Rektor Unmer Malang Bercerita Tentang Keberkahan Hidup dan Peran Ibu

Konten Media Partner
16 Oktober 2020 15:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rektor Unmer Malang Pro Dr Anwar Sanusi SE, M.Si. Foto: irham thoriq
zoom-in-whitePerbesar
Rektor Unmer Malang Pro Dr Anwar Sanusi SE, M.Si. Foto: irham thoriq

Cerita hidup Prof Dr Anwar Sanusi SE, M.SI, rektor Unmer Malang tiga periode

ADVERTISEMENT
MALANG-Mata Rektor Universitas Merdeka (Unmer) Malang Prof Dr Anwar Sanusi SE, M.Si sesekali menerawang ke atas, seolah ada yang dia ingat-ingat. Ya, ketika ditemui di ruang kerjanya, 24 September 2020, dia memang banyak bercerita tentang perjalanan hidupnya, yang dimulai dari Asembagus, Situbondo.
ADVERTISEMENT
Di daerah yang dikenal sebagai daerah santri inilah, Anwar Sanusi mengaku banyak mendapatkan pelajaran, terutama dalam hal keberkahan hidup.”Saya ini dulu santri di Pondok Salafiyah Syafiiyah Situbondo, saya kira apa yang saya dapat, tidak terlepas dari keberkahan saat menjadi santri,” kata pria yang menjabat sebagai rektor periode ketiga ini.
Dia lantas bercerita, ketika pimpinan pesantren atau kiai-nya mengajar kitab kuning, Anwar Sanusi kecil sering menunggu di luar. Tujuannya, dia ingin membenarkan posisi sandal sang kiai.
Anwar juga bercerita bagaimana dia bisa sampai ke Unmer Malang. Menurut dia, ketika dirinya lulus SMA di Situbondo, dirinya diterima di Teknik Nuklir Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta.
Hanya saja, karena merasa tidak cocok dengan jurusannya, tidak dia ambil.”Gak cocok karena saya daftarnya tidak di teknik nuklir, karena itu saya daftar di Fakultas Ekonomi Unmer tahun 1993, terus kuliah seperti biasa. Sebelum lulus, saya diminta sama pak dekan, pak Sudarmaji, dekan ekonomi. Disarankan jadi dosen, terus saya melamar, terus diterima tahun 1988," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Selama kuliah dulu, meski sebagai anak tunggal dengan keluarga yang cukup, Anwar Sanusi diajarkan hidup mandiri."Sejak SMA saya bontot ketika sekolah, saat kuliah saya juga masak sendiri, tidak pernah saya selalu beli makan di warung,” imbuh alumnus SMAN 1 Situbondo ini.”Ketika dewasa, saya merasa bahwa ini pendidikan dari ayah saya,” imbuhya.”Saya juga sering dibuatkan ibu saya ikan kering yang awet buat makan, ini pelajaran berhemat dari orang tua, kalau anak sekarang apa ada yang seperti itu,” imbuhnya.
Selanjutnya, ketika dia baru satu tahun menjadi dosen di Unmer, dia diminta untuk sekolah magister ke UGM.”Alhamdulillah pada saat itu lancar. Lulus 1 tahun 10 bulan, 10 hari,” jeasnya.
Baru setengah tahun lulus dari magister, dia dipanggil rektor waktu itu. Dia disuruh mengambil program doktor di Universitas Padjajaran, Bandung.”Alhamdulillah saya selesai tepat waktu, balik kesini jadi dosen biasa. Nah terus pada saat itu, saya dipercaya sebagai sekretaris jurusan, saya menjadi Pembantu Dekan, jadi Dekan, kemudian jadi WR (Wakil Rektor) 1, Setelah WR 1, saya jadi direktur Pascasarjana, 2 tahun. Kemudian, jadi rektor tahun 2011 sampai 2015. Periode 1, 2015-2019, periode kedua, dan ini peridoe ketiga. Seharusnya ini tidak boleh, kan? Tapi karena ada kepercayaan, saya diminta untuk Unmer dan akan membuat regenerasi. Ya saya bersyukur tapi juga terlalu lama saya menjabat. Saya sendiri kurang berkembang. Saya di sini alhamdulillah guru besar pertama produk Unmer,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Reporter : Neni Eka