Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
Konten Media Partner
Warga Gunungkidul Long March Tolak Rencana Pembangunan Tugu Tobong Gamping
27 September 2022 17:19 WIB
ยท
waktu baca 3 menit![Long March yang dilakukan warga Gunungkidul tolak pembangunan Tugu Tobong Gamping, Selasa (27/9/2022). Foto: Erfanto/Tugu Jogja](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01gdz6h3tn922ajjw3c6h4r14r.jpg)
ADVERTISEMENT
Puluhan orang yang tergabung dalam Aliansi Gunungkidul Bergerak menggelar aksi demonstrasi di Alun-alun Pemda Gunungkidul di Kota Wonosari. Mereka melakukan orasi di Gapura Pintu masuk alun-alun sisi selatan mengelilingi sebuah keranda, Selasa (27/9/2022).
ADVERTISEMENT
Dimulai dengan aksi long march sejauh 2 kilometer dari Pasar Pring (Bambu) menuju ke Alun-alun Wonosari. Sembari menggotong keranda bertuliskan sikap mereka, puluhan orang berjalan menyusuri jalan-jalan Protokol di Kota Wonosari.
Aksi mereka mengundang perhatian pengguna jalan. Terlebih mereka juga membakar kemenyan, menaburkan bunga setaman hingga duit koin layaknya mengiringi prosesi mengantar jenazah menuju ke pemakaman.
Koordinator Aksi, Ervan Bambang Darmanto mengatakan aksi tersebut mereka lakukan sebagai bentuk penolakan rencana pemerintah yang akan mengganti Patung Kendang di Bundaran Siyono dengan Tobong Gamping. Padahal masih banyak simbol lain yang bisa digunakan untuk mengangkat citra Gunungkidul di kancah nasional ataupun internasional.
"Tobong Gamping merupakan simbol eksploitasi alam yang identik dengan merusak lingkungan. Kenapa demikian," ujar dia, Selasa (27/9/2022).
Massa menyesalkan sikap bupati yang terkesan memaksakan kehendaknya untuk mengganti Patung Kendang dengan Tobong Gamping sebagai ikon baru Gunungkidul. Padahal sejak awal sudah terjadi penolakan.
ADVERTISEMENT
Menurut Ervan, Gunungkidul itu telanjur baik, identik dengan pariwisata, identik dengan kota Gaplek dan sebagainya. Ketika Tobong Gamping dijadikan ikon, hal tersebut merupakan kecelakaan. Karena Tobong Gamping bertolak belakang dengan semangat Gunungkidul.
Bahkan dalam hal ini, pemerintah tidak mendengarkan penolakan warga dan juga anggota DPRD Gunungkidul. Namun meski ada penolakan secara masif tetapi Bupati tetap bersikeras membangun Tobong Gamping tersebut.
"Ini penolakan sudah masif. Mbok didengarkan suara rakyat, suara wakil rakyatnya,"ujar Ketua HIPMI Gunungkidul ini.
penolakan-penolakan dari masyarakat terus terjadi. bahkan mereka sudah sampaikan melalui wakil rakyat dan wakil rakyat sudah menyurati Bupati namun tidak digubris. Pemerintah tidak mengindahkan apa yang terjadi.
Menurut Ervan, surat dari DPRD Gunungkidul tersebut tidak didengar bahkan tidak dibalas oleh pemerintah Kabupaten Gunungkidul. Hal ini menjadi kecelakaan bagi pemerintahan Gunungkidul saat ini. Oleh karenanya mereka turun ke jalan untuk menyuarakan keresahan mereka.
ADVERTISEMENT
"Tobong Gamping itu jelas, sumber polusi udara. Dan jelas ekploitasi batu kapur, masak Gunungkidul seperti itu. Karena aspirasi secara resmi sudah kami juga jalankan, namun karena tidak digubris ya sudah kami turun ke jalan,"tandas Ervan.
Terpisah, anggota DPRD Gunungkidul menyebut tidak tahu menahu mengenai hal tersebut, sebab selama ini tidak ada koordinasi atau pembahasan mengenai penataan wajah kota khususnya dibangunnya tobong gamping.
Selama perencanaan hingga detik-detik terakhir penataan wajah kota akan direalisasikan tidak ada koordinasi atau pembahasan antara pemerintah (bupati) dengan anggota Dewan. Dewan melalui Ketua DPRD beberapa waktu lalu telah bersurat ke Bupati terkait dengan pembangunan tobong gamping tersebut, namun demikian hingga saat ini Bupati tidak mengirimkan tanggapan atas hal tersebut.
ADVERTISEMENT
"Hal tersebut murni program dari pemerintah. Kami tidak pernah diajak koordinasi. Kami akan gunakan hak interpelasi," tegas Wakil Ketua DPRD Gunungkidul, Suharno.