UGM Dorong Sektor Pertanian Bersiap Hadapi Fenomena La Nina

Konten Media Partner
20 Juni 2022 8:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi sawah. Foto: Sandra/Tugu Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sawah. Foto: Sandra/Tugu Jogja
ADVERTISEMENT
Sektor pertanian di pertengahan tahun 2022 ini menghadapi tantangan yang cukup berat. Fenomena La Nina yang memicu kemarau basah ini nampaknya berpengaruh terhadap eksistensi pola tanam petani.
ADVERTISEMENT
Dosen Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Bayu Dwi Apri Nugroho, menuturkan, tahun 2022 ini sektor pertanian diawali dengan permulaan yang bagus. Di mana saat semua sektor lain bertumbuh negatif, pertumbuhan sektor pertanian tetap positif.
"Atas fenomena yang demikian, tidak salah kalau banyak kalangan yang menyebut sektor pertanian merupakan 'dewa penyelamat' pembangunan," kata dia, Minggu (19/6/2022).
Menurutnya, sektor pertanian di Indonesia memang tidak pernah ingkar janji. Oleh karenanya Momentum inilah yang harus dijaga supaya sektor pertanian tetap bisa menjadi sektor andalan di Indonesia.
Tetapi akhir-akhir ini, masyarakat pertanian dikejutkan dengan fenomena kemarau basah yang dipicu oleh kejadian La Nina yang terjadi di Indonesia. Walaupun pandemi COVID-19 sudah menunjukkan tanda-tanda melandai, tetapi saat ini, pemerintah juga sedang waspada, terkait kemarau basah.
ADVERTISEMENT
"Merujuk pada informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) DIY, bahwa La Nina akan terjadi dalam 3 bulan kedepan, yaitu sampai Agustus 2022," terangnya.
Dampak kemarau basah sendiri saat ini sangat terasa bagi petani, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, dimana di bulan Mei-Juni, petani sudah bisa menanam komoditas hortikultura seperti cabai atau bawang merah, di tahun 2022 ini malah sebaliknya, di bulan Mei dan Juni ini intensitas hujan masih tinggi, bahkan dibeberapa wilayah malah terjadi banjir.
Petani banyak yang mengalami gagal tanam, diakibatkan perhitungan petani yang "meleset" dianggap bahwa di bulai Mei, yang notabene secara normal masuk musim kemarau, curah hujan sudah menurun dan petani bisa menanam, ternyata justru sebaliknya.
Ketua Dewan Pakar Pemuda Tani Indonesia ini menambahkan, meningkatnya intensitas hujan akan menyebabkan banjir di lahan, sehingga akan menyebabkan kegagalan saat tanam yang pada akhirnya petani tidak bisa melakukan penanaman atau pemanenan (puso). Tetapi selain dampak negative, La Nina ini juga bisa berdampak secara positif untuk pertanian.
ADVERTISEMENT
"Dampaknya adalah peningkatan intensitas curah hujan ini akan menguntungkan untuk wilayah-wilayah yang kering dan tadah hujan, sehingga ini akan membuat ketersediaan air diwilayah-wilayah tersebut cukup dan petani di wilayah tersebut bisa melakukan aktifitas penanaman, seperti di wilayah Papua dan Indonesia bagian Timur lainnya," terangnya.
Pencegahan dan antisipasi terkait dengan kemarau basah ini sangat perlu dilakukan, beberapa langkah strategis yang bisa dilakukan adalah, antara lain adanya prediksi cuaca masa depan secara nasional dan mendetail sampai pada level desa atau lahan, kemudian disampaikan ke masyarakat, terutama terkait dengan anomali cuaca.
"Prediksi ini juga dapat membantu kita untuk mengurangi kerugian dan biaya yang ditimbulkan oleh bencana hidrometeorologis sebagai dampak dari La Niña," kata dia.
ADVERTISEMENT
Prediksi awal terjadinya La Niña ini bermanfaat dalam membantu perencanaan dan pengelolaan berbagai sektor seperti sumber daya air, energi, transportasi, pertanian, kehutanan, perikanan serta menghindari atau mengurangi potensi kerugian yang lebih besar.
Karenanya edukasi secara kontinyu mengenai La Niña dan fenomena anomali cuaca lainnya serta dampaknya kepada masyarakat atau dalam hal ini adalah petani melalui penyuluh pertanian yang ada diwilayah masing-masing. Serta perlu penyediaan asuransi pertanian terkait kegagalan panen petani akibat La Niña atau fenomena anomali iklim lainnya.
Semua pihak harus memastikan kesiapan penyiapan sarana dan prasarana untuk menghadapi La Niña, seperti ketersiaan pompa untuk pompanisasi in-out dari sawah, rehabilitasi jaringan irigasi tersier/kwarter, menggunakan benih tahan genangan seperti Inpara 1-10, Inpari 29, Inpari 30, Ciherang, dan lainnya.
ADVERTISEMENT