Warga Padati JJLS di Bantul untuk Melihat Layang-layang

Konten Media Partner
20 September 2020 14:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga memadati sisi kiri dan kanan JJLS di Bantul untuk melihat layang-layang, Sabtu (19/9/2020) malam. Foto: Erfanto/Tugu Jogja.
zoom-in-whitePerbesar
Warga memadati sisi kiri dan kanan JJLS di Bantul untuk melihat layang-layang, Sabtu (19/9/2020) malam. Foto: Erfanto/Tugu Jogja.
ADVERTISEMENT
Ratusan kendaraan roda dua berjajar di kiri kanan Jalur Jalan Lintas Selatan-selatan (JJLS), Sabtu (19/9/2020) malam. Puluhan kendaraan roda 4 juga berjajar memenuhi pinggiran JJLS tepatnya di Desa Srigading, Kecamatan Sanden, Bantul. Belasan kendaraan Pick Up mengangkut sound system berkapasitas besar membunyikan berbagai jenis musik menggelegar di beberapa titik.
ADVERTISEMENT
Ratusan pedagang memenuhi sudut-sudut JJLS malam itu. Wahana permainan seperti Rumah Balon dan mini komedi putar nampak dipenuhi anak-anak. Puluhan layang-layang bentuk dihiasi dengan lampu LED warna-warni membuat indah langit di kawasan Pantai Samas tersebut.
Di ujung timur JJLS yang belum beraspal dan masih berdebu, terlihat Danu Nur Fauzan (23) memandangi layangan naga yang ia terbangkan. Sembari membawa lampu sorot berkekuatan besar, ia mencoba menjaga layangan mendapat sorotan lampu agar terus terlihat.
Musik koplo campursari menggelegar di sekelilingnya membuat suasana semakin meriah. Di sekelilingnya belasan orang silih berganti mengabadikan moment tersebut dengan kamera ponselnya. Tak sedikit dari mereka yang berjoget dan menyanyikan lagu yang diputar.
Bersama puluhan rekan sekampungnya, Danu malam itu sengaja datang ke JJLS yang jaraknya puluhan kilometer dari kediaman mereka hanya untuk menerbangkan layangan Naga sepanjang 60 meter karya mereka. Mobil bak terbuka sengaja digunakan untuk membawa sound system berkekuatan besar sembari menarik sebuah diesel sebagai sumber listriknya.
ADVERTISEMENT
"Tiap malam minggu saya ke sini. Biasanya sampai jam 11 malam," ujarnya, Sabtu (19/9/2020).
Tak hanya Danu dan rekan sekampungnya, belasan rombongan lainnya juga menerbangkan layangan Naga. Lampu warna-warni yang menghiasi Layangan Naga membuat semakin meriah. Belum lagi berbagai jenis layangan lain yang juga dilengkapi lampu warna-warni menghiasi angkasa kawasan Pantai Samas sepanjan JJLS.
Warga memadati sisi kiri dan kanan JJLS di Bantul untuk melihat layang-layang, Sabtu (19/9/2020) malam. Foto: Erfanto/Tugu Jogja.
Dalam sebulan terakhir fenomena menerbangkan layangan di JJLS muncul setiap Sabtu Malam (malam Minggu). Tua muda hingga anak-anak tumlah ruah memadati JJLS sejauh 3 kilometer. Dari sebelah timur TPR Pantai Samas hingga ujung aspal JJLS yang belum selesai dibangun dipadati ribuan orang beserta kendaraannya.
Lautan manusia memadati kawasan tersebut semakin menandaskan jika kawasan ini menjadi Pasar Malam baru. Bahkan saking banyaknya manusia, media ini membutuhkan waktu hampir 1 jam untuk menembus kepadatan dari ujung timur hingga ujung barat.
ADVERTISEMENT
Dari pengamatan Tugu Jogja, seolah tak ada lagi yang peduli dengan penggunaan masker karena masih banyak yang memilih tidak memakai pelindung mulut dan hidung. Apalagi jaga jarak, tak lagi ditaati karena ribuan orang memadati kawasan tersebut tanpa perduli aturan jarak.
Danu mengaku tertantang menerbangkan layangan dengan panjang 60 meter tersebut. Menjadi kebanggaan tersendiri bagi Danu dan kawan-kawan sekampungnya ketika layangan Naga buatan mereka menjadi perhatian para pengunjung JJLS tersebut.
"Seneng aja. Apalagi kalau banyak yang lihat," ujar karyawan swasta ini ketika ditemui tengah asyik menerbangkan layangannya tersebut.
Padahal untuk membuat layangan sepanjang 60 meter ini memang tidak mudah dan biayanya tidak sedikit. Bagaimana tidak, ia bersama rekan-rekannya harus rela patungan hingga Rp 4,5 juta untuk mewujudkan mimpi mereka tersebut. Bahkan mereka harus lembur mulai jam 21.00 WIB hingga pukul 03.00 WIB dinihari selama seminggu.
ADVERTISEMENT
Mereka harus menyelesaikan 300an lempeng berdiameter 45 centimeter dengan bahan fiber. Belasan Pemuda Cepit berbagi peran untuk menyelesaikan bagian yang menjadi pekerjaan jatah mereka. Menurut Danu, yang paling sulit adalah membuat kepala naga dari layangan mereka.
"Perlu waktu 3 hari untuk merangka busa (spon) ati agar menjadi bentuk kepala naga yang mereka inginkan. Ndak apa-apa, mahal dan capek itu resiko. Sekarang layangan saya sudah dinego orang, kalau cocok harganya akan kita lepas," paparnya.
Fenomena layangan di JJLS ini memang menarik pengunjung dan menghidupkan malam di obyek wisata pantai selatan Bantul. Seperti yang diungkapkan oleh Deymalia (32) warga Kepanewonan Patuk Kabupaten Gunungkidul ini. Ia sengaja jauh-jauh menempuh puluhan kilometer bersama keluarganya untuk melihat layangan di malam hari.
ADVERTISEMENT
"Awalnya untuk menghibur anak-anak. Tapi sampai sini malah takut, banyak sekali orangnya. Saya milih paling ujung saja yang sepi," tuturnya.