6 Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris Universitas Negeri Malang Lolos Program IISMA

Konten Media Partner
6 Juli 2021 19:32 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gebrilia Indra Parasanty  dan Haidir Algi G.F. dok
zoom-in-whitePerbesar
Gebrilia Indra Parasanty dan Haidir Algi G.F. dok
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
MALANG - Jurusan Sastra Inggris Universitas Negeri Malang (UM) patut berbangga, 6 mahasiswa berhasil lolos seleksi program pertukaran pelajar Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) 2021. Bahkan salah satu mahasiswa sangat bersyukur bisa lolos seleksi, setelah belasan kali gagal ikut program pertukaran pelajar ke luar negeri.
Ahmad Ali Mahfudz. dok
Pembimbing Mahasiswa Sastra Inggris UM, Nurenzia Yannuar, PhD, menyatakan, seluruh dosen dan Jurusan Sastra Inggris UM bangga terhadap 6 mahasiswa yang lolos IISMA 2021. Program bergengsi ini kata Renzi, sapaan akrab Nurenzia, diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI bekerja sama dengan LPDP. Sebagai salah satu program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
ADVERTISEMENT
Ada 1000 mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia, yang berhasil lolos seleksi program ini. Termasuk 11 mahasiswa dari UM, yang 6 di antaranya dari Jurusan Sastra Inggris UM.
Aulia Rahma G.P. dok
Mereka adalah Sarray M. Ghailan (University of Limerick Ireland), Dedhi Lugita Hadi Wijaya (Universitat Pompeu Fabra Spain), Aulia Rahma G.P (University of Padua Italy), Gebrilia Indra Parasanty (KU Leuven Belgium), Ahmad Ali Mahfudz (Universidad de Granda Spain), dan Haidir Algi G.F (Palacky University Olomouc Rep. Ceko).
"Sangat bangga sekali kami dari Sastra Inggris bisa mendominasi (dari UM)," ucapnya.
Renzi menyebut, mahasiswa Sastra Inggris UM memang sering kali setiap tahunnya, berangkat luar negeri untuk program pertukaran pelajar. Dosen dan Jurusan kata dia, selalu memberi dukungan agar mahasiswa bisa ikut andil dalam program-program bergengsi.
Dedhi Lugita Hadi Wijaya. dok
Tidak hanya itu, Renzi menyebut pihak Jurusan juga terus mengawal jalannya program hingga tuntas. Seperti program IISMA ini, pihaknya sejak awal membantu penyebaran informasi kepada mahasiswa, konsolidasi, pendaftaran, dan pembimbingan peserta seleksi dari mahasiswa Sastra Inggris UM.
ADVERTISEMENT
"Salah satu syarat di banyak program, termasuk IISMA, adalah skor nilai Bahasa Inggris yang tinggi. Mahasiswa kami diuntungkan dengan itu. Tapi kami juga selalu mendorong mahasiswa untuk berani mencoba, ini yang penting," imbuhnya.
Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris UM, kata Renzi, juga dibekali mata kuliah Cross Cultural Understanding. Sehingga mahasiswa sewaktu-waktu siap untuk belajar ke luar negeri, dan sedikit banyak belajar tentang budaya di luar negeri.
"Nah untuk program IISMA ini, prosesnya sangat menantang, sebelum enam mahasiswa kami lolos seleksi. Apalagi ini program baru, ditambah situasi pandemi di Indonesia yang belum stabil. Waswas iya, tapi kami kawal terus hingga mahasiswa benar-benar berangkat ke negara tujuan. Perjuangan mereka cukup panjang dan berat hingga keberangkatan nanti, kami dosen Jurusan Sastra Inggris mendoakan proses anak-anak kami lancar sampai akhir," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Salah satu mahasiswa yang lolos seleksi adalah Haidir Algi G.F, mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Jurusan Sastra Inggris Fakultas Satra UM, yang akan berangkat ke Palacky University Olomouc, Rep. Ceko. Mahasiswa semester 6 ini menceritakan, dirinya melakukan persiapan sejak April 2021, atau saat Jurusan menginformasikan program IISMA.
"Yang daftar sekitar tiga ribu mahasiswa se Indonesia, awalnya seleksi berkas, lalu setiap kampus ada seleksi internal di Fakultas, bersyukur saya bisa lolos dan mendapat bimbingan dari dosen," kata mahasiswa kelahiran Tenggarong, Kaltim ini.
Sarray M. Ghailan. foto/dok
Haidir sangat senang karena dia sudah belasan kali mencoba ikut program pertukaran pelajar ke luar negeri. Bahkan dia sudah mencobanya sejak masih duduk di bangku SMA, namun tidak pernah berhasil untuk berangkat. Pernah kata Haidir, dirinya lolos seleksi program pertukaran pelajar ke Thailand.
ADVERTISEMENT
Namun karena program tersebut tidak memberikan pembiayaan penuh, Haidir mundur. Meskipun sebenarnya dia mengaku ingin sekali bisa lolos seleksi program belajar di Amerika. Tapi Rep. Ceko kata dia, juga sangat keren.
"Saya senang sekali, semoga ini lancar urusan visa dan lainnya, karena agak ribet ini musim pandemi COVID-19. Tapi orang tua saya sangat bangga karena bisa lolos seleksi dan dapat pembiayaan penuh, orang tua merestui saya," kata Haidir.
Hal senada disampaikan Gebrilia Indra Parasanty, mahasiswi Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra UM, yang akan berangkat ke KU Leuven, Belgia. Mahasiswi asal Banyuwangi ini sangat senang bisa lolos seleksi program IISMA. Bahkan Gebril, sapaan akrabnya, baru kali ini ikut program pertukaran pelajar, dan lolos.
ADVERTISEMENT
"Saya belum pernah ikut seleksi program semacam ini, saya sangat senang sekali bisa lolos. Yang paling susah saat itu tes wawancara, karena tidak tahu topik apa yang akan ditanyakan oleh kurator. Ya, nervous," ujarnya.
Gebril memang bermimpi bisa belajar ke luar negeri. Dia mengaku ingin sekali belajar di New Zealand. Namun di program IISMA ini, negara tersebut kata dia lagi tutup border. Dia akhirnya memilih belajar di Belgia.
"Di KU Leuven mata kuliahnya juga menarik, dan dosen saya merekomendasikan ke Belgia. Ya kampusnya masuk Top 100 Dunia juga, ini akan jadi pengalaman penting dan berharga buat saya," tambahnya.
Gebril mengaku tidak khawatir nantinya belajar di Belgia. Karena ada 9 mahasiswa Indonesia lainnya kata dia, yang juga lolos seleksi dan belajar di sana nantinya. Meskipun saat ini masih pandemi COVID-19, Gebril optimis bisa berangkat ke Belgia.
ADVERTISEMENT
"Saya di Malang juga hidup mandiri, jadi tidak khawatir nanti di Belgia. Saat ini Belgia tutup border untuk Indonesia, tapi saya optimis bisa berangkat nantinya. Keluarga saya sangat mendukung, dan tidak kalah excited dengan saya. Saya juga sekarang belajar Bahasa Belanda (bahasa yang dipakai di Belgia)," pungkasnya.