Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten Media Partner
Seperti Makanan Manusia, Sesajen Juga Punya Ragam Menu
16 November 2019 20:15 WIB
![Ilustrasi sajen. Foto: Kumparan.](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1573907928/rfsjukrnyo1g7k2kwzcp.jpg)
ADVERTISEMENT
Sajen sebagai bentuk khazanah tradisi Nusantara niscaya menyimpan sejumlah makna dalam kehidupan budaya manusia. Beberapa masyarakat meyakini sajen merupakan wujud penghormatan dan pensyukuran terhadap para leluhur atas karunia-Nya. Sesajen lazimnya digunakan untuk upacara peringatan atau hajatan yang memuat sajian-sajian dari perangkat khusus, seperti tumpeng, buah-buahan, lauk-pauk, panganan (jajanan pasar), air kelapa, dan menu sajen lainnya.
ADVERTISEMENT
Dalam tradisi Jawa terutama di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat – tempat sentra administrasi sekaligus kediaman Sultan dan rumah tangganya – hingga kini masih produktif menjalankan tradisi-tradisi budaya Jawa serupa halnya sajen. Setiap gelar hajatan yang bersifat ritual, entitas sesajen senantiasa digunakan untuk menjaga tradisi. Penggunaan sajen pun secara umum telah diregulasi sedemikian rupa sehingga dilakukan dengan tata cara yang tepat.
Sesajen pada “Hidangan untuk Perjamuan Leluhur” dalam buku Menjadi Jogja: Menghayati Jati Diri dan Transformasi Yogyakarta dituliskan setiap perhelatan ritus sesungguhnya tidak hanya menyediakan hidangan kepada manusia yang masih hidup saja, tetapi juga para leluhur sebagai “tamu istimewa”. Selain itu, sang empunya gawe perlu memahami secara khusus terkait hidangan (sajen) kesukaan atau kegemaran dari tiap-tiap tetamu “istimewa” tersebut.
ADVERTISEMENT
Hal itu dibuktikan saat perhelatan nikah yang diadakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) VIII pada 1939, Pangeran Purbaya dengan cermat mencatat sejumlah hidangan (sajen) untuk para “tamu istimewa”. Kelak setiap sajen akan disesuaikan dengan selera masing-masing leluhur yang berbasis nilai keakraban. Mulai sesajen untuk; para Nabi dari Timur Tengah – yang “dijawakan” dengan penyajian hidangan lokal; pendahulu sultan; kerabat sultan; hingga semesta. Berikut beberapa ulasan mengenai perangkat atau menu sesajen sebagaimana dilansir dari sumber serupa:
Kanjeng Nabi Rasul (Muhammad): nasi uduk, opor ayam putih mulus, dan lalapan.
Kanjeng Nabi Adam: apem terigu dan nasi liwet tanpa garam (sekul liwet asrep-asrepan).
Nabi Kilir (Khidhir dipahami sebagai penjaga air dan samudera): nasi berbentuk bulat (sekul golong), daging hewan berkaki empat (ulam sakupat), ikan, pecel tawon, dan sayur bayam (jangan menir).
ADVERTISEMENT
Nabi Ilyas (penjaga hutan): nasi pulen, daging ayam, daging kijang, tawon muda.
Syekh Abdulqadir Jaelani: nasi uduk ketan dalam periuk baru, nasi putih diapit lauk, dan buah-buahan.
Kanjeng Sunan Kalijaga: sekul golong, ulam sukupat, dan lele.
Ki Ageng Pemanahan (Panembahan Senapati): sekul golong, ulam sakupat, pecel ayam, dan jangan menir.
Kanjeng Sultan Agung: telur ayam pindang, ketan salak, dan kolak pisang emas.
Semarabumi (yang tinggal di bumi): sekul golong tunggal dengan telur dadar yang ditabur uang receh.
Kanjeng Ratu Kidul: tumpeng ketan dengan wadah periuk baru yang ditancapkan obor kecil serta harus dibuat pada saat petang.
Matahari, bulan, dan bintang: kelepon serta serabi.
Air, api, angin, bumi, hutan, gunung, daun dan kayu: jajanan pasar serta dawet.
ADVERTISEMENT
Sultan HB I: nasi pulen, bubuk kedelai, sup sayuran, tempe goreng besar, ketan campur enten-enten, lemper ayam, dan pisang raja.
Sultan HB II: nasi kuning, sayur kare, lontong, bubuk dendeng, bubuk ikan balur, bubuk kedelai, roti gandum lapis mentega, bubur sumsum, ketan isi pisang (legandha).
Sultan HB III: nasi liwet dan dendeng bakar.
Sultan HB IV: nasi goreng mentega, sup ayam, kepiting rebus, ayam panggang, ikan air tawar yang digoreng, tebu mlangi, dan larva hidup yang dibakar dalam rotan.
Sultan HB V: roti lapis telur, nasi uduk, cacing panggang jenis tertentu, garam, wader goreng, telur pindang, klepon isi daging, ikan jambal bumbu satai (kacang), ayam, dan batang tebu utuh.
Sultan HB VI: nasi goreng, nasi uduk, nasi putih, semur, perkedel, kerupuk, dendeng goreng dengan bawang merah, sambal goreng hati, sup, opor daging ayam yang dibungkus kulit, serabi telur, dua macam buah-buahan, dan air kelapa muda.
ADVERTISEMENT
Sultan HB VII: nasi liwet asrep-asrepan, lidah asin, tim burung dara muda, asparagus, buah klinci dari Cina, jeruk pacitan, teh, rokok Koh-i-Noor.
Kanjeng Ratu Emas (Ibu suri Sultan HB VIII): keripik tempe, ikan kecil, sayur kluwih, dan mawar dalam gelas. (Ludgeryus Angger)