UAJY Gelar Talkshow Daring 'From Body Shaming to Body Proud'

Konten Media Partner
1 Februari 2021 17:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Talkshow Daring 'From Body Shaming to Body Proud' yang digelar Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Foto: dok. UAJY.
zoom-in-whitePerbesar
Talkshow Daring 'From Body Shaming to Body Proud' yang digelar Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Foto: dok. UAJY.
ADVERTISEMENT
Body shaming saat ini masih menjadi perhatian tersendiri di tengah masyarakat. Body shaming tak hanya dilakukan secara langsung, tetapi juga bisa lewat media sosial. Body shaming sendiri berdampak negatif pada rasa percaya diri seseorang.
ADVERTISEMENT
Berangkat dari hal tersebut, Magister Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta (MIK UAJY) bekerja sama dengan Yeureka Edukasi Cipta (YEU) mengadakan talkshow daring bertajuk “From Body Shaming to Body Proud”, Sabtu (30/1/2021).
Salah satu narasumber Made Ayu Wahyuning Prativi, seorang psikolog klinis mengungkapkan bahwa body shaming bisa dirasakan oleh siapa saja dan tidak memandang standar kecantikan masyarakat.
“Orang yang dianggap cantik atau ganteng pun tetap bisa terkena body shaming, karena banyak juga ungkapan seperti: dia cantik tapi sayang ya kurang pintar,” ujar Made Ayu Wahyuning Prativi, psikolog klinis.
adv
Ayu mengatakan, dampak psikologis dari body shaming terhadap korban ternyata sangat serius di antaranya perubahan sikap seperti mudah marah, tersinggung, cemas, malu, pendiam, mengisolasi diri/menarik diri dari lingkungan, menuntut diri lebih, diet ketat, mudah membenci diri sendiri dan perasaan sedih berkepanjangan.
ADVERTISEMENT
Hal ini dikarenakan merasa malu dengan keadaan diri, merasa tidak diterima oleh lingkungan, rentan terhadap perasaan tertekan, stress dan tidak percaya diri.
“Body shaming membuat korban menjadi pelaku body shaming karena adanya motif dendam,” tambah Ayu.
Saat ini, media sosial menjadi tempat yang empuk praktik body shaming. Yoseph Bambang W, Dosen FISIP UAJY, mengungkapkan jika terdapat tiga peran di media sosial yakni: pelaku body shaming yang mengungkapkan lewat komentar di media sosial, korban, serta audiens yang biasanya melakukan aksi seperti memberi tanda suka (like), me-retweet, dll.
“Banyak orang yang melakukan body shaming di media sosial karena sekarang media sosial bisa bersifat anonim sehingga orang cenderung lebih berani,” jelas Bambang.