Digitalisasi Aksara Kawi, Mas Abu Jadikan City Branding Kota Kediri

Konten Media Partner
13 November 2021 18:56 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wali Kota Kediri, Abdullah Abu Bakar bersama Diaz Nawaksara - Ketua Yayasan Pawiyatan Nawaksara, dan Heru Nugroho, Wakil Ketua Bidang Pengembangan Usaha, Kerjasama,  dan Marketing Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) melihat Kitab Sutasoma dengan aksara kawi. (Foto: Rino Hayyu Setyo)
zoom-in-whitePerbesar
Wali Kota Kediri, Abdullah Abu Bakar bersama Diaz Nawaksara - Ketua Yayasan Pawiyatan Nawaksara, dan Heru Nugroho, Wakil Ketua Bidang Pengembangan Usaha, Kerjasama, dan Marketing Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) melihat Kitab Sutasoma dengan aksara kawi. (Foto: Rino Hayyu Setyo)
ADVERTISEMENT
Tak hanya untuk pelestarian aksara kawi yang nyaris punah, Kota Kediri juga ingin membuat aksara ini dikenal dunia. Bagaimana caranya? Pemerintah Kota Kediri berencana melakukan digitalisasi untuk aksara kawi.
ADVERTISEMENT
Kota Kediri menggelar seminar persiapan Kongres Aksara Kawi I 2022 sebagai respon akan dirilisnya Aksara Kawi dalam format digital oleh Unicode, sebuah konsorsium internasional yang mengatur standar teknis yang dirancang untuk mengizinkan teks dan simbol dari semua sistem tulisan di dunia untuk ditampilkan dan dimanipulasi secara konsisten oleh komputer. Acara yang menghadirkan para ahli di bidang pembacaan aksara kuno, sejarah, budayawan, desain dan pemrograman komputer tersebut digelar di Hotel Insumo Palace, 13 & 14 November 2021.
Heru Nugroho, Wakil Ketua Bidang Pengembangan Usaha, Kerjasama, dan Marketing Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI). (Foto Humas Pemkot Kediri)
"Kota Kediri mendukung digitalisasi Aksara Kawi karena kami merasa penting untuk ikut merawat tinggalan budaya, seni dan ilmu pengetahuan, karena ini menjadi modal dasar untuk city branding," kata Wali Kota Kediri dalam sambutannya melalui siaran pers, Sabtu (13/11).
ADVERTISEMENT
"Kalau kita lihat Bali dan Yogyakarta misalnya, mereka bisa mendatangkan jutaan wisawatan setiap tahun tidak hanya dari faktor keindahan alam, tapi juga karena nilai budaya yang melekat dan terus dirawat," tambah Mas Abu.
Wali Kota menjelaskan pentingnya unsur budaya dan pengetahuan sebagai nilai tambah, sehingga menjadi bahan baku cerita atau story telling produk atau jualan setiap daerah atau kota.
FGD Road To Kongres Aksara Kawi I di Hotel Insumo Palace Kota Kediri, 13 & 14 November 2021. (Foto Humas Pemkot Kediri)
Wali Kota Kediri menganalogikan sebuah produk tanpa cerita itu ibarat kaos polos, hanya mengandalkan warna dan kenyamanan. Jika bahan dan warna yang sama lalu ditambahkan unsur desain pasti harganya bertambah. “Produk kriya sebuah daerah jika hanya mengandalkan keterampilan jadinya hanya kerajinan, tapi jika ada unsur pengetahuan, seni dan budaya yang ditanamkan di produk tersebut, menjadi barang seni yang bernilai tinggi, sehingga harga jualnya lebih mahal," kata Mas Abu.
ADVERTISEMENT
Heru Nugroho, Wakil Ketua Bidang Pengembangan Usaha, Kerjasama, dan Marketing Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) menyatakan, sangat penting Kota Kediri menjadi tempat Kongres Aksara Kawi karena Kawi adalah induk dari aksara-aksara di Nusantara.
"Sah juga kalau mau nyebut Kediri adalah Ibukota Aksara Nusantara, karena mayoritas aksara asli nusantara (hampir semua yg sejak lahir di bumi nusantara) dan yang sudah terdigitasikan saat ini (Jawa, Sunda, Bali, Bugis atau Aksara Lontaraq, Jangang-jangang atau Aksara Makassar, Rejang, Batak, dll) termasuk Aksara Lampung, Incung yang masih belum sempat terdigitisasikan, induknya adalah Aksara Kawi", tegas Heru Nugroho yang mendukung pendaftaran Aksara Kawi ke UNICODE.
Heru Nugroho sendiri, sebelum aktif mendukung pendaftaran aksara-aksara Nusantara ke UNICODE, juga adalah ketua tim Kemenpora RI saat mendaftarkan Pencak Silat ke badan kebudayaan dunia UNESCO. Hingga akhirnya pencak silat sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia ditetapkan melalui sidang ke 14 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage diselenggarakan UNESCO di Bogota, Kolombia pada 9-14 Desember 2019.
ADVERTISEMENT
FGD Road to Kongres Aksara Kawi - Kota Kediri 2022 dihadiri oleh narasumber Setya Amrih Prasaja filolog dari Dinas Kebudayaan Provinsi Yogyakarta sekaligus Ketua Tim Kongres Aksara Jawa I 2020, Ilham Nurwansyah konsultan aksara Nusantara dari PANDI, Risang Yuwono - Ketua Tobing Institute Yogyakarta, Arief Budiarta - komunitas pegiat aksara Seja Jabung Yogyakarta, Diaz Nawaksara - Ketua Yayasan Pawiyatan Nawaksara, dan Henri Nurcahyo - Komunitas Brangwetan. (*)