Warga Purworejo, Jateng, Digegerkan dengan Kehadiran Kerajaan Baru

Konten Media Partner
13 Januari 2020 16:48 WIB
comment
17
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Raja dari Keraton Agung Sejagat adalah Totok Santosa Hadiningrat alias Sinuhun (tengah). Foto: Twitter/@aritsantoso
zoom-in-whitePerbesar
Raja dari Keraton Agung Sejagat adalah Totok Santosa Hadiningrat alias Sinuhun (tengah). Foto: Twitter/@aritsantoso
ADVERTISEMENT
Warga Purworejo, Jawa Tengah, dihebohkan dengan kemunculan kerajaan baru. Kerajaan tersebut bernama Keraton Agung Sejagad yang ada di Desa Pogung Juru Tengah, Bayan, Purworejo, Jawa Tengah. Mereka mengklaim memiliki keraton yang kekinian namun belum selesai dibangun.
ADVERTISEMENT
Informasi ini pun sampai ke telinga Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Ia mengutus Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengusut informasi ini.
“Saya minta Pemkab Purworejo dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengusut (informasi tersebut). Syukur kalau ada perguruan tinggi yang mendampingi, mencari, dan meneliti keabsahan klaim (soal Keraton Agung Sejagad) secara akademik,” kata Ganjar Pranowo kepada awak media, Senin (13/1/2020).
Ganjar meminta untuk semua pihak melakukan pendekatan komunikasi sehingga tidak muncul pertanyaan dan kegaduhan di masyarakat. Ia pun meminta Pemkab Purworejo untuk melakukan komunikasi dengan pentolan Keraton Agung Sejagad sehingga keberadaannya bisa jelas diketahui maksud dan tujuannya.
“Kalau baik untuk masyarakat, ya baik. Tapi, pemerintah (Kabupaten Purworejo) perlu memayungi langsung masyarakat, meminta klarifikasi sehingga jelas semuanya,” tegas Ganjar Pranowo.
ADVERTISEMENT
Diketahui, raja dari Keraton Agung Sejagat adalah Totok Santosa Hadiningrat alias Sinuhun. Sedangkan ratunya adalah istrinya sendiri, Dyah Gitarja alias Kanjeng Ratu.
“Kami muncul untuk menunaikan janji 500 tahun runtuhnya Kerajaan Majapahit di tahun 1518,” ujar Totok yang mengklaim dirinya sebagai Rangkai Mataram Agung, Minggu (12/1/2020).
Bagian dalam istana Keraton
Perjanjian tersebut dilaksanakan oleh Dyah Ranawijaya sebagai penguasa terakhir Majapahit, dengan Portugis sebagai wakil orang-orang barat di Malaka pada tahun 1518. Menurut Sinuhun, ketika kekaisaran tersebut berakhir, maka berakhir pula dominasi kekuasaan orang Barat dalam menguasai bumi.
Sehingga, lebih lanjut, kekuasaan tertinggi atas dunia harus dikembalikan pada pemiliknya, yang katanya adalah Keraton Agung Sejagat yang ada di Purworejo. Terpilihnya Kabupaten Purworejo menjadi tempat Istana Keraton Agung Sejagat dikarenakan dahulu kerajaan Mataram telah berdiri di Solo dan Yogyakarta. Sinuhun mengklaim bahwa jumlah pengikutnya juga semakin banyak, yaitu 425 orang.
ADVERTISEMENT
“Kekuasaan Keraton Agung Sejagat mencakup dunia, kami berhak mengubah sistem politik global. Kami ada untuk mempersiapkan kedatangan Sri Maharatu Jawa untuk kembali (ke tanah Jawa),” jelasnya.
Raja dari Keraton Agung Sejagat adalah Totok Santosa Hadiningrat alias Sinuhun saat prosesi kirab. Foto: Twitter/@aritsantoso
Beberapa waktu lalu, Keraton Agung Sejagad juga melakukan kirab yang dinamai Ritual Wilujengan. Kehadiran kegiatan ini pun mendapat respons negatif dari beberapa warga. Bahkan, ada anak-anak yang ketakutan dengan ritual tersebut lantaran banyak sesaji dan batu yang dipasang sebagai tempat untuk sembahyang.
“Kegiatan tersebut menggangu warga sekitar dan masyarakat resah. Dengan keanehan-keanehan kegiatan, warga bertanya-tanya apa tujuannya,” ujar Marni, salah satu warga Desa Pogung Juru Tengah.
Kepala Desa Pogung Juru Tengah, Slamet Purwadi, mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan Kecamatan Bayan terkait dengan kegiatan yang dilakukan oleh Keraton Agung Sejagad itu.
ADVERTISEMENT
“Kami (pemerintah desa) sudah berkoordinasi dengan Kecamatan untuk layangkan surat ke bupati soal penolakan kegiatan tersebut,” ujar Slamet. (gbr)