manut kalau dibubarkan," tambah dia.
Pendamping Penyelenggara, Muhammad Hatta mengklaim kegiatan ini sudah mengantongi rekomendasi dari Panewu Anom (Sekretaris Kecamatan). Namun rekomendasi tersebut tidak tertulis hanya secara lisan saja dimana panewu Anom mempersilahkan penyelenggaraan pentas wayang kulit dengan catatan tidak melanggar protokol kesehatan.
ADVERTISEMENT
Pertunjukan wayang kulit di Kecamatan Playen Gunungkidul yang dibubarkan petugas, Minggu (22/8/2021) malam. Foto: Erfanto/Tugu Jogja.
Pihak penyelenggara nekat melakukan pementasan wayang kulit tersebut karena sudah beberapa kali tertunda. Sebetulnya merupakan ritual untuk mengusir pandemi COVID-19. Ritual khusus untuk mengusir COVID-19 tersebut terpancar dari lakon yang dipilih oleh penyelenggara.
"Kami pilih lakon Wahyu Purbo Sejati yang ceritanya berisi tentang pagebluk (pandemi)," ujar dia.
Pihaknya memang bersikeras untuk melakukan pementasan karena sudah tertunda hingga tiga kali. Awalnya mereka ini menyelenggarakan pentas wayang kulit tersebut pada malam pergantian tahun baru Islam kemarin. Kemudian ditunda hingga tanggal 17 Agustus 2021 namun kembali gagal.
"Kemudian Sabtu kemarin juga gagal," tambahnya.
Penyelenggara sebetulnya hanya ingin agar COVID-19 segera hilang dari bangsa ini. Pagelaran wayang kulit ini merupakan salah satu upaya untuk mengusir Corona dari bangsa ini. Mereka tidak menyangka jika pentas wayang kulit tersebut dihadiri penonton cukup banyak.
ADVERTISEMENT
"Kami sama sekali tidak pernah menyebarkan undangan kepada masyarakat. Kami tidak menyangka disaksikan masyarakat banyak," tandasnya.
Hatta menyebut Sabariman, penyelenggara pentas seni wayang kulit ini sejatinya adalah tokoh masyarakat dan sesepuh bangsa ini. Karena Sabariman adalah pelaku sejarah yang turut menghantarkan kemerdekaan bangsa ini. Sabariman juga ingin turut andil dalam mengusir COVID-19 dari negara ini.
"Beliau adalah Asisten pribadi Soekarno sebelum proklamasi dikumandangkan. Beliau adalah aspri bung Karno. Pak Jokowi sangat mengenal beliau," ungkapnya berulang-ulang.
Petugas berkomunikasi dengan pihak penyelenggara Pertunjukan wayang kulit di Kecamatan Playen Gunungkidul , Minggu (22/8/2021) malam. Foto: Erfanto/Tugu Jogja.
Kepala Bidang Penegakkan Perda Satuan Polisi Pamong Praja Gunungkidul, Sugito mengatakan, pihaknya Minggu malam mendapatkan laporan jika ada pagelaran wayang kulit di Balai Kalurahan Ngleri. Mendapati laporan ia bersama tim penegakkan hukum kemudian mendatangi balai kalurahan.
ADVERTISEMENT
"Berdasarkan keterangan penyelenggara, pagelaran ini ditujukkan untuk ruwatan agar pandemi segera berakhir. Tapi masalahnya menimbulkan kerumunan, kami kemudian melakukan dialog dan meminta panitia menyudahi pagelaran wayang," ujar Sugito.
Sementara itu, Kapolsek Playen, AKP Hajar Wahyudi menepis jika Gugus Tugas Kapanewon memberi ijin. Jika panitia mengklaim ada rekomendasi maka rekomendasi yang dikeluarkan tim gugus tugas adalah penyelenggaraan wayang untuk ritual yaitu di dalam GOR secara tertutup tanpa penonton.
"Jadi di dalam GOR, tertutup tanpa penonton. Bukan pertunjukkan wayang yang melibatkan banyak orang dan menimbulkan kerumunan. Kalau kerumunan jelas dilarang, untuk itu sesuai dengan aturan yang berlaku tetap kami bubarkan," tandas Hajar.