Mengenal Burung Maleo asal Palu yang Akan Dipelihara di Eco Green Park Malang

Konten Media Partner
24 Februari 2020 11:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Burung Maleo Senkowar yang sudah ada di Eco Green Park, JTP II, Batu. Foto: rizal adhi pratama
zoom-in-whitePerbesar
Burung Maleo Senkowar yang sudah ada di Eco Green Park, JTP II, Batu. Foto: rizal adhi pratama
ADVERTISEMENT
MALANG - Eco Green Park di wahana wisata Jawa Timur Park (JTP) II, Batu, bakal kedatangan 'keluarga baru'. Dialah burung Maleo Senkawor, atau biasa disebut Maleo si burung endemik tanah Sulawesi Tengah.
ADVERTISEMENT
Rencananya BKSDA (Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam) Palu akan bekerja sama tentang burung yang bernama ilmiah Macrocephalon Maleo ini. Tak tanggung-tanggung, BKSDA Palu akan bekerja sama dengan Eco Green Park untuk membantu memeliharakan 10 burung untuk.
"Rencananya akan datang dari BKSDA Palu, Sulawesi Tengah sejumlah kurang lebih 10 ekor," jelas Dokter Elvi Dwi Yunitasari selaku dokter hewan di Ecp Green Park, minggu Minggu (23/02/2020) saat ditemui di kantornya Jalan Oro-oro Ombo No.9A, Sisir, Kota Batu.
Burung Maleo Senkowar yang sudah ada di Eco Green Park, JTP II, Batu. Foto: rizal adhi pratama
Elvi sendiri belum bisa memastikan kapan burung yang hidup di daerah berpasir ini akan datang. Namun, ia memastikan dalam waktu dekat ini BKSDA Palu akan segera mengkonfirmasi.
"Kemarin pihak BKSDA sudah datang untuk meninjau kondisi kandang. Setelah diskusi dan kelayakan kandang yang mereka inginkan, terus kita perbaiki," jelas Elvi.
ADVERTISEMENT
Eco Green Park sendiri sebenarnya sudah memiliki 2 ekor burung Maleo, namun keduanya adalah betina sehingga belum dapat berkembang biak. Rencananya setelah kiriman BKSDA Palu sampai, akan dilaksanakan proses pengembangbiakkan.
Pengembangbiakkan Maleo sendiri tidak segampang kelihatannya, Elvi mengakui jika harus ada perlakuan khusus agar burung endemik ini dapat berkembang biak dengan baik.
"Burung Maleo ini special ya, karena ini satu-satunya hanya ada di Indonesia khususnya Palu. Dan burung yang kita dapatkan habitatnya di pantai, jadi suhunya harus panas," ucapnya.
Rencananya Eco Green Park akan menambah plat penghangat yang ditanam kedalam pasir sedalam 50-70cm. "Ini masih kita harus tambahkan pasir pantai di kandangnya," lanjutnya.
Dokter Elvi Dwi Yunitasari (kiri) selaku dokter hewan di ECO Green Park, Batu. Foto: rizal adhi pratama.
Belum lagi setelah bertelur, masa inkubasi yang dihabiskan bisa mencapai tiga bulan baru bisa menetas. "Masa inkubasi Maleo bisa mencapai 80-90 hari. Setelah menetas anakan Maleo akan keluar dari dalam tanah dengan sendirinya, dan langsung mandiri bisa terbang dan mencari makan sendiri seperti Maleo dewasa," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Beberapa fakta menarik tentang burung Maleo adalah bahwa burung ini termasuk monogami, jadi ia hanya kawin dengan satu pasangan saja.
"Dan dalam setahun Maleo bisa bertelur rata-rata 30 telur," lanjut Elvi.
Fakta kedua adalah burung Maleo akan pingsan setelah bertelur, hal ini lantaran ukuran telur yang besar membutuhkan banyak energi. "Telur Maleo ukurannya 5-8 kali lebih besar dari telur ayam," jelas Elvi.
Fakta terakhir adalah tonjolan di belakang kepala burung Maleo yang besar berguna untuk mendeteksi suhu panas bumi yang cocok untuk meletakkan telur mereka. Itulah kenapa nama ilmiahnya Macrocephalon Maleo yang artinya kepala besar.
"Suhu inkubasi dari panas bumi kisaran 32-35 derajat Celcius," tutupnya.