Konten Media Partner

Petani Gunungkidul Sambut Hujan dengan Tradisi Ngawu-awu

1 November 2019 10:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para petani sedang mengolah tanah untuk menyambut hujan. Foto: Istimewa.
zoom-in-whitePerbesar
Para petani sedang mengolah tanah untuk menyambut hujan. Foto: Istimewa.
ADVERTISEMENT
Hujan akhirnya mengguyur kawasan kabupaten Gunungkidul yang selama ini mengalami kekurangan air bersih. Hujan yang terjadi Jumat (1/11/2019) dinihari tersebut intensitasnya mulai dari ringan hingga sedang. Hujan terjadi sebagian wilayah diantaranya Kecamatan Tanjung Sari, Panggang, Saptosari, Ponjong, Karangmojo, Playen, Paliyan, Wonosari, dan juga Semanu.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian Dinas Pertanian dan Pangan mengungkapkan jika para petani telah bersiap menyambut musim hujan kali ini. Mereka telah mengolah tanah guna menyambut musim tanam pada periode selanjutnya. Di Kabupaten Gunungkidul tradisi mengolah tanah sebelum musim hujan tersebut dinamakan Ngawu-awu.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul, Bambang Wisnu Broto mengatajan, Ngawu-awu adalah sebuah kearifan lokal petani lahan kering yang ada di zona selatan. Biasanya para petani menebar benih bersamaan dengan pengolahan lahan tersebut kemudian petani menutup kembali dengan lapisan tanah.
Para petani sedang mengolah tanah untuk menyambut hujan. Foto: dok. Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul
"Nanti petani tinggal menunggu hujan turun kemudian tanaman padi akan tumbuh," terangnya, Jumat (1/11/2019).
Bambang menjelaskan metode ini dilakukan untuk mengantisipasi keterbatasan tenaga kerja pertanian serta mengejar ketersediaan air untuk musim tanam berikutnya. Kearifan lokal ini pernah berjalan turun-temurun menyikapi kondisi lahan mereka yang sebagian besar adalah sawah tadah hujan.
ADVERTISEMENT
Dinas Pertanian dan pangan sendiri telah mencatat setidaknya ada empat kecamatan diantaranya Tepus, Tanjungsari, Girisubo, dan Rongkop, yang telah melakukan kegiatan ngawu-awu. Mereka telah bersiap menyambut turunnya hujan seperti Kamis malam.
Bambang menyebutkan pada musim tanam pertama di tahun 2019-2020 diperkirakan petani telah menebar benih di lahan seluas 8 ribuan hektar. Sementara olahan secara keseluruhan di Gunungkidul telah mencapai lebih dari 70% dari total lahan kering yang ada di wilayah ini.
Para petani sedang mengolah tanah untuk menyambut hujan. Foto: dok. Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul
"Total lahan kering tadah hujan kita mencapai 42.000 hektare," tambahnya.
Lahan kering tersebut diantaranya seperti Kecamatan Nglipar Wonosari Ngawen dan Patuk. Dimana pengolahan lahan baru dilaksanakan ketika hujan telah tiba dan air dinilai dalam kondisi cukup. Ketersediaan air tanah diperlukan ketika petani ingin melakukan pengolahan lahan karena untuk memudahkan teknis mereka melakukan pengolahan.
ADVERTISEMENT
Kepala Bidang tanaman pangan Dinas Pertanian dan pangan kabupaten Gunungkidul Raharjo Yuwono mengatakan ada 4 Kecamatan yang tercatat dengan curah hujan yang cukup baik. Dia menyebutkan Kecamatan girisubo curah hujannya mencapai 9 mm saptosari 39 mm Wonosari 16 mm dan Tanjungsari 21 mm.
"Untuk ngawu-awunya sudah tepat waktu,"terangnya. (erl)