Konten Media Partner

Kualitas Lahan Apel di Kota Batu Terus Memburuk

21 April 2022 17:23 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petani apel di Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Foto: Ulul Azmy
zoom-in-whitePerbesar
Petani apel di Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Foto: Ulul Azmy
ADVERTISEMENT
BATU - Meski dikenal sebagai Kota Apel, ternyata produktivitas buah di sana terbilang terus merosot dari tahun ke tahun. Ini terbukti dari data luasan lahan apel yang terus menyusut dari tahun ke tahun. Mulai di 2015 yang terdapat 1.768 hektar, di tahun 2020 hanya tersisa 1.200 hektar.
ADVERTISEMENT
Selain karena biaya produksinya yang tinggi, tingkat produktivitas apel menurun dikarenakan kualitas tanah yang juga memburuk akibat pemakaian pupuk kimia secara berkepanjangan. Rata-rata, usia pohon apel di Kota Batu sudah berusia 25 tahun lebih.
Masalah ini diungkapkan Wakil Ketua Poktan Maju Bersama Desa Tulungrejo, Utomo. Dia berharap pihak Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kota Batu turun tangan membuat solusi revitalisasi lahan.
Pasalnya, mereka sendiri punya komitmen untuk tetap bertani apel sehingga nama Kota Batu dengan ikon buah apelnya tetap dapat bertahan hingga anak cucu.
Bicara solusi konkritnya, sambung Utomo, paling tidak pemerintah daerah memberikan bantuan pupuk kandang organik. Tujuannya agar kandungan unsur hara pada tanah bisa kembali lagi. ''Karena misal bantuan pupuk kimia itu percuma. Produksi kita selanjutnya ya gini-gini terus,'' ucapnya, pada Kamis (21/4/2022).
ADVERTISEMENT
Utomo memperkirakan jika setiap petani diberikan bantuan 1 ton pupuk, maka revitalisasi lahan apel di Kota Batu bisa berjalan signifikan dalam beberapa waktu setelahnya.
''Juga diberi tambahan bibit. Saya kira itu lebih efektif dan bermanfaat,'' kata dia.
Terpisah, Kepala Bidang Pertanian Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu, Harijadi Agung memahami kondisi pertanian apel di Kota Batu saat ini. Banyak petani yang memilih beralih menanam jeruk.
Sebab itu, pada 2022 pihaknya akan memberikan kucuran bantuan hingga Rp 530 juta. Terdiri dari bantuan bibit apel, revitalisasi, hingga bantuan petani terdampak banjir di Desa Sumbergondo dan Bulukerto.
Di lain sisi, dirinya berharap petani di Kota Batu juga rajin menggunakan pupuk organik agar unsur hara pada tanah kembali meningkat dan pengaruh kepada produktivitas buah. ''Pupuk organik juga sebagai alternatif menekan biaya produksi,'' jelasnya.
ADVERTISEMENT