Konten Media Partner

Potensi Thrift Shop di Jogja Dinilai Cukup Besar

3 September 2022 10:20 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah seorang pembeli sedang melihat baju di Jogja Thirft Market (JTM) yang digelar di JEC. Foto: erfanto/Tugu Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Salah seorang pembeli sedang melihat baju di Jogja Thirft Market (JTM) yang digelar di JEC. Foto: erfanto/Tugu Jogja
ADVERTISEMENT
Jogja Thrift Market (JTM) kembali digelar untuk yang kedua kalinya di Jogja Expo Center (JEC). Selama 5 hari ke depan penyelenggara kegiatan 'awul-awul' ini menargetkan transaksi melampaui Rp 4,4 miliar, melebihi angka yang mereka bukukan pada JTM pertama yang diselenggarakan tiga tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Ketua Panitia sekaligus manajer JEC, Endro Wardoyo menuturkan pasar baju bekas impor (Thrift Shop) di Yogyakarta masih sangat terbuka. Banyaknya mahasiswa ataupun pelajar membuat bisnis Thirft ini sangat prospektif. Karena pasar terbesar memang di golongan usia sekolah dan mahasiswa.
"Ratusan ribu mahasiswa ada di sini, itu potensi yang sangat besar. Belum lagi wisatawan," ujar Endro, Sabtu (3/9/2022).
Endro menuturkan kalangan anak muda inilah yang menjadi ceruk pasar karena mereka berkeinginan mendapatkan barang bermerk (branded) namun masih terjangkau. Thirft menjadi alternatif karena kondisi barangnya memang masih bagus.
Pada JTM kedua ini, jumlah peserta dan juga hall yang digunakan jauh lebih luas dibanding penyelenggaraan pertama. Karena pada JTM pertama lalu, luasan yang digunakan hanya 1 hall namun kali ini ada 2 hall.
ADVERTISEMENT
"Ada 200 stand fashion dan 40 stand kuliner. Tak hanya dari DIY, tetapi Jawa Tengah, Jawa Timur ataupun Jawa Barat," kata dia.
Dalam kegiatan ini berbagai macam baju 'bekas' yang bermerk dijual dengan harga yang terjangkau. Sesama peserta sudah memiliki aturan main di mana ada batas minimal produk dijual. Untuk baju anak minimal Rp 25 ribu, baju laki-laki minimal Rp 50 ribu dan baju perempuan Rp 75 ribu.
Endro berharap JTM kedua ini akan menjadi trigger perekonomian setempat. Karena ia menyadari kondisi perekonomian DIY sempat terpuruk akibat pandemi COVID-19. Dengan kegiatan ini, ia yakin perekonomian bisa bergerak lagi.
Ketua Bidang Organisasi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DIY, Robby Kusumaharta merasa bersyukur karena di tengah situasi pandemi, mesin ekonomi tetap bergerak sehingga bisa bertahan dan tidak panik. Dengan demikian nantinya akan mencapai target yang diharapkan pemerintah
ADVERTISEMENT
"JTM ini kegiatan yang peduli pada lingkungan. Karena kita menggunakan kembali barang yang masih dipakai sepanjang dibersihkan. Yaitu tekstil," terangnya.
Thirft saat ini sudah menjadi fenomena yang melanda dunia, salah satunya adalah tren di Eropa. Oleh karenanya perlu ada upaya untuk meningkatkan kualitas barang yang dijual. dan melalui metode ini transaksi berjalan dan memiliki ide kembali.