Konten Media Partner

Warga Gunungkidul Soal Wacana Jadikan Belalang dan Ulat untuk Menu MBG: 'Ngawur'

27 Januari 2025 20:58 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Belalang goreng khas Gunungkidul. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Belalang goreng khas Gunungkidul. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Warga Kabupaten Gunungkidul memberikan reaksi menohok terkait adanya wacana dari Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana yang akan menjadikan belalang dan ulat sebagai menu dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG).
ADVERTISEMENT
Wacana itu tak realistis, pasalnya mengingat harga dua serangga tersebut sangat mahal bahkan lebih mahal dari daging ayam ataupun daging sapi.
Hal ini disampaikan oleh salah satu warga Gunungkidul, Ulfa Nurul Aziza. Dia menilai wacana itu tak akan bisa direalisasikan.
"Ngawur itu. Kira-kira kalau mau ngomong, liat dulu di lapangan. Wong belalang aja kayak emas harganya, kok mau dipakai untuk makan dengan anggaran Rp 10 ribu," tutur Ulfa yang merupakan warga Kapanewon Wonosari, Senin (27/1/2025).
Dia menjelaskan harga belalang yang sudah dimasak per toplesnya bisa mencapai Rp 35 ribu. Padahal 1 toples itu diketahui hanya berisi maksimal 15 ekor belalang.
"Harga ulat seperti ulat jati juga harganya tidak realistis," ucap dia.
ADVERTISEMENT
Hal senada juga diungkap warga Paliyan, Hendro Ary. Wacana menggunakan belalang dan ulat untuk menu MBG itu menurutnya tidak masuk akal.
Selain karena harganya mahal, tidak semua belalang dan ulat bisa dikonsumsi sebagai makanan.
Selain itu, belalang dan ulat yang biasa dijual dan dikonsumsi di Gunungkidul itu pun sudah sulit didapatkan.
"Kalau ulat itu musiman, kalau belalang ya sudah sulit menemukannya, kita saja sering mendatangkan belalang dari luar daerah," ucap dia.
Sementara produsen belalang dan ulat goreng asal Gunungkidul, Sri Hawa juga kaget mengetahui rencana Kepala BGN itu.
Dia yang sudah belasan tahun berkecimpung dalam kuliner ekstrim Gunungkidul ini menilai jika wacana itu mengada-ada.
Apalagi mengingat wacana anggaran program MBG itu hanya sekitar Rp 10 ribu per porsinya.
ADVERTISEMENT
"Belalang masih bisa terbang (belalang hidup) 1 kg aja 190 ribu. Kalau kemudian dibersihkan sayap dan jeroannya jadi Rp 400 ribu. Kalau ulat perkilo Rp 180 ribu," pungkasnya.
Sebagai informasi, sebelumnya, Sabtu (25/1), lalu Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengungkapkan serangga seperti belalang dan ulat bakal menjadi menu Makan Bergizi Gratis (MBG) di daerah tertentu. Langkah itu dilakukan lantaran serangga, kata dia bisa menjadi sumber protein.
"Warga Gunungkidul biasa mengkonsumsi belalang. Masyarakat Papua biasa makan ulat sagu. Ini (tentu saja) membuka peluang menjadikan serangga hingga ulat sagu sebagai menu MBG," kata Dadan sebelumnya.
(M Wulan)