Seniman Patung Naga di Bandara YIA Sebut Terinspirasi dari Peta Kuno Jalur Sutra

Konten Media Partner
1 Januari 2022 16:20 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Patung naga di Bandara YIA, Kulon Progo. Foto: Mustofa B Nahrawardaya
zoom-in-whitePerbesar
Patung naga di Bandara YIA, Kulon Progo. Foto: Mustofa B Nahrawardaya
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Patung Naga Jalur Sutra, Seni instalasi yang kini terpampang di Pintu Masuk Bandara YIA dibahas oleh seorang Politikus Partai Umat. Hal ini karena Naga identik dengan China yang belakangan mengundang banyak komentar.
ADVERTISEMENT
Tri Suharyanta Alias Kotrek, seniman yang membangunnya mengaku sadar dengan konsekuensi karya yang ia buat selama 1,5 tahun lamanya. Sentimen negatif akan negeri China akan dijadikan dasar untuk menyoal karyanya. Namun, ia memastikan naga yang ia buat memiliki makna yang positif.
Menurutnya, simbolisasi Naga sebenarnya bukan hanya di China, tetapi juga ada di Nusantara bahkan ada di dunia barat. Naga memiliki simbol perwujudan berbeda baik di China, Jawa ataupun dunia barat. Namun yang lebih kuat secara mitologi dan makna-makna yang terkandung di Nusantara sama di China.
"Keberadaan naga dan phoenix itu adalah simbol dari kesuburan, kemakmuran, kekuatan, keperkasaan, positif. Kalau di China naga dengan kaki, kalau di Jawa naga tidak punya tapi punya mahkota, kalau di barat naga punya sayap," papar dia.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, ia memang sengaja menghadirkan sosok Naga sebagai simbol kekuatan yang positif. Dan untuk ornamen lain seperti huruf China dan beberapa simbol lain, Tri menyebut inspirasinya berasal dari penemuan peta kuno yang ditemukan oleh pemerintah China di salah satu percetakan tua.
"Setelah adanya penemuan peta itu akhirnya timbul kontroversi tentang sosok penemu Benua Amerika. Ini yang menarik, dan memang harus dipelajari,"ujar dia.
Kotrek mengatakan tertarik untuk mengulik peta kuno tersebut. Karena sepemahaman dia, peta kuno itu mengungkap kembali sejarah tentang penemuan Benua Amerika. Di mana saat ini masih diyakini oleh sejarawan barat, orang pertama yang melakukan ekspedisi ke Benua Amerika adalah Columbus.
Padahal menurutnya, Peta itu sebenarnya yang membuat adalah Laksamana Cheng Ho sewaktu melakukan ekspedisi hingga ke Benua Amerika. Hal tersebut dikuatkan dengan adanya di landasan naga dalam peta kuno tersebut.
ADVERTISEMENT
"Itu adalah peta kunonya (Laksamana) Cheng Ho. Karena itu, diakah yang melakukan ekspedisi menemukan Benua Amerika," imbuhnya.
Tri beranggapan jika peta kuno tersebut merupakan sejarah. Dari peta kuno itulah Kotrek yakin jika jauh sebelum Laksamana Cheng Ho melakukan ekspedisi, nelayan-nelayan Nusantara lebih dulu melakukan ekspedisi. Bahkan tidak menutup kemungkinan, sudah menjelajahi Benua Amerika lebih dulu.
Namun sayang, untuk membuktikannya memang literasi yang ada masih sangat minim. Bahkan karena sejarah dan ilmu pengetahuan, maka sejarawan terus berebut tentang kebenaran-kebenaran ekspedisi nusantara tersebut. Tetapi bangsa ini lupa jika 100 tahun sebelum Cheng Ho dan Columbus kita sudah melakukan ekspedisi kemana-mana.
"Bahkan kemungkinan juga sudah menyisiri Benua Amerika juga, cuma kita tidak punya literasinya dan itu diakui juga Gadjah Mada melakukan ekspedisi dan itu sedang kita pelajari," urainya.
ADVERTISEMENT