Konten Media Partner

Sultan HB X Soroti Lemahnya Unsur Budaya Jawa

11 Januari 2020 12:07 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur DIY, Sri Sultan HB X, saat memberikan sambutan di peluncuran Agenda Budaya 2020, di Grand Inna Malioboro, Jumat (10/1/2020). Foto: Ayusandra.
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur DIY, Sri Sultan HB X, saat memberikan sambutan di peluncuran Agenda Budaya 2020, di Grand Inna Malioboro, Jumat (10/1/2020). Foto: Ayusandra.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi salah satu daerah budaya yang penting di Indonesia. Bahkan, kebudayaan ini menjadi salah satu alasan mengapa Yogyakarta memiliki keistimewaan. Walaupun demikian, DIY tidak serta merta menutup diri untuk tidak menerima budaya asing.
ADVERTISEMENT
Proses terjadinya pertemuan dua budaya yang kelak akan melebur dan membentuk budaya baru dikenal dengan istilah inkulturasi. Terdapat 3 tahapan dari inkulturasi yaitu akulturasi, asimilasi, dan transformasi kebudayaan. Akulturasi merupakan proses di mana budaya baru diperkenalkan, asimilasi merupakan proses di mana budaya baru yang dikenalkan mulai berpadu, dan transformasi merupakan proses di mana budaya diinterpretasikan ke arah bentuk budaya yang baru, dengan tidak mengalami kehilangan identitas dari masing-masing budaya.
“Dalam proses inkulturasi budaya Jawa, sering terjadi proses akulturasi maupun asimilasi, unsur kebudayaan yang melemah,” ujar Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwana X, saat peluncuran Agenda Budaya 2020, Jumat (10/1/2020).
Sultan HB X menyebutkan, salah satu aspek penyebab melemahnya unsur budaya adalah karena lemahnya strategi budaya Jawa. Hal ini dalam aspek pelestarian, pembinaan, dan pengembangan.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, melemahnya unsur kebudayaan Jawa juga karena adanya diskonesitas berbagai faktor seperti sosial dan artefak. Para pemangku kebudayaan, sebagian besar fokus pada sisi artefak dalam keseluruhan aspek pelestarian, pembinaan, dan pengembangan budaya Yogyakarta.
“Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai daerah yang punya keistimewaan, sebagai salah satu daerah budaya yang paling penting di indonesia, senantiasa punya strategi kebudayaan yang tepat dalam dinamika peradaban,” ujarnya.
“Bagaimana kebudayaan kita bisa bergerak dinamis ke arah kebaikan masa depan tanpa harus kehilangan pedoman dan jati diri kebudayaan kita,” lanjutnya.
Menurutnya, salah satu strategi kebudayaan tersebut adalah pelestarian, pembinaan, dan pengembangan secara simultan dan berkesinambungan. Gerakan kebudayaan seharusnya merupakan bagian dari strategi kebudayaan yang bisa memunculkan inisiatif di berbagai pusat gerakan. Tak hanya itu, semestinya juga tidak berideologi materialisme, melainkan memiliki dasar ideologi dasar sosial sesuai konteks kebudayaan Jawa.
ADVERTISEMENT
Sultan mengatakan, untuk menghadapi dinamika perubahan dunia yang sangat cepat ini, maka kebudayaan sebagai bagian dari identitas bangsa indonesia didukung oleh kebudayaan lokal, memiliki substansi bahwa kebudayaan pasti akan mengalami metamorfosis.
“Dalam menghadapi hal tersebut, maka kita perlu punya strategi dan diplomasi kebudayaan yang kuat dan holistik,” tuturnya.