Konten Media Partner

Soal Larangan Botol Air Mineral dan Sedotan Plastik, Sri Sultan HB X: Perlu Sosialisasi

10 Desember 2018 13:16 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Soal Larangan Botol Air Mineral dan Sedotan Plastik, Sri Sultan HB X: Perlu Sosialisasi
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Gubernur DIY, Sri Sultan HB X, mengungkapkan perlu ada sosialisasi yang masif terkait dengan larangan dari Kementrian Dalam Negeri yang melarang penggunaan botol air mineral plastik dan sedotan plastik untuk mengatasi banyaknya sampah plastik yang sampai dan mencemari laut.
ADVERTISEMENT
Hal yang perlu dilakukan sebenarnya menurut Sultan adalah melakukan pemisahan antara sampah plastik (unorganik) dengan sampah organik sebelum masuk tempat pembuangan akhir sampah. Bahkan gerakan memilah sampah plastik tersebut harus sudah dilaksanakan di tingkat rumah tangga atau tingkat produsen sampah.
Gerakan memilah sampah tersebut nantinya harus diikuti dengan gerakan pengolahan sampah di tingkat komunitas. Dengan pengolahan sampah tersebut, tentu nanti akan mampu mengurangi sampah-sampah terutama sampah plastik. Karena sampah plastik adalah sampah yang sangat susah untuk diurai.
"Memilah sampah tersebut sangat penting dilaksanakan,"tuturnya menanggapi larangan dari Kemendagri tentang plastik, di Kompleks Kepatihan, Senin (10/12/2018)
Menurut Sultan, larangan botol air mineral dari plastik serta sedotan plastik memang perlu dilakukan sosialisasi. Sebab, larangan tersebut adalah sesuatu yang sangat sulit karena saat ini yang terjadi di masyarakat bertolak belakang dengan upaya mengurangi sampah. Seperti yang telah terjadi sejak lama di mana tas pembungkus yang dibeli di pasar tradisional masih menggunakan tas kresek dari plastik.
ADVERTISEMENT
Perilaku tersebut harus bisa dipecahkan agar persoalan plastik bisa diatasi. Hal tersebutlah Sultan sebut pentingnya untuk melakukan sosialisasi. Terlebih yang sering terjadi di Indonesia adalah kita ini sering melakukan sosialisasi tetapi literasinya yang sering tidak pernah jalan.
"Itu yang kita maksut untuk sosialisasi terlebih dahulu,"tambahnya.
Kepala Unit Fakultas Tehnik UGM Bidang Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Kepada Masyarakat Avriani Nur Astuti menuturkan, sampah plastik sebenarnya bisa menjadi campuran untuk aspal. Dari kajian yang telah UGM lakukan, kualitas plastik justru lebih baik dibanding aspal itu sendiri. Sehingga ketika aspal dicampur dengan plastik maka akan meningkatkan kualitas jalan.
"Kita sudah sebar alat pencacah plastik ke masyarakat, sehingga sampah-sampah plastik tersebut sudah dicacah sebelum diserahkan ke pabrik pengolahan aspal,"tuturnya. (erl/adn)
ADVERTISEMENT