Jaga Jarak Bikin Cemas? Begini Solusinya

Konten Media Partner
23 Oktober 2020 10:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dodik Prastiyo. Foto: dok
zoom-in-whitePerbesar
Dodik Prastiyo. Foto: dok
ADVERTISEMENT
MALANG - Jarak fisik di tengah pandemi Corona menjadi keharusan bagi masyarakat untuk diterapkan. Tetapi hakikatnya, manusia terbiasa berkumpul dan bekerja bersama. Sehingga akan menimbulkan kecemasan jika harus membatasi jarak.
ADVERTISEMENT
Kecemasan, merupakan salah satu permasalahan kesehatan mental. Permasalahan kesehatan mental di tengah pandemi akan menimbulkan beban kesehatan yang besar serta efek kesehatan yang sangat signifikan.
Maka dari itu, Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) punya formula khusus untuk mengentaskan problem kesehatan mental tersebut.
Gagasan dari M Dodik Prastiyo, Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan ini, memenangi ajang Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) nasional bertajuk Problematika Kesehatan Mental di Tengah Pandemi Berdasarkan Prespektif Islam, yang diselenggarakan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung (Unisba), pada 19 September lalu.
Di ajang daring bernama Avicenna Medical Competition 2020 ini, Dodik mengusung gagasan Satuan Aksi Pelayanan Kesehatan Mental Keluarga atau Sapa Kemenlu, yang merupakan implementasi yang diisyaratkan Al-Qur'an tentang kesehatan mental. Dimana terjelaskan dalam surat QS Al Maidah [5] : 2 dan Al Hujurat [49] : 10 dan 13.
ADVERTISEMENT
Terdapat 4 tahapan yang diajukan dalam gagasannya, yakni:
Pertama, melakukan edukasi kepada keluarga menggunakan media video dan booklet.
“Penggunaan booklet di sini berfungsi sebagai media edukasi mengenai kesehatan mental dan manfaat melaksanakan terapi relaksasi," jelasnya.
Keuntungannya, lanjut dia, yakni informasi yang disampaikan lebih terperinci dan jelas. Klien dapat menyesuaikan diri dalam belajar mandiri, mudah dibuat, diperbanyak, diperbaiki sesuai kebutuhan, bisa dibuat sederhana dengan biaya relatif murah, mudah dibawa dan dibaca kembali jika pembaca lupa dengan isinya.
Setelah itu, penggunaan video tentang beberapa teknik relaksasi dapat memperjelas gambaran abstrak mengenai langkah-langkah teknik relaksasi. Selain membaca dan membayangkan, keluarga dapat melihat secara langsung dan jelas tentang langkah-langkah teknik relaksasi melalui video tersebut.
ADVERTISEMENT
Dengan pemberian edukasi menggunakan kombinasi antara booklet dan video, dia berharap keluarga akan mampu memahami secara cepat bagaimana pelaksanaan teknik relaksasi.
Kedua, pelatihan teknik relaksasi. Di tahap ini, klien atau keluarga diberikan pelatihan dengan pendekatan roleplay bersama anggota keluarga yang lainnya.
Pendekatan metode roleplay ini bertujuan untuk semakin meningkatkan kemampuan keluarga dalam diberikan pelatihan.
“Metode roleplay merupakan metode pembelajaran. Dimana subjek diminta untuk berpura-pura menjadi seseorang dengan profesi tertentu yang digeluti orang tersebut,” ungkapnya.
Ketiga, pendampingan evaluasi kesehatan mental di rumah. Pendampingan keluarga oleh perawat dalam perlakuan manajemen diri saat mengalami gangguan kesehatan mental selama satu bulan terakhir dilakukan satu bulan sekali.
Ditunjukkan dengan lembar persepsi aktivitas. Informasi yang ada di dalam lembar persepi aktivitas meliputi nama, usia, tanggal dan hari dalam satu bulan, tanda gangguan kesehatan yang dialami, aktivitas yang dilakukan, dan riwayat konsumsi obat-obatan.
ADVERTISEMENT
Keempat, tahap konsultasi. Layanan konsultasi berguna bagi para keluarga untuk menyampaikan keluhan-keluhan yang dirasa tidak bisa diatasi oleh teknik relaksasi yang sudah dilakukan. Konsultasi bisa dilakukan satu bulan sekali bersamaan dengan ketika pendampingan evaluasi.
“Keluarga juga dapat melakukan konsultasi sedini mungkin dengan tenaga kesehatan yang bertugas jikalau dirasa perlu penanganan segera,” katanya.
Gagasan tentang konsultasi ini, dilanjutkan Dodik, sejalan dengan prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat menurut pandangan Al-Qu'ran. Dimana Islam memandang masyarakat sebagai sebuah sistem yang individunya saling membutuhkan dan saling mendukung. Antara individu dan masyarakat mempunyai hubungan yang idealnya saling menguntungkan.
“Prinsip tersebut adalah ukhuwwah, ta’awun, dan persamaan derajat manusia,” pungkas Dodik.