Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Pertumbuhan Ekspor DIY Lamban, PT Angkasa Pura I Bangun Village Cargo di Bandara Baru
21 November 2018 18:43 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Secara cummulative year on year hingga bulan September 2018 mengalami peningkatan sebesar 11,06 persen dibanding dengan September 2017. Secara keseluruhan jumlah ekspor DIY ke berbagai negara mencapai USD 315,2 juta meningkat pada periode yang sama tahun 2017 lalu yaitu sebesar USD 283,89 juta.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, 90,56 persen ekspor DIY masih melalui Semarang baik dengan menggunakan pesawat terbang ataupun kapal laut. Ketua Badan Musyawarah Perbankan Daerah (BPMD) DIY, Budi Hanoto, hambatan ekspor yang ada di DIY terjadi karena beberapa hal.
Menurut Budi, berdasarkan survei yang pernah mereka laksanakan adalah karena kemudahan aksesibilitas untuk ekspor, masih terkait dengan tarif sehingga pelaku usaha meminta adanya penurunan tarif ekspor. Selain itu, para pelaku usaha mengaku masih kekurangan fasilitas pameran kelas internasional.
"Nah mengeluhkan tentang kurs rupiah itu sangat kecil. Sehingga kami simpulkan untuk memproduksi ekspor yaitu infrastruktur. Pintu keluar dan masuk barang di Yogyakarta masih terbatas,"tuturnya saat Bincang-bincang Dengan Media di Inna Garuda Hotel, Rabu (21/11).
ADVERTISEMENT
Budi mengatakan, dengan dibangunnya bandara baru yang cukup besar melengkapi Bandara Adisutjipto, maka ia yakin ekspor DIY akan semakin lancar dan secara kuantitas akan mengalami peningkatan. Sebab, dengan pembangunan bandara baru New Yogyakarta International Airport (NYIA) akan bisa memangkas biaya ekspor.
Direktur Utama Perusahaan Daerah (PD) Tarumartani, Nur Ahmad Affandi mengatakan, jarak Jogja ke Semarang 113 kilometer, karena jalan berkelok maka lamanya bisa mencapai 5-7 jam sehingga biaya angkut termasuk termahal di Jawa. Kalau dipindahkan ke Jogja maka akan memangkas biaya yang cukup besar. Terlebih produk Jogja sesungguhnya tidak menguntungkan, jika dikirim cukup lama.
"Kalau jaraknya diperpendek dan bisa dipercepat, maka efisiensi biaya bisa ditekan,"ujarnya.
General Manager PT Angkasa Pura I Bandara Adisutjipto, Agus Pandu Purnama mengakui, kapasitas kargo di bandara Adisutjipto sangat terbatas. Dalam sehari, pihaknya mencatat kargo yang berhasil diangkut di Bandara Adisutjipto hanya sekitar 30-50 ton perharinya. Kecilnya kargo yang berhasil diangkut di bandara tersebut berkaitan erat dengan besar kecilnya pesawat yang terbang atau mendarat.
ADVERTISEMENT
Dengan dibangunnya bandara baru di Kulonprogo, ia yakin nanti nilai ekspor akan semakin meningkat. Sebab, pesawat-pesawat yang akan mendarat di Bandara baru di Kulonprogo kapasitasnya akan lebih besar. Bahkan, untuk memperlancar kegiatan pengiriman barang, PT Angkasa Pura I membangun terminal kargo khusus.
"Kami membangun cargo village di mana akan ada perusahaan ekspedisi, bea cukai ataupun administrasi lainnya. Konsepnya one stop service cargo akan kita terapkan untuk mendukung kelancaran pengiriman barang.
Kapasitasnya berapa, nanti tergantung dari kemampuan DIY mengirimkan barang,"terangnya. (erl)