Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten Media Partner
Rinding Gumbeng, Kesenian Asal Gunungkidul yang Dimainkan di Istana Negara
19 Agustus 2022 13:35 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Rinding Gumbeng, kesenian tradisional asal Kapanewon Ngawen Gunungkidul baru saja dipercaya oleh Sekretariat Negara (Setneg) untuk tampil dalam acara Peringatan HUT ke-77 RI.
ADVERTISEMENT
Ketua Kelompok Rinding Gumbeng Ngawen, Sri Hartini (52) mengaku bahagia dan awanya tidak percaya dengan apa yang terjadi. Sebab, kesenian yang telah turun temurun ia pertahankan dari para pendahulunya kini mendapat pengakuan dari istana.
"Rinding Gumbeng sebenarnya mendapat penghargaan dari UNESCO sebagai warisan non benda," terang dia, Jumat (19/8/2022).
Alat musik Rinding Gumbeng terbuat dari bilah bambu. Yaitu bilang bambu tipis sepanjang 20-an cm yang 'dicacah' tengahnya sedikit dan ujungnya diikat tali tambang kecil. Alat musik ini dimainkan dengan di bibir dengan cara menarik tali pada salah satu sisi dengan posisi alat diupayakan terus menempel di mulut.
"Rinding Gumbeng sebenarnya adalah dua alat musik terpisah yaitu Rinding dan Gumbeng," terang dia.
ADVERTISEMENT
Dua-duanya memiliki suara khas dan berbeda dan bisa saling mengisi satu sama lainnya. Dan untuk menarik pendengar juga ada kendang dan gong yang semuanya terbuat dari gelondongan bambu ditambah kecrek. Kedua alat ini memang membutuhkan alat musik lain meskipun juga dari bambu agar bisa menciptakan harmonisasi.
Dan karena sudah lengkap, maka Kelompok Rinding Gumbeng sudah bisa berkolaborasi dengan berbagai aliran musik mulai dari campursari, keroncong dan jenis musik lainnya sehingga bisa memainkan lagu-lagu modern seperti sekarang ini.
Jika ditanya sejak kapan Rinding Gumbent tersebut diciptakan, Hartini mengaku tidak bisa menjawabnya dengan pasti. Namun Hartini menjelaskan, Kalurahan Beji selama ini dikenal sebagai tempat melarikan diri selir Brawijaya 5, Roro Resmi ketika jaman perang antara Demak dengan Majapahit.
ADVERTISEMENT
"Konon, Raja Brawijaya 5 sangat menyukai musik Rinding Gumbeng yang alatnya semuanya terbuat dari Bambu," paparnya.
Menurut Hartini, Rinding Gumbeng terbuat dari bambu karena dulu sebelum ditemukan logam, yang ada hanyalah bambu dan batu. Rinding Gumbeng diciptakan untuk menghasilkan musik bersama beberapa alat musik dari Batu. Sehingga kemungkinan kapan rinding gumbeng diciptakan, bisa dikatakan sejak jaman batu.
Keluarga nenek moyang Hartini memang berusaha keras agar alat musik ini coba terus dipertahankan dan dilestarikan. Ayah Hartini, Sudiyo mendapat ilmu dari nenek mereka dan sebelumnya mengetahui alat tersebut dari moyang mereka. Kemudian oleh Sudiyo diturunkan kepada dirinya.
Rinding Gumbeng adalah alat musik yang tidak memiliki notasi karena sebenarnya untuk memainkan alat ini hanya mengandalkan rasa. Rinding ini memang unik dan sangat sulit untuk dibunyikan. Sehingga tidak sembarang orang bisa memainkannya.
ADVERTISEMENT
Rinding Gumbeng biasanya dimainkan saat upacara adat Sadranan di Hutan Adat Wonosadi, hutan yang ada di Kalurahan Beji. Alat ini biasanya dimainkan untuk mengundang Dewi Sri, Dewi Kemakmuran atau Dewi Padi. Dan sampai saat ini selalu dimainkan setiap upacara setahun sekali tersebut.
Namun sebenarnya, dulunya Rinding Gumbeng adalah alat untuk komunikasi warga pada jaman dahulu sebelum ada alat yang canggih seperti sekarang ini. Dahulu, Rinding Gumbeng sarana komunikasi para pemuda ketika akan berkumpul.
"Dulu komunikasinya dengan memainkan rinding gumbeng ini. Ketika rinding gumbeng ini dimainkan maka menunjukkan posisi seseorang,"tambahnya.