Usai Dikarantina di Natuna, Warga Sleman Lega Bisa Berkumpul dengan Keluarga

Konten Media Partner
16 Februari 2020 19:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para WNI asal Wuhan berolahraga pagi di Hanggar Lanud Raden Sadjad, Natuna untuk menjaga kesehatan dan ketahanan tubuh di hari pertama karantina. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Para WNI asal Wuhan berolahraga pagi di Hanggar Lanud Raden Sadjad, Natuna untuk menjaga kesehatan dan ketahanan tubuh di hari pertama karantina. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Nugraha Krisdiayanto (46) warga Maguwoharjo, Sleman, mengaku lega bisa tiba kembali di kampung halamannya. Pria yang bekerja di STBA LIA tersebut memang menjadi salah satu warga Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang sempat dikarantina di Natuna usai dipulangkan dari Wuhan Cina.
ADVERTISEMENT
Ketika dikonfirmasi melalui nomor pribadinya, Nugraha mengaku bahagia bisa bersama dengan keluarganya di Yogyakarta. Dirinya mengaku dikarantina di kepulauan Natuna mulai tanggal 1 hingga 14 Februari 2020 kemarin setibanya dari Wuhan Cina. Ia pulang dari Natuna tujuan Bandara Adisutjipto bersama 4 orang lainnya, di mana ada tiga orang berasal dari Jawa Tengah.
Pria yang menjabat sebagai ketua RT 14 Dusun Banjeng tersebut lantas menceritakan ketika dirinya menempuh pendidikan di Negeri Tirai Bambu tersebut. Dia tercatat sebagai mahasiswa di Central China Normal University Wuhan Provinsi Hubei China. Dia mendapat beasiswa untuk menempuh pendidikan di negara tersebut.
"Saya bersyukur bisa mendapatkan beasiswa tersebut," tuturnya, Minggu (16/2/2020) ketika dikonfirmasi.
Sebenarnya situasi di Wuhan tidak begitu mencekam seperti yang selama ini diberitakan oleh media. Ketika peristiwa coronavirus tersebut mencuat saat itu di Wuhan memasuki liburan musim dingin dan juga liburan Hari raya Imlek. Ketika liburan biasanya para mahasiswa pulang ke rumah masing-masing termasuk juga warga Cina.
ADVERTISEMENT
Namun ada beberapa mahasiswa dari tanah air yang memilih bertahan di negara tersebut dengan berbagai alasan. Selama di Wuhan tersebut bisa beraktivitas seperti biasa namun oleh pemerintah setempat disarankan untuk menggunakan masker ketika berada di luar rumah.
"Di sana di pemerintah China juga menganjurkan warga untuk tidak berkumpul di kerumunan yang padat. Katanya untuk meminimalisir penyebaran virus Corona,"tambahnya.
Selama peristiwa itu terjadi pemerintah China juga tidak pernah memberikan larangan khusus kepada warganya apalagi melarang keluar rumah. Pemerintah setempat memang menganjurkan untuk lebih baik di rumah jika tidak ada urusan yang penting. Ketika ingin keluar rumah pemerintah setempat menghimbau untuk tidak mendatangi kerumunan.
Selama merebak coronavirus seluruh mahasiswa Indonesia yang berada di kampus tersebut selalu dipantau oleh petugas terutama dari sisi kesehatan. Para petugas tersebut sebenarnya juga mahasiswa yang lain dan ditunjuk oleh dosen.
ADVERTISEMENT
"Petugas diminta untuk melaporkan aktivitas dan suhu tubuh kami,"ujarnya.
Meskipun hanya berasal dari kalangan mahasiswa namun para petugas ini juga makan memandu para mahasiswa yang merasa sakit untuk dibawa ke rumah sakit kampus tersebut. Namun jika kondisinya lebih parah maka disarankan untuk pergi ke rumah sakit yang lebih besar.
Nugraha menampik kabar jika selama di Wuhan sempat kehabisan stok bahan makanan akibat merebaknya virus tersebut. Masyarakat dan para mahasiswa masih bisa mendapatkan makanan meskipun harus menempuh perjalanan yang sedikit lebih jauh dari yang selama ini mereka tempuh.
"Kita masih bisa mendapatkan makanan dari toko sekitar kampus dan jika tidak ada baru di supermarket besar,"paparnya.
Dan mulai tanggal 23 Januari 2020 pemerintah setempat mulai membatasi warga keluar dari Kota Wuhan. Hampir selama 10 hari hingga tanggal 1 Februari 2012 yang lalu kedutaan besar Republik Indonesia untuk China terus memantau mereka.
ADVERTISEMENT