Pilpres Kian Dekat, Kalangan Pesantren Bersiap Perangi Hoax

Konten Media Partner
2 Desember 2018 13:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Sejumlah pondok pesantren di wilayah DIY mendeklarasikan Pemilu Damai 2019. Para santri bahkan siap mengajak masyarakat menciptakan Pemilu yang damai tanpa fitnah dan hoax. Sejumlah pondok pesantren di wilayah DIY mendeklarasikan Pemilu Damai 2019. Para santri bahkan siap mengajak masyarakat menciptakan Pemilu yang damai tanpa fitnah dan hoax.
ADVERTISEMENT
Dalam Deklarasi Pemilu Damai 2018 di PP Nurul Ummahat, yang digelar Jumat petang (30/11/2018) silam, Wakil Pengasuh PP Nurul Ummahat Kotagede Yoga Khoiri Ali mengatakan pelaksanaan Pemilu tahun depan harus berjalan aman dan damai. Hal itu harus dilakukan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Saat ini, katanya, banyak sekali informasi berbau fitnah dan hoax baik di dunia maya maupun dunia nyata.
Kondisi tersebut bahkan menimbulkan permusuhan bahkan konfrontasi antar pendukung. Pemilu yang seharusnya menjadi pesta demokrasi, justru menimbulkan kegaduhan dan memecah belah bangsa.
"Padahal mereka bersaudara, satu bangsa. Harusnya saling merangkul meskipun berbeda pilihan," katanya dalam siaran pers yang diterima, Minggu (2/12/2018).
Dia berharap, pesantren ikut andil dan berperan aktif dalam menciptakan Pemilu yang aman, damai dan berkualitas. Dukungan tersebut dilakukan karena menjaga persatuan dan kesatuan bangsa bukan hanya urusan negara tetapi seluruh entitas di dalamnya. Salah satu caranya, dengan mengajak masyarakat untuk tidak saling menghujat, menghargai perbedaan pilihan dan saling menghormati. Untuk itu, Yoga berharap agar kegiatan-kegiatan silaturahmi, gotong royong harus terus dilakukan di masyarakat untuk mencairkan suasana.
ADVERTISEMENT
Khoirina Nursalamah, salah seorang santriwati Nurul Ummahat berharap para santriwati ikut peduli untuk menciptakan Pemilu yang damai dan aman. Selama ini, anak pesantren banyak tidak peduli Pemilu. Kepedulian itu bisa dilakukan dengan tidak menyebarkan hoax, melakukan pendidikan politik kepada masyarakat dan kegiatan positif lainnya. "Sebagai perempuan, santriwati juga mampu membangun sensifitas politik, minimal tidak acuh dengan Pemilu. Ini penting untuk mengangkat martabat santriwati," katanya.
Gus Benny Susanto, Pengasuh Pondok Pesantren Sunan Kalijaga, Gesikan, Dusun Jaranan, Panggungharjo, Sewon, Kabupaten Bantul, mengatakan, Pondok Pesantrennya menginisiasi deklarasi Pemilu 2019 Damai, sebagai bentuk komitmen santri untuk selalu memberikan kontribusi postif terhadap bangsa dan negara. Menurut Gus Benny, pesantren adalah bagian kecil dari entitas bangsa yang besar. "Dalam konteks Pemilu, banyak beredar ujaran kebencian, hoax, fitnah. Ini dapat merusak persaudaraan antar sesama. Hajat Pemilu ini harus menjadi hajat bersama yang penuh kedamaian, penuh toleransi, dan penuh kebersamaan,” ujarnya usai deklarasi damai.
ADVERTISEMENT
Benny menilai ujaran kebencian, finah itu juga diproduksi oleh sekelompok orang untuk memecah-belah elemen bangsa. Benny dalam waktu dekat berencana mengajak kalangan pelajar selain pesantren. Terlebih, ia menilai kalangan pelajar di luar pesantren lebih melek dengan media sosial, namun kurang produktif untuk dalam memanfaatkan Medsos dengan positif. "Mereka sangat akrab dengan Medsos, tetapi sejauh ini kan belum produktif, lebih banyak hal yang negatif seperti bergosip, mengakses hal-hal yang kurang baik, terutama dalam menyebar hoax dan fitnah,” ujar Benny.
Di Sleman, para santri di Pondok Pesantren Assalam, Kerisan, Banyurejo, Tempel, Sleman, juga ingin memaksimalkan perannya dalam melawan hoax dan ujaran kebencian yang kian marak jelang Pemilu 2019.
Pengasuh PP Assalam, KH Mohammad Asyhari Zaenal Abidin mengungkapkan, deklarasi Pemilu 2019 damai tanpa hoax dan ujaran kebencian diselenggarakan untuk menjaga ketentraman khususnya di lingkungan masyarakat pesantren dan lebih luas bagi seluruh masyarakat Indonesia. "Ketentraman adalah hal yang baku dan dibutuhkan setiap manusia. Orang bekerja, orang beribadah akan berjalan dengan baik, jika situasinya tentram," kata Asyhari.
ADVERTISEMENT
Deklarasi damai yang dilakukan di Pesantren menurutnya, sesuatu yang tepat. Dikatakan Asyhari, ada kemiripan antara Kyai dengan Polisi dalam hal tugas, yaitu sama-sama menjaga ketentraman. "Kalau polisi menjaga keamanan, kalau kyai menjaga keimanan,” ujarnya.
Asyhari khawatir jika ujaran kebencian dan hoax dibiarkan dan tidak segera ditangani dengan serius, maka akan menghancurkan negara. Menurutnya, ujaran kebencian dan hoax niscaya akan membuat bangsa terpecah-belah dan dari kondisi demikian maka radikalisme dan separatisme akan berkembang,
“Jangan sampai terjadi seperti di Suriah ini yang lebih bahaya. Banyak di TV-TV yang membahas adanya gerakan-gerakan garis keras, ini yang negara harus ambil kebijakan untuk mencegah perpecahan. Saya mengharapkan seluruh pesantren, khususnya yang dari Nahdlatul Ulama melakukan deklarasi damai pemilu. Karena dari semua pesantren NU satu bahasa satu kehendak untuk menjaga ketentraman negara dalam bingkai NKRI,” ujar dia.
ADVERTISEMENT
Ditegaskan Asyhari, peran santri cukup besar dalam menangkal hoax, ujaran kebencian, dan radikalisme. PP, kata dia, punya pondasi yang lebih kuat untuk mencegah berbagai kemungkinan perpecahan bangsa karena adanya kekompakan antara kyai dan santri. Asyhari juga berharap PP melalui santri-santrinya yang sudah ada di rumah maupun yang sudah mukim (lulus dari pesantren dan kembali ke rumahnya), nanti untuk mendeklarasikan pemilu damai tanpa hoax dan ujaran kebencian di kampungnya masing-masing,
Sementara itu, salah satu santri senior PP Assalam, Syarif Hidayat mengatakan, dengan adanya deklarasi pemilu damai ia berharap agar hoax-hoax yang berkepanjangan selama tahun politik bisa berkurang atau bahkan hilang, sehingga ukhuwah antar sesama anak bangsa semakin kuat. Meski mengakui kalangan santri kurang aktif di Medsos, namun pendidikan anti hoax untuk santri, dinilainya sangat penting,
ADVERTISEMENT
“Santri untuk dunia sosmed itu kurang, adanya cuma lewat dengar. Kalau ada hoax, bisa dimakan mentah-mentah. Bahayanya di sini. Harapannya pihak yang berkompeten bisa memberikan pengetahuan kepada para santri mana yang benar mana yang tidak, supaya tidak menjadi korban hoax,” ujarnya.