Konten Media Partner

Ramai Kabar Air Laut Surut, Warga Pesisir Selatan Gunungkidul Anggap Hal Biasa

30 September 2020 20:23 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi Pantai Siung yang disebut airnya surut. Foto: Twitter/@Jowo_jawi
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi Pantai Siung yang disebut airnya surut. Foto: Twitter/@Jowo_jawi
ADVERTISEMENT
Kabar permukaan air laut di Pantai Siung, Gunungkidul yang surut cukup banyak dibantah oleh Pemerintah Kalurahan Purwodadi, Kapanewonan Tepus, Gunungkidul. Mereka menganggap jika air yang surut tersebut hanya surut biasa, tak seperti yang dikabarkan melalui media sosial twitter.
ADVERTISEMENT
"Ora, Mung biasa (Tidak, cuma biasa), " ujar Kepala Bagian Kesra Kalurahan Purwodadi, Suroyo, Rabu (30/9/2020) malam ketika dikonfirmasi ke nomor pribadinya.
Ia mengakui jika air laut memang surut, namun surutnya masih seperti kondisi ketika surut pada umumnya. Namun ia mengakui jika Rabu sore banyak masyarakat yang pergi ke pantai memastikan air laut surut apa tidak.
Ia mengaku akan memastikan kembali kabar tersebut malam ini. Hal ini berkaitan erat dengan berita yang beredar belakangan ini di mana laut selatan berpotensi tsunami 20 meter lebih ketika terjadi gempa.
"Nanti-nanti coba tak pastikan lagi," tambahnya.
Puji, pemilik restoran di Pantai Nglambor mengakui air laut memang mulai surut sekitar pukul 11.00 WIB. Namun surutnya air laut kali ini sama seperti sebelum-sebelumnya. Menurutnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena hal tersebut hanya peristiwa biasa.
ADVERTISEMENT
Terlebih dalam hitungan kalender Jawa yang mendasarkan pada rembulan, saat bulan menunjukkan tanggal muda dan tua, selalu dibarengi dengan surutnya air laut. Bahkan nanti ketika pergantian tanggal, surutnya air laut akan lebih parah dibanding saat ini.
"Kalau pas pergantian tanggal surutnya bisa sampai ke tengah. Ini malah biasa kok, ndak perlu dikhawatirkan," katanya.
Koordinator SAR Satlinmas Wilayah I Gunungkidul, Sunu Handoko ketika dikonfirmasipun menyatakan belum ada laporan perihal surutnya air laut Pantai Siung secara signifikan. Iapun menghimbau agar masyarakat untuk tenang namun tetap waspada.
"Belum ada laporan," ujar Sunu.
Terpisah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul, mencatat hanya ada satu alat early Warning Sistem (EWS) tsunami yang masih berfungsi. Sementara beberapa lainnya mengalami rusak akibat diterjang gelombang tinggi beberapa tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul, Edi Dengan panjang pantai sekitar 75 kilometer, jumlah tersebut tentu sangat minim. Tak hanya itu, alat deteksi tsunami banyak yang roboh dan rusak, dan hanya ada beberapa yang berfungsi. seperti yang terjadi di Pantai Baron masih bisa aktif kemarin dicek sirinenya.
"Yang lainya ada kerusakan, karena aset BNPB kita masih menunggu untuk perbaikan EWS tsunami itu," ucap Edi saat dikonfirmasi Senin (28/9/2020).
Edi menyebut EWS tsunami setidaknya ada delapan alat yang terpasang di kawasan Pantai, tujuh rusak akrena badai cempaka 2017 lalu. Saat ini BMKG tengah memasang radar tsunami di wilayah perbatasan Bantul dengan Gunungkidul. Alat tersebut dapat mendeteksi tsunami dengan jarak 100 kilometer. Namun sampai saat ini masih dalam proses pembangunan.
ADVERTISEMENT
"BPBD sendiri sudah membuat 57 Kalurahan sudah menjadi Desa Tangguh Bencana (destana)," tambahnya.
Destana merupakan kalurahan yang warganya sudah dilatih bilamana terjadi bencana sesuai dengan karakteristik wilayahnya. Seperti bencana longsor, tsunami banjir dan bencana alam lainnya.
Sekretaris SAR Satlinmas Wilayah II Gunungkidul Surisdiyanto menambahkan, EWS Tsunami yang ada di pantai awalnya di Kukup, Sepanjang, Drini, Sundak, Siung, Wediombo, Baron, dan Ngrenehan. Diakuinya, EWS tidak berfungsi akibat dari hilang dan rusaknya EWS ini diakuinya kinerja tim SAR lebih berat.
Sebelumnya jagat maya geger dengan postingan twitter @Jowo_jawi yang berbunyi "Kemari ke pantai Siung gunung kidul.. Oleh warga setempat cerita,, air laut lagi surut tak biasanya mbah,"