Konten Media Partner

Vincent dan Desta Bicara soal Dunia Pertelevisian Indonesia

21 September 2019 11:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemeran film Preety Boys saat gelar meet and greet di Yogyakarta, Jumat (20/9/2019). Foto: Dion.
zoom-in-whitePerbesar
Pemeran film Preety Boys saat gelar meet and greet di Yogyakarta, Jumat (20/9/2019). Foto: Dion.
ADVERTISEMENT
Banyak orang yang ingin menjadi terkenal, meski harus lewat berbagai cara. Salah satu jalan untuk mewujudkannya adalah dengan masuk ke industri hiburan televisi. Dengan tampil di televisi, seseorang akan dilihat jutaan pasang mata, sehingga namanya melambung.
ADVERTISEMENT
Namun, cara-cara yang dipakai banyak orang saat tampil di televisi tersebut terkadang mulai bergeser dari pakemnya. Mereka memakai bermacam-macam cara hanya demi menjadi terkenal secara instan sekaligus mengejar banyak materi. Salah satu cara mereka menjadi terkenal adalah dengan mengubah jati diri.
Itulah yang sekiranya diungkapkan oleh Vincent Rompies.
"Banyak orang mengubah kepribadian mereka saat tampil di televisi supaya dikenal banyak orang, saling mem-bully, atau berdandan tidak sesuai kodratnya," ungkap Vincent Rompies saat meet and greet film Preety Boys di Yogyakarta, Jumat (20/9/2019).
Vincent yang dalam film Preety Boys berperan sebagai Anugerah mempunyai cita-cita menjadi terkenal dengan masuk televisi. Bersama sahabat sejak kecilnya, Rahmat, yang diperankan Deddy Mahendra Desta, dia memutuskan merantau ke Jakarta untuk mewujudkan impian mereka sejak lama.
ADVERTISEMENT
Setelah melalui berbagai jalan terjal, keduanya sanggup meraih mimpi mereka di ibukota. Anugerah dan Rahmat sukses menjadi pembawa acara sebuah acara bincang-bincang di sebuah stasiun televisi swasta. Namun sampai di titik itu, situasi dilematis melanda.
Kedua sahabat karib itu harus tampil ala perempuan untuk mengejar rating, tetapi itulah tuntutan pekerjaan yang harus dilakoni. Lambat laun Rahmat dan Anugerah mempunyai sikap berbeda dalam menghadapinya. Rahmat menikmati perannya sebagai waria, sementara Anugerah lama kelamaan memberontak.
"Bagi orang-orang yang bermimpi untuk masuk televisi, bisa menganggap hal-hal tersebut sebagai panutan dan cara agar bisa tampil di televisi dan menjadi terkenal," sambung Vincent.
Tayangan-tayangan televisi yang kurang mendidik tersebut terus menerus diproduksi karena berbagai macam latar belakang.
ADVERTISEMENT
"Seperti ayam dan telur, siapa yang meminta terlebih dahulu? Apakah permintaan dari para penonton sehingga tayangan-tayangan tersebut muncul secara terus menerus atau karena memang menghasilkan rating yang tinggi?" kata Deddy Mahendra Desta.
Penulis skenario Pretty Boys, Imam Darto, mengatakan naskah yang ia tulis merupakan penggambaran yang nyata dalam dunia pertelevisian Indonesia saat ini.
"Kita ingin mengenalkan ke masyarakat bagaimana kehidupan di balik dunia televisi Indonesia pada saat ini. Seperti itulah ekosistemnya," tutur Darto saat temu media setelah nonton bareng film tersebut di Plaza Ambarrukmo.
Berangkat dari hal tersebut, film ini mengangkat tema besar "Televisi yang Menodai Kita atau Kita yang Menodai Televisi". Jika berbicara keberimbangan, tayangan televisi yang ideal sepatutnya seimbang antara menghibur dan mendidik para penontonnya.
ADVERTISEMENT
"Tugas kami menghibur sesuai koridor. Namun karena idealisme, ketika penonton melihat program saya, harapannya ada sesuatu yang mereka dapatkan. Bisa itu informasi baru atau pun inspirasi yang membuatnya menjadi orang lebih baik," jelas Vincent.
"Menurut saya, program televisi harus paham betul kode etik jurnalistik. Tidak sembarang mengambil konten, semua harus ada peraturannya," tutur Danilla Riyadi yang di film itu memerankan Asti dalam kesempatan yang sama. (Dion/adn)