Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten Media Partner
Tradisi Resik-resik di Klenteng Fuk Ling Miau Umat Tionghoa Jelang Imlek 2025
24 Januari 2025 19:34 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Saat dijumpai di Klenteng Fuk Ling Miau, Kota Yogyakarta tampak ratusan jemaah yang juga dibantu oleh komunitas lintas agama bergotong royong membersihkan patung dewa-dewi (rupang) dan didinding Klenteng tersebut.
Patung-patung tersebut dicuci dengan air yang telah dicampur bunga sebagai bentuk penghormatan kepada para dewa-dewi.
Di halaman, relawan dari Forum Relawan Demokrasi (Foreder) menyapu dan memungut daun kering. Kegiatan ini dipercaya sebagai simbol pembersihan diri dan lingkungan dari energi buruk, sekaligus menyambut keberuntungan dan rezeki yang baru.
"Ini tradisi yang biasa kita lakukan setiap menjelang Imlek. Ada sekitar 100 lebih orang yang membantu disini," kata Ketua Kelenteng Fuk Ling Miau, Angling Wijaya, Jumat (24/1/2025).
“Kepercayaan masyarakat Tionghoa bahwa sebelum hari raya, para dewa-dewi akan naik ke khayangan. Jadi, kami membersihkan rupang sebagai bentuk penghormatan sekaligus persiapan menyambut mereka kembali,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Angling memperkirakan ribuan jemaat akan datang untuk bersembahyang di kelenteng ini pada tahun baru Imlek. Dia menjelaskan bahwa tahun ini adalah tahun shio ular kayu.
Harapannya tahun ini membawa keberuntungan dan kebaikan dibandingkan tahun sebelumnya.
"Kegiatan ibadah dimulai 28 (Januari 2025) biasanya (umat) bergantian (datang untuk sembahyang). Dengan shio ular pada tahun ini harapannya mudah-mudahan kehidupan lebih baik dari yang sudah-sudah," pintanya.
Dalam kesempatan ini, Wali Kota terpilih Yogyakarta Hasto Wahdoyo ikut terlibat dalam bersih-bersih kelenteng tersebut. Ia meminta giat bersih-bersih ini juga meluas hingga radius 500 meter dari kelenteng agar terlihat nyaman.
"Kalau bisa perayaan-perayaan hari besar apa saja, yang sifatnya bermanfaat, kerja bakti salah satunya, sehingga upacara keagamaan apapun mempunyai dampak lingkungan," kata Hasto.
ADVERTISEMENT
Ketua Forum Relawan Demokrasi (Foreder), Bayu Indarto selaku komunitas yang turut membersihkan kelenteng mengatakan pihaknya sudah sering melakukan kegiatan lintas agama.
Dia tak menepis aksi ini menjadi wujud toleransi terhadap umat beragama.
“Kita selalu bersinergi dengan teman-teman yang beda agama, beda latar belakang, beda kepercayaan. Arti toleransi akhirnya menjadi sebuah kata penting dalam kehidupan berpancasila saat ini,” tandasnya.
(M Wulan)