Regenerasi Pembatik di Bantul Masih Sulit

Konten Media Partner
1 September 2022 18:22 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Siswa sedang membatik. Foto: erfanto/Tugu Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Siswa sedang membatik. Foto: erfanto/Tugu Jogja
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Regenerasi pembatik masih menjadi persoalan yang sulit bagi pelestarian batik saat ini. Seperti yang dialami sentra batik tua di Bantul, Padukuhan Gunting Kalurahan Gilangharjo Kapanewon Pandak Bantul.
ADVERTISEMENT
Kini, pembatik di sentra batik tersebut tinggal 50 orang. Padahal sebelumnya bisa mencapai ratusan orang. Namun seiring berjalannya waktu, tak banyak generasi muda yang bersedia menekuni batik sebagai profesi.
Dukuh Gunting, Tumilan menuturkan regenerasi memang sulit karena profesi pembatik adalah sesuatu yang unik. Karena profesi butuh ketelatenan dan kesabaran karena corak batik cukup sulit dan kompleks. Sangat jarang ada anak yang telaten menggarap batik yang rumit ini.
"Saat ini anak-anak ada kecenderungan yang ingin instan. Sehingga tidak bersedia menjadi pembatik," terangnya, Kamis (1/9/2022).
Meskipun berkembang anggapan jika sulitnya regenerasi pembatik karena upah yang minim, namun Tumilan membantahnya. Terkait upah, Tumilan mengatakan jika hal tersebut adalah relatif.
Memang, upah pembatik memang tidak sebesar jika menjadi buruh di pabrik. Namun ia mengklaim kesejahteraan para pembatik saat ini terus membaik semenjak industri batik menggeliat usai mendapat anugerah dari UNESCO.
ADVERTISEMENT
"Kami tetap berusaha untuk melakukan regenerasi," ujar dia.
Hari Kamis (1/9/2022) ini, Padukuhan Gunting meluncurkan program Edu Wisata Batik Cilik. Sebuah program yang bertujuan untuk memperbanyak generasi pembatik. Dusun Gunting selama ini memang dikenal sebagai salah satu sentra batik di Kabupaten Bantul.
Disebutkan program eduwisata Pembatik cilik diinisiasi oleh sebuah perusahaan besar di tanah air. Eduwisata ini mereka luncurkan berdasarkan keprihatinan generasi batik yang saat ini mulai punah.
"Kami mencoba menumbuhkannya kembali. Selain di sekolah kami juga membuat di sentranya," katanya.
Saat ini, sentra Batik di Gunting sudah mulai menggeliat paska pandemi COVID-19. Masyarakat mulai memproduksi kembali meski belum normal seperti sebelum pandemi COVID-19. Di Gunting, ada berbagai macam batik mulai tulis, cap ataupun juga kombinasi keduanya.
ADVERTISEMENT
Untuk pemasarannya, batik dari Gilangharjo sudah menembus di seluruh Kota Besar di Indonesia. Karenanya regenerasi Sangat penting agar Batik dari Gilangharjo tetap bertahan dan tidak punah di tengah era kemajuan tehnologi saat ini.
Kati (60) salah satu pembatik di Padukuhan Gunting mengaku telah membatik sejak kelas 6 SD. Ia mengakui penghasilannya menjadi pembatik memang tidak besar. Saat ini ia hanya mendapat upah sebesar Rp 40 ribu perhari dengan makan sekali.
"Ya sedikit, namun baginya cukup dibanding harus menganggur tanpa pendapatan. Tapi walau kecil, tetapi Alhamdulillah cukup," ujar dia
Dulu sewaktu muda jumlah pembatik cukup banyak dan kini tinggal segelintir orang yang masih bertahan.