Foto: Aroma Kopi di Pemakaman Belanda

Konten Media Partner
21 Juni 2020 10:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Batu nisan di TPU Sukun Nasrani.
zoom-in-whitePerbesar
Batu nisan di TPU Sukun Nasrani.
ADVERTISEMENT
MALANG - Aroma wangi kopi tercium di kawasan pemakaman Belanda, di Malang. Tidak seperti makam pada umumnya, yang memiliki wangi bunga kamboja.
Pengelola perkebunan kopi di TPU Sukun Nasrani melakukan pemetikan biji merah.
Ribuan pohon kopi ditanam sejak bulan maret 2017 hingga kini, secara bertahap. Bahkan, kini banyak biji kopi yang berwarna merah dan telah dipanen. Kopi ini tumbuh di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Sukun Nasrani.
Pemetikan biji merah di kawasan pemakaman.
"Kita mulai menanam sejak maret 2017 dan sekarang ada 5400 pohon kopi," kata Kepala UPT Pemakaman Umum Kota Malang, Taqruni Akbar.
Pengelola melakukan perawatan pohon kopi.
Lebih dari lima ribu pohon kopi ini berada di lahan yang memiliki luas 10 hektar dan dikelola oleh UPT TPU Sukun Nasrani dan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Kuburan Londo.
Pemetikan biji kopi. Pohon kopi ini berada di sela-sela makam yang memungkinkan untuk ditanami.
"Luas lahan keseluruhan 12 hektar dengan bangunan gedung 2 hektar dan area pemakaman 10 hektar," tambah Taqruni.
Pengelola melakukan pemetikan, Kopi di tempat ini tumbuh dengan bagus karena memiliki kualitas tanah yang subur.
Kawasan pemakaman TPU Sukun Nasrani sendiri memiliki nilai sejarah, karena pemakaman ini dulunya diperuntukkan bagi orang-orang Belanda dan berbagai negara Eropa yang meninggal di Malang. Tak heran, jika arsitekturnya kental dengan nuansa Eropa.
Potrait salah satu anggota Pokdarwis yang menjadi bagian pengelola perkebunan kopi di makam Belanda.
Pembangunannya dilakukan pada Masa Bouwplant III dibawah Pemerintahan H I Bussemaker I (Walikota Malang I tahun 1919-1929).
Deretan makam yang memiliki arsitektur bergaya Eropa dengan forground pohon kopi.
Kawasan Pemakaman Belanda dan perkebunan kopi akan mengembalikan ingatan sejarah lebih dari 100 tahun lalu, saat kopi menjadi salah satu komoditas pertanian paling dicari di Eropa. Pemerintah kolonial Belanda dengan sistem tanam paksa, mengeruk untung dari hasil bumi nusantara.
Anggota pokdarwis melakukan perawatan kopi di dekat makam.
Penjemuran dan pengolahan kopi juga dilakukan di sekitar pemakaman.
Proses penyortiran biji kopi agar memiliki biji yang berkualitas.
Pengolahan kopi hingga pengemasan, produk kopi dari tempat ini bernama kopi tulang.
Foto & Teks: Bayu Novanta
ADVERTISEMENT