news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Sutrisna Wibawa, Rektor UNY yang Hidup di 2 Dunia dan Eksis di Medsos

Konten Media Partner
13 Januari 2020 7:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rektor UNY, Sutrisna Wibawa, bersama dengan istri. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Rektor UNY, Sutrisna Wibawa, bersama dengan istri. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Indonesia kini tengah memasuki era revolusi industri 4.0. Tak hanya menuntut masyarakat untuk mampu beradaptasi dengan kehadiran teknologi, masyarakat juga dituntut untuk mampu melihat peluang di tengah hiruk pikuk permasalahan. Para pemimpin juga dituntut untuk memimpin dengan berlandaskan jiwa enterpreneurship. Enterpreneurship di sini tak hanya melulu soal berdagang, namun jiwa seseorang.
Profil Rektor UNY, Sutrisna Wibawa. Foto: Ayusandra.
“Soal enterpreneurship itu jiwa, spirit, jadi jangan dinilai orang yang dagang, jadi kemandirian, efisien, berdaya guna, tantangan masa depan, itu semua jiwa enterpreneurship. Jadi spiritnya yang diterapkan,” ujar Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sutrisna Wibawa.
Sutrisna Wibawa saat diwisuda S1 pada tahun 1985 oleh Rektor IKIP Yogyakarta, Vembriarto. Foto: Istimewa
Hidup di 2 Dunia
ADVERTISEMENT
Di tahun 1970-an, guru menjadi sosok yang sangat dimuliakan di masyarakat. Guru menjadi tempat bertanya, dan ditiru oleh masyarakat. Ia melihat, bahwa guru memiliki peran yang cukup besar di masyarakat.
Sutrisna Wibawa, pria asal Gunungkidul ini mengaku bahwa sejak kecil telah bercita-cita menjadi seorang guru. Figur sang ayah, Marta Hadi Wisroyo, yang merupakan seorang guru, memiliki andil yang besar untuk memantapkan mimpinya. Ibunya, Sumilah Jasman, adalah seorang pedagang kue di pasar.
Jika sang ayah memiliki peran untuk memantapkan mimpi Trisna (sapaan akrab) menjadi seorang guru, maka sang ibu memiliki peran untuk memupuk jiwa enterpreneurship dalam dirinya. Sejak kecil, pria yang mendapat penghargaan sebagai Tokoh Publik Berbahasa Terbaik ini, kerap mengikuti sang ibu untuk berjualan di pasar.
Rektor UNY, Sutrisna Wibawa, saat memberikan apresiasi pada mahasiswa berprestasi. Foto: Istimewa
“Sejak kecil cita2 jadi guru, karena bapak saya guru, dan ibu pedagang. Saya hidup di 2 dunia, dunia pendidikan dan dunia enterpreneurship, dan itu yang mewarnai saya sekarang. Jadi saya sebenarnya leadership yang saya terapkan itu adalah leadership guru dan leadership enterpreneurship,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, untuk memimpin sebuah kelompok atau sebuah usaha, memerlukan jiwa enterpreneurship. Pasalnya, seorang pemimpin menjadi garda terdepan untuk membaca tantangan zaman. Tak hanya itu, seorang pemimpin juga harus berorientasi pada masa depan atau futuristik.
“Semua ini kan jiwa enterpreneurship,” tutur pria yang kini juga menjabat sebagai Ketua Ikatan Dosen Budaya Daerah Indonesia (Ikabudi) ini.
Rektor UNY, Sutrisna Wibawa (ketiga dari kanan), Bersama istri, kedua anak laki-laki dan menantunya, serta cucu. Foto: Istimewa.
Sang Rektor yang Eksis di Media Sosial
Media sosial rasanya sudah tidak asing lagi di zaman modern seperti sekarang ini. Media sosial menjadi salah satu wadah untuk menunjukkan eksistensi diri atau sekadar menghibur diri. Sebagai pribadi yang terbuka, Sutrisna Wibawa, punya caranya sendiri untuk memanfaatkan media sosial.
Pria yang pernah menjadi dosen teladan nasional itu menjadikan media sosial sebagai wadah untuk berkomunikasi dengan masyarakat dan mahasiswa. Unggahannya di media sosial seperti instagram, tak pernah sepi komentar.
Rektor UNY, Sutrisna Wibawa, saat pelepasan Tim Garuda untuk ikut kompetisi di student formula japan 2018. Foto: Istimewa.
“Ini ternyata komunikasi dengan mahasiswa dan masyarakat itu sangat efektif di situ (media sosial), orang nggak perlu datang (bertemu langsung),” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Di tengah kesibukannya sebagai seorang Rektor PTN di Yogyakarta, Trisna selalu menyempatkan diri untuk memeriksa media sosialnya untuk melayani pertanyaan dari warganet.
“Medsos saya, saya gunakan tidak hanya sekedar komunikasi tapi juga menyampaikan imbauan, lalu pendidikan karakter pada mahasiswa,” lanjutnya.
Rektor UNY, Sutrisna Wibawa (tengah), bersama dengan jajaran pemimpin UNY. Foto: Istimewa.
Menjadi Leader yang Dinamis di Era Revolusi Industri 4.0
Sebagai seorang pemimpin di perguruan tinggi negeri yang kini menuju ‘Universitas Pendidikan Kelas Dunia’, Sutrisna Wibawa tak lepas dari pelbagai permasalahan. Untuk itu, menjadi seorang pemimpin tidaklah kaku.
Seorang pemimpin harus mampu bertransformasi ke arah yang lebih baik. Di era yang serba digital ini, UNY telah memberlakukan sejumlah fasilitas dengan sentuhan teknologi. Misalnya, pembelajaran dengan e-learning, virtual reality, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
“Sehingga, tidak sekedar mendekatkan mahasiswa ke era digital, tapi implementatif,” tuturnya.
Rektor UNY, Sutrisna Wibawa (kanan), Njatil bersama dosen dan mahasiswa keliling kampus UNY. Foto: Istimewa.
Siapa sangka jika di balik kesuksesannya memimpin UNY, Sutrisna Wibawa terinspirasi oleh 2 tokoh wayang. Keduanya adalah Werkudara dan Semar. Sifat dan wibawa dari kedua tokoh wayang ini rupanya berhasil memacu Sutrisna Wibawa untuk terus menjadi pribadi yang lebih baik. Werkudara dikenal sebagai tokoh yang memiliki pendirian teguh.
“Kalau sudah punya pendirian teguh, appaun dilakukan dan berhasil. Bahkan sampai di tengah samudera pun dia lakukan, akhirnya berhasil. Itulah keteguhan cita-cita, prinsip, akan menghasilkan, jangan setengah-setengah,” ujar Profesor Bidang Filsafat Pendidikan itu.
Kunjungan Rektor UNY, Sutrisna Wibawa, (kiri) saat memberikan bantuan longsor di Gunungkidul, Sabtu (11/1/2020). Foto: Istimewa.
Pesan untuk Para Pembaca
Pria yang kini hendak mencalonkan diri sebagai Bupati Gunungkidul ini mengungkapkan bahwa dalam mengerjakan sesuatu, diperlukan kerja keras dan totalitas. Menurutnya, seseorang tidak boleh berpangku tangan.
ADVERTISEMENT
“Totalitas, kerja keras itukan totalitas, harus serius,” tegasnya.
Ia juga mengatakan bahwa seseorang tidak boleh menjadi beban bagi orang lain terutama bagi orang di sekitarnya. Impian terbesarnya untuk menjadi manusia yang bermanfaat dimana pun tertanam kuat dalam dirinya.