Konten Media Partner

Pendopo Kecamatan Wirobrajan Disulap Menjadi Panggung Wayang Kulit Nan 'Wah'

27 Oktober 2018 11:11 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pendopo Kecamatan Wirobrajan Disulap Menjadi Panggung Wayang Kulit Nan 'Wah'
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Upaya pelestarian tradisi menjadi hal yang tak bisa terelakan dengan makin kencangnya gerak modernisasi di wilayah urban. Hal ini terjadi pula di Kota Yogyakarta yang lambat laun berubah wajah menjadi kota yang kian kental dengan berbagai hal berbau kemajuan zaman.
ADVERTISEMENT
Namun, ada sejumlah upaya dari pemerintah Kota Yogyakarta yang patut dicermati belakangan terakhir khususnya untuk mengimbangi gerak kemajuan jaman yang terjadi agar tak sampai meninggalkan atau bahkan menghilangkan akar tradisi yang sudah diwariskan leluhur.
Misalnya, menghadirkan kembali tradisi lokalitas seperti wayang kulit agar kembali dekat dengan warga, tanpa harus terikat dengan space khusus di pusat-pusat seni kebudayaan tertentu atau yang umum.
Contohnya, pertunjukkan wayang kulit yang digelar pemerintah Kota Yogyakarta di Kecamatan Wirobrajan Yogyakarta Jumat (26/10/2018) malam. Wayang kulit yang mengambil lakon Kresna Begal itu ditampilkan dua dalang yang berasal dari Persatuan Dalang Indonesia (Pepadi) Kota Yogya yakni Ki PurwoHartobo dan Ki Widodo Cermoprawiro. Panggung wayang kulit itu tampak 'wah' meski hanya menyulap pendopo Kecamatan Wirobrajan.
ADVERTISEMENT
"Pertunjukkan wayang di pendopo kecamatan ini selain nguri-nguri budaya dan mendekatkan tradisi dengan warga, juga memiliki tujuan lain yang tak kalah penting," ujar Camat Wirobrajan, Rumpis Trimintarta Jumat (26/10).
Rumpis mengatakan melalui pertunjukkan wayang di pendopo kecamatan itu, pemerintah kecamatan sekaligus bisa mensosialisasikan berbagai program kepada warga dengan suasana yang lebih rileks.
"Misalnya informasi terbaru dari kecamatan soal pelayanan, pemerintahan, dan juga kemasyarakatan bisa disampaikan di sela pertunjukkan wayang itu," ujar Rumpis.
Rumpis menuturkan informasi pemerintah biasanya disampaikan ketika pertunjukkan wayang memasuki sesi Limbukan. Isi dalam Limbukan biasanya memang tentang sosialisasi suatu hal kepada penonton namun dikemas seperti alur cerita yang masuk dalam cerita wayang.
Misalnya saja sosialisasi yang disampaikan tentang kehidupan guyub agar selalu terjadi di kalangan warga. Bisa jug sosialisasi soal Siskamling, Kerja Bakti, pengaktifan lagi tradisi Jimpitan beras dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Rumpis mengatakan Kecamatan Wirobrajan sendiri seperti lumbung potensi seni tradisi di Kota Yogya. Banyak tersebar puluhan kelompok seni budaya di kecamatan bagian selatan Kota Yogya itu. Wirobrajan pun telah ditetapkan Pemerintah Kota Yogya sebagai wilayah seni rintisan budaya.
"Masyarakat Wirobrajan memiliki minat besar dalam seni tradisi, sehingga tradisi lokal terus terjaga kuat," ujarnya. Misalnya kelompok seni tari asal Kecamatan Wirobrajan, Langen Carito, yang menjadi juara umum di DIY belum lama ini.
Rumpis mengatakan Wirobrajan telah mencanangkan diri dengan semboyan 'Wirobrajan Berbudaya'. Sehingga potensi seni tradisi yang tumbuh terus diwadahi pemerintah setempat agar subur dan berkembang.
"Kami akan terus menjaga agar tradisi yang ada terus terjaga dari generasi ke generasi, bagaimanapun caranya," pungkas Rumpis. (atx/adn)
ADVERTISEMENT