Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
ADVERTISEMENT
Polemik pembangunan tol di Kulon Progo akhirnya menemukan titik terang. Sebelumnya, Gubernur D.I.Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, menolak jika jalan tol dibangun langsung menuju ke Yogyakarta International Airport (YIA).
ADVERTISEMENT
Bupati Kulon Progo, Hasto Wardoyo, menghormati keputusan dari Sultan HB X tersebut. Untuk itu, bersama dengan Bappeda dan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pihaknya telah menemukan titik terang untuk akses baru menuju Kulon Progo.
“Ngarsa Dalem (Sri Sultan HB X) menghendaki daerah yang tidak padat hunian diperbanyak (pembangunan) fly over dan under pass. Ini jadi titik temu ketika Ngarsa Dalem menolak kalau jalan tol dibangun langsung ke Bandara Kulon Progo (YIA),” ujarnya pada wartawan, Jumat (28/6/2019).
Ia pun membeberkan akan ada beberapa pintu masuk ke Kulon Progo dengan adanya pembangunan infrastruktur ini. Salah satunya adalah Tugu Pensil yang terletak di Jalan Sentolo – Brosot.
“Untuk pintu masuk ke jalan tol ada beberapa. Nanti 3 kilometer dari YIA ada (pintu masuk jalan tol), terus di Wates nanti ada 2 titik masih kami diskusikan, untuk di wetan (timur) Wates juga ada tepatnya di Tugu Pensil, lalu di Gamping nanti juga ada di dekat Demak Ijo, ini yang nanti nyambung ke Semarang lewat Borobudur,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Pihaknya pun menghormati pemikiran mulia Gubernur D.I.Yogyakarta yang menolak pembangunan jalan tol jika terhubung langsung ke YIA. Hal ini dikarenakan adanya jalan tol dikhawatirkan merugikan masyarakat di Yogyakarta khususnya Kulon Progo.
Ia mencontohkan, keberadaan jalan tol jika dibangun langsung terhubung ke YIA justru membuat wisatawan tidak mampir ke Kulon Progo. Tak hanya itu, pembangunan jalan tol yang membelah lingkungan komunitas masyarakat juga akan memberikan dampak negatif pada sosial masyarakat ke depannya.
“Ha ya to. Nanti mau kenduren yang dulu hanya beberapa kilo, kalau ada tol jadi harus muter 10 kilo. Ini kan berdampak buruk pada sosial,” ujarnya. (asa/adn)