Konten Media Partner

Praktisi Kesehatan Soroti Tren Stroke Jadi Faktor Utama Kematian di Indonesia

14 September 2024 15:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dokter Spesialis Bedah Saraf, dr. Wisnu Baskoro, Sp.Bs, (Foto : M Wulan)
zoom-in-whitePerbesar
Dokter Spesialis Bedah Saraf, dr. Wisnu Baskoro, Sp.Bs, (Foto : M Wulan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tren penyakit stroke di Indonesia tak melulu menyerang usia tua, tetapi mulai bergeser dan lebih sering menyerang usia produktif karena pengaruh gaya hidup.
ADVERTISEMENT
Bahkan penyakit stroke menjadi menjadi pembunuh nomor satu di Indonesia, selain serangan jantung. Tercatat berdasarkan data pemerintah, jumlah penderita stroke di Indonesia itu hampir mencapai kurang lebih dua juta kasus. Namun yang bisa tertangani tak sampai setengahnya.
Hal itu disampaikan Dokter Spesialis Bedah Saraf sekaligus Ketua Panitia 2nd Soeradji International Conference (SIC), dr. Wisnu Baskoro, Sp.BS.
"Itu pembunuh nomor satu sekarang selain jantung. Onkologi juga kan banyak, nah sekarang kita update supaya tidak ketinggalan karena di luar negeri itu sudah maju penanganannya," ujar Dokter Spesialis Bedah Saraf, dr. Wisnu Baskoro, Sp.BS, Jumat (13/9/2024).
Dr. Wisnu mengatakan stroke memang merupakan penyakit tidak menular, namun, paling banyak menyebabkan angka kematian pasalnya banyak sel yang rusak jika seseorang terkena stroke. Untuk itu, perlu untuk mengetahui gejala serta faktor risiko stroke sejak dini untuk mencegahnya sejak sekarang hingga di kemudian hari.
ADVERTISEMENT
Selain itu, para praktisi kesehatan baik di seluruh Indonesia termasuk di Yogyakarta juga diajak untuk melakukan update ilmu pengetahuan terhadap penanganan stroke melalui konferensi internasional yang diisi oleh pembicara dari luar negeri tersebut. Dari konferensi internasional ini, praktisi kesehatan bisa berbagi dengan rekan sejawat untuk penanganan penyakit vaskular dan onkologi.
Dikatakan dia, konferensi ini juga berkomitmen untuk memajukan pengetahuan dalam perawatan Neurovaskular, yang bertujuan untuk mengurangi kejadian kematian terkait stroke.
“Stroke itu pasti mendadak. Kalau tidak mendadak, namanya bukan stroke. Sayangnya, di Indonesia, belum siap, utamanya untuk melakukan skrining. Padahal, skrining itu penting karena jadi salah satu tindakan preventif,” terangnya.
Agenda itu digelar selama dua hari, Jumat (13/9) hingga Sabtu (14/9) dan diikuti oleh 200 peserta yang berasal dari bidang kedokteran, dosen maupun perawat. Tema besar yang diambil yakni Exploring Challenges Issues, Emerging Trends Neuro-Oncology & Neurovaskular Update yang membahas tentang tren terkini penyakit neurovaskular.
ADVERTISEMENT
Dr. Wisnu menambahkan tema itu diambil sebagai upaya untuk mengetahui tren terkini tentang penyakit neurovaskular, termasuk stroke didalamnya.
Sepanjang acara tersebut, para peserta disuguhi berbagai presentasi, diskusi panel, dan lokakarya langsung yang mencakup berbagai aspek intervensi neurovaskular termasuk membahas kemajuan terkini dalam terapi endovaskular untuk pengobatan stroke dan aneurisma hingga teknologi baru dalam neuroimaging dan pemantauan intraoperatif.
“Ini juga sesuai dengan program Kementerian Kesehatan (Kemenkes) ya. Kami prioritaskan untuk pelayanan stroke, neurovaskular dan neuro-onkologi yang sekarang, di Indonesia, angka kematian dan morbiditas dari penyakit tersebut cukup tinggi,” imbuhnya.
“Harus ditentukan penyebab (stroke). Apakah ada sumbatan atau pendarahan. Kalau pendarahan itu contohnya karena darah tinggi, kalau sumbatan itu karena diabetes,” tandasnya.
ADVERTISEMENT
(M Wulan)