Soto Sampah, Soto 3 Generasi yang Buka 24 Jam

Konten Media Partner
28 April 2018 20:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Soto Sampah, Soto 3 Generasi yang Buka 24 Jam
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Soto merupakan makanan sajian asli Indonesia. Berbagai macam sajian membedakan sesuai kekhasan daerah masing-masing. Tak luput dengan Kota Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Di Yogyakarta sendiri, kuliner yang satu ini sangat banyak tersebar disudut-sudut romantisme kota. Mulai dari yang biasa hingga yang memiliki nama yang tergolong unik. Namun, bagaimana jika nama kukiner tersebut cukup menggelitik di dada?
Ya, namanya Soto Sampah. Resep menu makanan khas sajian Yogyakarta yang telah berdiri selama tiga generasi itu cukup populer dikalangan mahasiswa, juru parkir, anak band, anak punk dan juga wisatawan yang pernah berkunjung ke Yogyakarta.
Berdiri sejak tahun 70-an, pemilik kuliner tersebut tidak menamakannya dengan soto sampah. Namun, para pelanggan sendirilah yang melabelinya.
"Sekitar awal tahun 2000-an, namanya jadi soto sampah. Yang ngasih nama itu dari komunitas, anak band, anak punk dll yang pernah mampir ke sini," kata Ibu Jumi, generasi ketiga penerus soto sampah, saat Kumparan.com/TuguJogja menemuinya diwarungnya, Kranggan, Yogyakarta, jumat (27/4/2018) malam.
ADVERTISEMENT
Jumi menceritakan, jika soto sampah awalnya memiliki nama seperti kuliner soto pada umumnya. Resep yang digunakan masih sama dengan resep generasi pertama, hanya saja namanya yang telah berganti dan menjadi populer.
"Yang punya itu nenek suamiku, terus meninggal dan diganti mertuaku, dan sekarang yang urus anak-anaknya," ulasnya.
Resep yang digunakan pun masih seperti sedia kala sejak didirikan. Menggunakan bahan-bahan rempah asli yang diolah dengan tradisional tanpa sentuhan alat modern.
"Resepnya saja masih tradisional sejak ada (berdiri tahun 70-an)," ujar ibu beranak dua itu.
Walaupun memiliki nama yang unik, anda tidak perlu khawatir mengenai kebersihan dari hidangan ini, apa lagi meragukan kelezatannya. Jumi mengaku, harus kepasar setiap hari untuk membeli segala macam keperluan yang dibutuhkan.
ADVERTISEMENT
"Sekarang kan banyak bumbu yang diblender atau digiling, tapi kalau bumbu soto sampah itu diulek sendiri pake tangan," paparnya.
Jika kuliner soto pada umumnya buka pada jam pagi hingga siang. Soto sampah sendiri bisa buka selama 24 jam. Namun, kebanyakan para pemburu kuliner lebih menikmati sajian kuliner tiga generasi itu pada malam hari.
"Bukanya dua sift, pagi dan malam. Tapi yang paling laris itu jam 10 malam keatas, terus tutupnya jam 4 subu. Nanti buka lagi pagi, tapi kalau pagi agak kurang, mungkin tempatnya yang kurang pas karena kendaraan, terus tempatnya juga mungkin panas," ujarnya.
Racikan kuliner yang satu ini terdiri dari nasi putih, bihun, kobis, toge, seledri, bawang goreng, lalu disiramkan dengan bumbu dan rempah yang cukup beragam seperti temulawak, kayu manis, duan jeruk, daun salam, serek, dan jahe.
ADVERTISEMENT
Disajikan dengan sate ayam, telur, bakwan, tahu, tempe dan perkedel. Tanpa ditambahi kecap ataupun sambal, soto ini sudah memiliki rasa yang menggelitik.
Jumi menerangkan, pelanggannya tidak hanya mahasiswa dan masyarakat Yogyakarta. Namun, beberapa artis ibukota pun pernah mampir di warung lesehannya itu.
"Konsumennya ya mahasiswa, wisatawan, sering juga artis-artis pemain FTV ke sini, Viky, Butet, Derby Romero, Katon, dan penari-penari ronggeng, pokoknya banyaklah," tutur ibu berumur 36 itu dengan senyum.
Harga dari kuliner yang beralamat di Jalan Kranggan, Nomor 1, Pertigaan Depan POM Bensin Tugu itu berbeda-beda, tergantung permintaan pelanggan. Mulai satu porsi harga 6 ribu, satu setengah porsi 7 ribu, dan porsi double seharga 12 ribu.
"Porsi diet juga ada, biasa nggak pake nasi, pokoknya macem-macem kalau harganya," tutupnya ramah. (Nadhir Attamimi)
ADVERTISEMENT