Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
MALANG - Aroma wangi kopi tercium di kawasan pemakaman Belanda, di Malang. Tidak seperti makam pada umumnya, yang memiliki wangi bunga kamboja.
Ribuan pohon kopi ditanam sejak bulan maret 2017 hingga kini, secara bertahap. Bahkan, kini banyak biji kopi yang berwarna merah dan telah dipanen. Kopi ini tumbuh di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Sukun Nasrani.
"Kita mulai menanam sejak maret 2017 dan sekarang ada 5400 pohon kopi," kata Kepala UPT Pemakaman Umum Kota Malang, Taqruni Akbar.
Lebih dari lima ribu pohon kopi ini berada di lahan yang memiliki luas 10 hektar dan dikelola oleh UPT TPU Sukun Nasrani dan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Kuburan Londo.
ADVERTISEMENT
"Luas lahan keseluruhan 12 hektar dengan bangunan gedung 2 hektar dan area pemakaman 10 hektar," tambah Taqruni.
Kawasan pemakaman TPU Sukun Nasrani sendiri memiliki nilai sejarah, karena pemakaman ini dulunya diperuntukkan bagi orang-orang Belanda dan berbagai negara Eropa yang meninggal di Malang. Tak heran, jika arsitekturnya kental dengan nuansa Eropa.
Pembangunannya dilakukan pada Masa Bouwplant III dibawah Pemerintahan H I Bussemaker I (Walikota Malang I tahun 1919-1929).
Kawasan Pemakaman Belanda dan perkebunan kopi akan mengembalikan ingatan sejarah lebih dari 100 tahun lalu, saat kopi menjadi salah satu komoditas pertanian paling dicari di Eropa. Pemerintah kolonial Belanda dengan sistem tanam paksa, mengeruk untung dari hasil bumi nusantara.
Foto & Teks: Bayu Novanta
ADVERTISEMENT