Konten Media Partner

Rumah Baru untuk Cindy

26 Agustus 2019 10:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kakek Parimin sedang menggendong Cindy dan Nenek Tukiyem di rumah barunya, Senin (19/8/2019). Foto: adn.
zoom-in-whitePerbesar
Kakek Parimin sedang menggendong Cindy dan Nenek Tukiyem di rumah barunya, Senin (19/8/2019). Foto: adn.
ADVERTISEMENT
Masih ingat dengan Cindy Uristiyanti (7)? Seorang anak perempuan di Purworejo yang tinggal dalam pelukan hangat Kakek Parimin (72) dan Nenek Tukiyem (70). Setelah ditinggal sang ayah saat masih dalam usia 3 bulan, dan sang ibu yang mangalami gangguan jiwa, hanya kakek dan neneknya yang menjadi tempat Cindy berlindung.
ADVERTISEMENT
Sepeninggal ayah dan ibunya, Kakek Parimin dan Nenek Tukiyem lah yang jadi orang tua pengganti bagi cucu tercinta. Ketiganya pernah tinggal di sebuah rumah tak layak di RT 03/RW 01 Desa Kledung Karangdalem, Kecamatan Banyuurip, Kabupaten Purworejo. Lantai yang masih tanah, kurangnya cahaya matahari dari luar, membuat kondisi rumah ini tidak bisa dikatakan layak.
Sempat terlintas di benak Parimin untuk memiliki rumah yang layak. Rumah yang akan ia gunakan bersama istrinya dan membesarkan Cindy nantinya. Apa daya, ia hanyalah seorang petani dengan upah yang tak menentu. Mimpi ini pun harus dikuburnya dalam-dalam. Doa tak henti dipanjatkan untuk memiliki rumah yang layak untuk masa depan Cindy.
Nenek Tukiyem dan Cindy sedang bersantai di rumah barunya di Purworejo. Foto: asn.
Keajaiban pun datang, senyum bahagia terlintas di bibir Parimin ketika rumah lamanya dibongkar. Siapa sangka jika mimpi Parimin ini berhasil terwujud. Tak lagi berlantaikan tanah, kini Parimin, Tukiyem, dan Cindy, bisa tinggal di rumah yang berlantaikan keramik.
ADVERTISEMENT
“Sekarang rumahnya sudah diperbaiki, saya tambah senang,” ujar Parimin, saat dikunjungi di rumah barunya, Senin (19/8/2019).
Kata terima kasih pun tak berhenti mengalir dari bibirnya. Dengan mata berkaca-kaca, kata terima kasih itu terus mengalir. “Saya berterima kasih pada teman-teman yang sudah membantu,” ujarnya.
Kakek Parimin dan Cindy sedang bersantai di rumah barunya. Foto: adn.
Di rumahnya yang lama, mungkin cuci kaki setelah masuk rumah tidak ada gunanya. Sama saja, di luar beralaskan tanah dan di dalam rumah pun beralaskan tanah. Tapi tidak dengan rumah barunya kini.
Menjadi kebiasaan baru bagi Parimin untuk mencuci kakinya sebelum menginjakkan kaki di lantai keramik putih itu. Ia memastikan kakinya bersih, tak ada noda yang menempel sedikitpun. Seolah-olah rumah barunya tidak boleh kotor.
Hal pertama yang dilakukannya sesaat setelah membuka pintu adalah mencari sapu. Sapu itu menari dengan gemulai di atas lantai di bawah kendali tangan Parimin. ‘Setiap sudut harus bersih’ mungkin itu yang ada di dalam benaknya hingga menyapu tempat yang sama berulang kali.
Kakek Parimin sedang membersihkan rumah barunya di Purworejo. Foto: adn.
“Ben resik (agar bersih), mbak,” tutur Parimin sambil asyik mengomandoi sapunya.
ADVERTISEMENT
Tak sampai di situ, usai sapu itu menari-nari, kini giliran kain pel yang bertugas membersihkan lantai. Parimin memastikan tidak ada satu noda pun tersisa di lantai putih itu.
Rasa letihnya tak seberapa dibandingkan dengan rasa bahagianya, mengetahui kenyataan bahwa tak lama lagi, ia bisa tidur dengan nyaman di rumah barunya. Peluh pun menetes dari dahinya usai ia membersihkan rumah barunya.
Saat ditanya soal harapan untuk Cindy ke depannya di rumah baru ini, Parimin pun sempat terdiam sejenak. Beberapa detik kemudian, ia akhirnya dengan tegas menjawab harapan untuk sang cucu.
“Rumah ini untuk semua keluarga saya. Kalau kesini nggak boleh menghaki (merasa memiliki),” tegas Parimin.
Parimin pun mengaku membuka lebar bagi saudara-saudaranya yang ingin berkunjung ke rumahnya kelak. Bahkan, ia pun tidak mengatakan bahwa ‘rumah ini adalah rumah saya’. Tak sekali pun kalimat itu muncul dari mulutnya.
ADVERTISEMENT
“(Rumah) ini punya keluarga. Punya semua, bukan punya 1 orang,” tuturnya. (asa/adn)