Konten Media Partner

Seniman Jogja Angkat Eksotisme Indonesia Timur Lewat Audio Visual

2 Juni 2019 21:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anggota Paralakon yang terdiri dari (Dari Kiri ke Kanan) Jati Biru(drummer), Danang Pamungkas (vocalist/pencipta lirik), Bagus Statagama (videografer), dan Ardie Boy (arranger). Foto: atx.
zoom-in-whitePerbesar
Anggota Paralakon yang terdiri dari (Dari Kiri ke Kanan) Jati Biru(drummer), Danang Pamungkas (vocalist/pencipta lirik), Bagus Statagama (videografer), dan Ardie Boy (arranger). Foto: atx.
ADVERTISEMENT
Sebuah wadah kolaborasi musik, seni dan audiovisual asal Yogyakarta, Paralakon, membuat proyek nekat tanpa sponsor demi idealismenya menggarap karya mereka yang terinspirasi eksotisme Indonesia Timur.
ADVERTISEMENT
Hasil kerja keras grup beranggotakan Danang Pamungkas (vocalist/ pencipta lirik), Ardie Boy (arranger), Jati Biru (drummer) dan Bagus Statagama (videografer) itu dikenalkan pada publik Minggu (2/6/2019) lewat dua single terbaru berjudul Menari Ja’i dan Kota Kupang.
Single yang bercerita tentang pengalaman mereka menjelajahi Nusa Tenggara Timur (NTT) itu dilepas lengkap dengan visual klip sebagai respon keindahan bentang alam khususnya Pulau Flores.
Karya Paralakon memadukan kualitas bermusik secara lebih kreatif. Keempatnya merespon dengan apik keindahan Flores yang dinilai sebagai salah satu peninggalan peradaban masa purba dengan bentang alam luar biasa indah.
"Ide merespon Flores datang setelah kami menemukan kekayaan alam dan tradisi yang begitu khas di NTT," ujar sang vokalis, Danang.
ADVERTISEMENT
Mulai dari Pulau Komodo, Desa Wae Rebo hingga proses perkembangan Kota Kupang di masa sekarang ini coba digambarkan melalui lirik berpadu audio visual yang digarap apik oleh keempatnya.
“Kami merasa jatuh cinta ketika menyelami lebih dalam tentang NTT, banyak suku di sana dengan budaya dan bahasa yang ternyata berbeda-beda. Kami coba respon lewat lagu Menari Ja’i yang mencerminkan ucapan syukur misalnya pernikahan dan acara syukuran apapun dan nadanya nyantol banget ketika saya sempat ikut dalam tarian Ja’i beberapa tahun lalu,” ungkapnya.
Lirik dari Danang yang digarap apik menjadi komposisi musik apik oleh Ardie dan Jati kemudian dilengkapi oleh Bagus yang merespon melalui video klip apik.
Di lagu, Menari Ja’i, Bagus banyak menunjukkan eksotisme Kepulauan Komodo hingga Wae Rebo, desa tertinggi di Flores, sementara klip Kota Kupang coba direspon dengan apik menunjukkan kekayaan karakter budaya berpadu kemajuan kota tersebut.
ADVERTISEMENT
“Lirik dan lagu jadi duluan, lalu muncul story board yang kemudian dieksekusi untuk video klip. Kami ingin maksimal, menunjukkan kekayaan alam Flores yang membuat semua melihat ada hal luar biasa dari Indonesia. Produksinya tidak kami buat main-main dan mudah-mudahan bisa menunjukkan hal menarik,” imbuh Bagus Statagama.
Di lagu Menari Ja’i, Paralakon mencoba memperdengarkan musik etnik yang dipadukan dengan nuansa pop. Sementara di lagu Kota Kupang, Ardie dan Jati memasukkan unsur dansa berpadu EDM yang terdengar menarik.
“Kami di Paralakon itu tak terikat genre, apa yang bagus kami masukkan dan mengalir begitu saja. Ini project jujur dari kami jadi ya apa yang menurut kami bagus dilakukan,” tandas Ardie.
ADVERTISEMENT
Project yang terkesan idealis tersebut secara resmi dilepas ke publik melalui akun YouTube resmi Paralakon Paralakon hari ini juga. “Kami lepas melalui YouTube dan harapannya bisa menginspirasi banyak orang bahwa Indonesia itu luar biasa,” sambung Danang lagi.
Soal habis biaya berapa untuk menggarap proyek itu, Paralakon tak menyebut pasti. "Yang jelas Rp 100 juta lebih," ujar Bagus. (atx/adn)
Foto: adv.