Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten Media Partner
Rencana Keraton Yogyakarta Tutup Plengkung Gading, Nasib Pedagang Alkid?
22 Januari 2025 16:34 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Kabar penutupan Plengkung Gading di dekat Alun-Alun Kidul Kota Yogyakarta disampaikan oleh putri sulung Raja Keraton Yogyakarta yang juga menjabat sebagai Penghageng Kawedanan Hageng Datu Dana Suyasa Keraton Yogyakarta belum lama ini.
ADVERTISEMENT
Salah satu pedagang Alun-Alun Kidul, Asih mengatakan ia tidak mempermasalahkan ditutupnya Plengkung Gading asalkan masih diperbolehkan berjualan di sekitar wilayah tersebut.
"Mau ditutup ya enggak masalah yang penting tetap jualan. (Kalau pindah) kami larinya ke mana, kan mata pencahariannya cuma di sini. Saya janda dan masih menyekolahkan anak saya yang masih SMA," kata Asih saat ditemui di Alun-Alun Kidul, Rabu (22/1/2025).
Wanita berusia 42 tahun tersebut juga menyampaikan sudah berjualan di lokasi itu sekitar 18 tahun lalu.
"Saya sudah 18 tahun di sini yang dimulai ibu saya. Sekarang ibu saya sudah tidak bisa kerja jadi saya yang meneruskan," ucap Asih.
Terkait rencana penutupan Plengkung Gading, ia menyebut belum ada pemberitahuan resmi dari Keraton maupun pemerintah terkait.
ADVERTISEMENT
"Tahunya cuma dari media sosial," kata Asih.
Pedagang lainnya, Riatiningsih juga tidak mempermasalahkan adanya penutupan tersebut.
"Saya sudah 20 tahun di sini. Dan bisa makan ya karena jualan di sini, mau kemana lagi (kalau dipindah). Saya sudah tua (65)," kata sapaan akrabnya bu Ning.
"Saya buka mulai sore sekitar 4 jam buat menghidupi anak saya (dua)," sambungnya.
Alih-alih membahas penutupan Plengkung Gading, lanjut Ningsih menyebut bahwa, akan ada penataan atau seleksi terhadap para pedagang di Alun-Alun Kidul.
Yang mana akan lebih memprioritaskan warga sekitar untuk berjualan. Pasalnya, diketahui ada sekitar 400 pedagang dilokasi tersebut.
"Nantinya di sini akan membahas soal penataan ulang karena lumayan penuh (yang jualan). Yang penting warga sini duluan yang diperbolehkan buat jualan," ucap Ningsih.
ADVERTISEMENT
Senada dengan Asih dan Ningsih, Ariyadi (68) yang juga pedagang sekaligus warga sekitar lokasi itu menolak jika nantinya pedagang dipindahkan ke lokasi lain.
"Ya enggak setuju karena untuk makan rezeki harus makan itu ya. Nanti makannya kelaparan semua nanti. Saya sudah berjualan dari tahun 1990, warga sini saja," kata Ariyadi.
Alasannya, kata Pria yang mempunyai dua anak tersebut juga menyampaikan karena dirinya masih harus menghidupi anak-anaknya, salah satu anaknya masih berkuliah di Yogyakarta.
"Di sini terus (jualan angkringan). Omzet bersih pagi sehari Rp 200.000. Sore lebih baik bisa sekitar dua kali lipat karena kan banyak pengunjungngnya kalau malam. Dan hasil itu semua buat menghidupi keluarga saya termasuk dua anak, satu masih kuliah," ucap Ariyadi.
ADVERTISEMENT
Dari pendapat ketiga pedagang tersebut, mereka kompak baru mengetahui dari media sosial.
"Tahunya dari HP (media sosial) dan baru pagi tadi dari teman-teman yang jualan paginya. Tapi pastinya mau ditutup belum tahu ya karena saya tahunya cuma dari itu saja," kata ketiga pedagang tersebut
Sebelumnya, Putri sulung Raja Keraton Yogyakarta GKR Mangkubumi menyatakan alasan akan dilakukan soal penutupan Plengkung Gading itu sebagai bagian dari upaya penataan Sumbu Filosofi Yogyakarta.
Namun, jelas Mangkubumi menyebut bahwa uji coba penutupan belum bisa dipastikan kapan akan dimulai.
“Baru uji coba (penutupan),” ujar Mangkubumi.
Pihaknya juga masih menunggu hasil koordinasi lebih lanjut dengan Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
ADVERTISEMENT
“Itu (waktu uji coba penutupan) kami tidak tahu, dari Dinas PU (Pekerjaan Umum),” kata Mangkubumi.
Tepatnya pada Minggu (20/1/2025) di media sosial beredar narasi rencana Keraton Yogyakarta menutup Plengkung Gading itu.
Dalam narasi itu tertulis, “Plengkung Gading closed, deceased monarch only. Farewell Warung Brongkos, bakul cilok, odong-odong, sak tukang parkire. Masyarakate kon kukut, arep dipek dewe,”. (Plengkung Gading ditutup, hanya untuk keluarga raja saja. Selamat tinggal Warung Brongkos, pedagang cilok, pelaku jasa mainan odong-odong, termasuk tukang parkir. Masyarakatnya diminta pergi, mau dimiliki sendiri).
Keraton Yogya Janji Tak Usir Pedagang
Keraton Yogyakarta berjanji tidak akan mengusir para pegiat ekonomi di kawasan tersebut.
“Kami (Keraton Yogyakarta) tidak akan mengusir penjual di sekitar situ (Plengkung Gading). Nanti kami akan atur juga untuk penanganan pedagang karena masih didata," kata Mangkubumi.
ADVERTISEMENT
Apa Itu Plengkung Gading?
Plengkung Gading merupakan akses atau gerbang luar sisi selatan Keraton Yogyakarta yang berbentuk seperti pintu gerbang melengkung.
Bangunan bersejarah ini termasuk gapura yang digunakan sebagai pintu masuk menuju jeron benteng (dalam beteng) Keraton Yogyakarta.
Plengkung Gading menjadi salah satu dari lima gerbang utama Benteng Baluwerti yang mengelilingi Keraton Yogyakarta.
Sumbu filosofi Yogyakarta tercatat membentang dari Panggung Krapyak di selatan hingga ke Tugu Pal Putih di utara, melindungi Keraton Yogyakarta sebagai pusatnya.
Plengkung Gading termasuk satu dari lima gerbang (plengkung) yang menghubungkan dengan Keraton Yogyakarta.
(Olive)