Polisi soal Lokasi Temuan Kerangka di Pantai Parangkusumo: Sering untuk Bertapa

Konten Media Partner
22 September 2021 16:39 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lokasi penemuan kerangka manusia di Pantai Parangkusumo. Foto: istimewa.
zoom-in-whitePerbesar
Lokasi penemuan kerangka manusia di Pantai Parangkusumo. Foto: istimewa.
ADVERTISEMENT
Warga digegerkan dengan temuan kerangka manusia di Pantai Parangkusumo, Bantul. Anggota Polsek Kretek, Iptu Sumanta, mengungkapkan jika kerangka tersebut pertama kali ditemukan oleh seorang warga.
ADVERTISEMENT
Anggota Polsek Kretek, Iptu Sumanta mengatakan, awalnya warga melihat ada tengkorak. Kemudian dia melapor ke tim SAR atas penemuan tengkorak tersebut.
"Kami curiga terus digali. Ternyata anggota badannya masih terkubur di kedalaman sekitar 0,5 meter," ujarnya.
Sumanta sediri tidak bisa menyimpulkan apakah korban sedang bertapa atau tidak, mengingat setiap Selasa atau Jumat Kliwon, tempat tersebut sering digunakan untuk bertapa. Namun ia membenarkan jika lokasi penemuan mayat sering digunakan untuk bertapa.
"Itu masih harus menunggu hasil penyelidikan. Memang saat ditemukan posisi korban duduk bersila, tapi kami belum bisa menentukan apakah itu bertapa. Menunggu hasil penyelidikan Polres bantul. Di sini juga sering untuk bertapa," katanya.
Dari hasil identifikasi sementara kerangka yang ditemukan diduga berjenis kelamin laki-laki. Korban diperkiraan telah meninggal 3 bulan yang lalu.
ADVERTISEMENT
Kerangka tersebut ditemukan seperti dalam posisi Ritual Tapa Pendem. Asumsi ini dikarenakan penemuan kerangka tubuh yang tertimbun pasir dalam posisi bersila seperti sedang makukan ritual tapa pendem.
Adanya kemungkinan korban sedang melakukan tapa pendem belum bisa dipastikan, tetapi lokasi ditemukannya kerangka dan tengkorak tersebut memang berada di kawasan Pantai Parangkusumo yang sering digunakan untuk bertapa.
Ritual tapa pendem sendiri dikenal juga dengan sebutan ritual tapa ngeluwang. Bagi beberapa masyarakat, terutama masyarakat Jawa sudah tidak asing lagi dengan ritual ini. Hal terebut dikarenakan adanya kepercaaan bahwa tapa pendem merupakan wariasan ajaran dari Sunan Kalijaga.
Sebagian masyarakat juga menganggap bahwa ritual tapa pendem merupakan salah satu cara melakukan laku prihatin. Ritual tapa pedem merupakan salah satu hal yang dianggap masyarakat sebagai salah satu cara mendekatkan diri kepada tujuannya. Prosesi ritual ini dilakukan dengan menggubur petapa selayaknya mayat yang sudah meninggal. Hanya saja tidak diadzani, karena azan merupakan ritual sugguhan bagi orang yang sudah meninggal.
ADVERTISEMENT
Umumnya orang yang melakasanakan ritual ini akan dibungkus dengan kain kafan dan dikubur di dalam liang lahat sedalam tiga meter, dengan panjang dua meter dan lebar 1,5 meter. Di dalam liang lahat juga dipasang pipa/peralon yang terhubung ke permukaan untuk menyalurkan makanan dan berfungsi sebagai ruang ventilasi. Tatapi ada pula yang melakukan ritual ini dengan teknis lain, sesuai dengan kepercaaannya.
Ritual tapa pendem ini dilakukan di tempat yang sepi dengan didampingi oleh orang lain, untuk mengecek keadaan dan menyuplai makanan kedalam liang. Untuk lamanya waktu melakukan tapa pendem biasanya tergantung oleh orang yang melakukannya. Ritual tapa pendem dapat dilakukan selama tiga hari, lima hari atau selama petapa mampu. (Syiva Pramuji)
ADVERTISEMENT