Konten Media Partner

Sikap Permisif Jadi Salah Satu Penyebab Intoleransi

20 November 2019 19:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Scrabble Intolerance. Foto: adn.
zoom-in-whitePerbesar
Scrabble Intolerance. Foto: adn.
ADVERTISEMENT
Salah satu hal yang menjadi pemicu adanya kasus intoleransi adalah sikap permisif. Tak hanya perbedaan latar belakang saja, namun bagaimana seseorang bersikap juga bisa menjadi pemicu terjadinya intoleransi. Sederhananya sikap permisif adalah dalam menjalani sesuatu, seseorang bersikap easy going.
ADVERTISEMENT
“Sikap mengatakan easy going di era media sosial kan tidak bisa begini lagi bersikap seperti itu. Dia harus say no dengan tegas (untuk intoleransi). Perubahan semacam ini yang kita nggak sadar,” jelas Amin Abdullah, anggota Parampara Praja, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, di sela forum dialogi kerjasama lintas iman di Yogyakarta, Rabu (20/11/2019).
Kasus intoleransi selalu menjadi kasus yang hangat untuk dibicarakan. Berbagai hal sederhana bisa menjadi salah satu pemicu munculnya kasus intoleransi di berbagai daerah, termasuk di Yogyakarta. Sebagai kota yang terkenal dengan pluralisme, Yogyakarta menjadi sasaran nan ‘seksi’ bagi sejumlah orang untuk kepentingan-kepentingan tertentu.
Amin Abdullah, anggota Parampara Praja, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, di sela forum dialogi kerjasama lintas iman di Yogyakarta, Rabu (20/11/2019).
“Jogja itu kan bagi orang-orang yang punya kepentingan, bagi politisi kan seksi. Begitu ada apa sedikit gitu blow up ke sana kemari,” katanya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, kasus intoleransi ini tidak bisa hanya dibebankan di satu instansi saja. Pemerintah, swasta, organisasi, bahkan masyarakat memiliki peran penting untuk menyorot masalah intoleransi ini.
Yogyakarta menjadi daerah yang spesial bagi banyak orang. Para petinggi, stake holder, dan politisi sebagian besar latar belakang pendidikannya berasal dari Yogyakarta. Inilah yang membuat Yogyakarta menjadi ‘seksi’ menurut Amin Abdullah.
“Apa yang buat Jogja itu seksi, terutama reachable, dari mana aja mudah sekali. Di sini bagaimana pun bekas ibu kota negara, banyak intelektual, semua orang jakarta umumnya pendidikannya di Jogja, itu saja sudah luar biasa harganya,” kata Amin.
Menurutnya, sekarang ini banyak orang telah memiliki sikap toleransi. Namun hal ini tak didukung dengan keaktifan untuk menyuarakan toleransi di tengah keberagaman. Ia menandaskan di Yogyakarta, banyak orang yang toleran tetapi pasif. Padahal di zaman seperti ini, mereka dituntut untuk menjadi toleran yang aktif.
ADVERTISEMENT
Kasus intoleransi ini tentu sampai ke telinga Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X. Amin mengatakan bahwa Sultan HB X sebagai seorang pimpinan kultural memberikan jaminan yang cukup pada masyarakat khususnya di Yogyakarta pada kedamaian.
“Bukan (suaranya) tidak kedengaran, (tetapi) karena banyak suara lain. Karena banyak suara lain artinya media sosial macem-macem itu, beda dong dengan dulu ketika era reformasi 1998. Media sosial kan belum seperti ini, suara beliau meski pun pelan tapi kedengeran. Meskipun sekarang suara beliau keras, kalah dengan media semua ini,” ujarnya.