Konten Media Partner

Wabah Corona Berdampak Signifikan Terhadap Pertanian Tembakau di Temanggung

15 April 2020 17:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perkebunan tembakau di Kabupaten Temanggung. Foto: dok. Tugu Jogja.
zoom-in-whitePerbesar
Perkebunan tembakau di Kabupaten Temanggung. Foto: dok. Tugu Jogja.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Salah satu sektor yang terkena dampak wabah pandemi COVID-19 atau corona di Kabupaten Temanggung adalah pertanian tembakau, yang selama ini menjadi komoditas unggulan dan penopang utama perekonomian masyarakat di lereng Gunung Sumbing-Sindoro. Hal itu karena pihak pabrikan besar seperti PT Djarum Kudus dan PT Gudang Garam sudah menyatakan akan mengurangi kuota pembelian tembakau dari petani.
ADVERTISEMENT
Noer Ahsan, salah satu petani tembakau dari Desa Losari, Kecamatan Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung mengatakan, Keterpurukan itu sebenarnya sudah dirasakan sejak akhir panen 2019, di mana tidak semua tembakau petani terserap pabrikan dan sebelumnya ada hantaman kenaikan cukai pada awal 2020. Lalu saat ini pabrikan sudah mengumumkan pengurangan pembelian tembakau petani dengan alasan wabah COVID-19.
Dikatakan, tembakau yang tidak terserap habis tersebut kebanyakan di wilayah Sumbing, yang akhirnya dibeli murah oleh para pengepul lokal untuk ditimbun. Dikatakan, saat normal untuk harga di tingkat pedagang, kualitas F antara Rp 200.000 hingga Rp 250.000 per kilogram, kualitas G dan H mencapai Rp 500.000 per kilogram.
"Itu harga pada saat pembelian industri masih buka artinya gudang masih melakukan pembelian, setelah itu ya semau-maunya kasih harga kalau mau beli, ini dimanfaatkan para pengepul pemodal besar untuk menimbun, karena iklim 2019 sangat bagus sehingga kualitas tembakau sangat baik. Nah, sekarang ini petani dibuat bimbang dan pesimis karena pembelian tembakau oleh industri tahun 2020 menurun drastis dibanding tahun-tahun sebelumnya dengan dalih dampak COVID-19 ini,” kata Noer Ahsan Rabu (15/4/2020).
ADVERTISEMENT
Selain itu, penggunaan dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) untuk penanganan dan pencegahan COVID-19 juga menjadi sorotan petani tembakau. Menurut Ahsan, pihaknya berterima kasih pada pemerintah yang mengalokasikan DBHCT untuk penanganan virus corona. Baginya langkah itu merupakan kontribusi mulia petani tembakau yang bertujuan untuk kesehatan masyarakat Indonesia.
Namun, di lain sisi, sebenarnya ada alokasi DBHCHT yang semestinya dikembalikan ke petani tembakau, sebagaimana mandat UU Cukai, di antaranya untuk pembelian bibit, perawatan, peningkatan kualitas tanaman tembakau, dan masih banyak lagi.
“Kami meminta pada pemerintah agar mengedepankan asas keadilan (fairness) dalam mengelola dana cukai. Turunnya volume pembelian tembakau oleh pabrikan rokok, mau tidak mau membuat petani tembakau ekstra kreatif memutar otak dengan memanfaatkan tembakau untuk menyambung hidup menafkahi keluarga sehari-hari. Tembakau kita rajang dengan potongan halus untuk dijual eceran, tembakau pegon (rajang semi halus) grade C dan D dijual Rp 30.000 hingga Rp 80.000 per ons, sedangkan untuk Srinthil Rp 150.000 per ons," katanya. (ari)
ADVERTISEMENT
----------------------------------------
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!