Warteg BUngKUS, Nasi Campur Khas Tegal dengan Gaya Baru di Malang

Konten Media Partner
9 September 2020 16:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Alexander Soegio dan Fathir Ibnu Fajar. Foto:Azmy.
zoom-in-whitePerbesar
Alexander Soegio dan Fathir Ibnu Fajar. Foto:Azmy.
ADVERTISEMENT
MALANG - Seni membungkus makanan menjadi resep pelengkap suatu hidangan kuliner. Selain menjadi ciri khas, juga dipercaya dapat menambah cita rasa makanan. Seperti di nusantara sendiri, teknik membungkus makanan sangatlah beragam. Mulai dari daun pisang, daun jati, kertas bungkus koran dan masih banyak varian bentuk lainnya.
ADVERTISEMENT
Seiring zaman, inovasi dalam teknik membungkus makanan pun tak terhindarkan. Seperti dilakukan Warung Tegal (Warteg) BUngKUS yang beralamat di Jalan Ciunjung No 7 Kota Malang. Warteg ini menyajikan teknik membungkus makanan yang cukup unik dan instagramable. Lain daripada warteg yang lain.
Nasi campur Warung BUngKUS yang instragamable.
Sekilas, bentuk nasi bungkus di sini tak jauh beda dengan yang lain. Berbentuk prisma segitiga pada umumnya. Namun, teknik lipatan kertas foodgrade ala Warteg BUngKUS memiliki pola berbeda. Jika boleh dideskripsikan, kita seolah menekan tombol. Begitu karet dilepas, bungkus seolah terbuka otomatis.
Inovasi 'nyentrik' ini datang dari Alexander Soegio dan Fathir Ibnu Fajar. Bisa jadi, mereka jadi pionir pertama yang mengemas nasi dengan bungkus unik. Buka sekitar dua bulan silam pada 15 Juni 2020, mereka menghadirkan konsep Food and Beverage (FnB) gaya baru. Warung Tegal kekinian.
ADVERTISEMENT
''Ide awalnya sederhana. Menyajikan menu kuliner harian seperti halnya disajikan ala warteg namun dengan kemasan bungkus yang unik,'' tutur Fathir kepada awak media, Rabu (9/9).
Fathir menuturkan ide konsep bungkus inilah yang membuat usahanya dinamai Warteg BUngKUS dengan 'ng' kecil. Sekilas, nama yang terbaca hanya Warteg Bu Kus sebagaimana nama-nama warteg pada umumnya.
''Warteg selama ini kan dikenalnya kampungan, gak higienis, gak keren. Nah kami berusaha mengubah pandangan tersebut,'' jelas Alexander Soegio menimpali.
Bicara soal menu juga komplit laiknya warteg pada umumnya. Total ada sekitar 30 varian lauk yang disuguhkan, seperti olahan cumi hitam, ayam bumbu rujak, sayur kangkung, tumis taoge, sambal tongkol hingga bala-bala. ''Mostly, semua menu jadi favorit. Khususnya ayam bumbu rujak,'' contohnya.
ADVERTISEMENT
Soal harga pun untuk ukuran menu dari segi cita rasanya pun cukup sepadan. Mereka menyediakan paket hemat dengan harga minimal Rp 19-21 ribu dengan isian varian lauk, mulai cumi hitam tumis kangkung, tumis taoge dan bala-bala. Tidak lupa sambal tongkolnya.
''Soal harga bisa menyesuaikan isi lauk. Relatif. Kita juga sangat terbuka melayani pesanan catering untuk acara-acara pesta, dinas ataupun instansi,'' tambah Soegio.
Seiring waktu, respons masyarakat mulai meningkat dan melirik warteg ini sebagai suguhan di meja makan. Penjualan dikatakan terus mengalami peningkatan signifikan hingga saat ini. ''Setiap harinya kalau ramai kita tembus 55 bungkus sehari, dari semua platform baik offline maupun online,'' pungkasnya.