Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Viral Kabut Selimuti Sejumlah Pantai di Jogja, Ini Kata BMKG
23 Oktober 2023 11:01 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Viral di media sosial kabut tebal menyelimuti sejumlah pantai di Yogyakarta pada Minggu (22/10/2023). Dari berbagai foto dan video yang beredar di media sosial, kabut itu teramati di pantai Drini, Watukodok, Wohkudu Sundak di Gunungkidul. Bahkan juga teramati di Pantai Glagah Kulon Progo.
ADVERTISEMENT
Bahkan tak hanya muncul di pagi hari, netizen pun melaporkan melalui berbagai unggahan kabut itu terlihat hingga siang dan sore hari.
Kepala Kelompok Forecaster BMKG YIA, Romadi menjelaskan fenomena kabut tersebut adalah hal yang lumrah terjadi. Kabut itu secara umum terjadi karena adanya interaksi antara massa udara basah atau lembab yang sifatnya hangat dengan massa udara yang sifatnya lebih dingin di suatu kawasan.
“Uap air ini yang terkandung cukup banyak di dalam udara lembab dapat mengalami kondensasi ketika bertemu dengan udara yang lebih dingin di permukaan sehingga menyebabkan terjadinya kabut. Fenomena ini sebenarnya hal yang biasa, bisa terjadi di musim kemarau, di musim dingin atau penghujan,” terang Romadi saat dihubungi Tim Tugu Jogja pada Senin (23/10/2023).
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Romadi menjelaskan fenomena kabut itu bahkan tak melulu terjadi pada pagi hari saja. kabut itu juga bahkan bisa terlihat pada siang hari.
“Kabut itu bisa terjadi di siang hari bahkan sore menjelang malam. Yang penting kelembaban, unsur cuaca yang mengakibatkan terjadinya kabut terpenuhi,” imbuhnya.
Dari peninjauan sampel yang ada kemarin, ia menyebut kelembaban terpantau cukup tinggi.
“Kelembaban kemarin terpantau di wilayah kantor sebagai sampel mencapai 97% di permukaan,” ujar Romadi.
Fenomena kabut yang terjadi di Yogyakarta tersebut berdampak pada berkurangnya jarak pandang. Tak jarang hal ini juga kerap berbahaya terutama bagi pengendara maupun penerbangan.
“Dampaknya di perairan atau wilayah pantai dapat mengurangi jarak pandang. Jadi jarak pandang sangat dekat tidak bisa melihat yang jauh. Jika terjadi di darat juga cukup berbahaya. Bahkan apabila jarak pandang kurang dari 500 atau 700 meter itu penerbangan pasti tidak diizinkan untuk take off atau landing. Namun bila terjadi di perairan semua kembali ke para nelayan mau tetap melaut atau tidak,” pungkasnya. (Birgita)
ADVERTISEMENT