Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Rekomendasi 10 Film Berbalut Kisah Religi
27 Mei 2017 20:45 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
Tulisan dari Tutur Literatur tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Yuk ngabuburit bareng film-film ini!
Image source: http://cdn3.thr.com
ADVERTISEMENT
Film-film bertemakan religi di Indonesia tak jarang menuai kesuksesan di Indonesia. Selain karena faktor populasi penduduk yang mayoritas muslim, film-film religi ini memiliki nilai dan kualitas tersendiri yang membuatnya mampu bersaing dengan film-film nasional lainnya. Selain menjadi sebuah tontonan yang menghibur, banyak sekali nilai-nilai moral serta keagamaan yang bisa dipetik dan diterapkan dalam kehidupan kita sebagai orang muslim. Berikut ini merupakan lanjutan rekomendasi film religi yang bisa kamu jadikan teman berkontemplasi sambil menunggu waktu berbuka nanti.
1. Sang Kiai
Sang Kiai merupakan salah satu film Indonesia yang bercerita tentang perjuangan menghadapi pendudukan Jepang di Indonesia. Jepang mulai menunjukkan taringnya dengan melarang pengibaran bendera merah putih, dilarangnya lagu Indonesia Raya berkumandang, serta memaksa masyarakat menghormati matahari. K.H Hasyim Asyari menolak menghormati matahari karena umat islam hanya boleh menyembah Allah SWT. Penolakan inilah yang membuat K.H Hasyim Asyar dintangkap. Putranya, yakni K.H Wahid Hasyim berupaya membebaskan ayahnya dengan menempuh jalan diplomasi, dan berhasil membebaskan K.H Hasyim Asyar.
ADVERTISEMENT
Namun perjuangan melawan Jepang tak berhenti sampai di situ. Jepang menggunakan organisasi Islam Masyumi yang diketuai K.H Hasyim Asyar untuk menggalakkan kegiatan bercocok tanam, akan tetapi hasilnya malah disetor ke Jepang. Saat sekutu kembali datang, Jepang mulai kalah. Memanfaatkan situasi melemahnya Jepang, Soekarno meminta K.H Hasyim Asyari untuk membantu mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan membentuk barisan santri melawan sekutu di Surabaya. Gerakan ini kemudian dikenal dengan sebutan Resolusi Jihad. Gema resolusi ini didukung semangat spiritual yang membuat rakyat Indonesia berani mati demi mempertahankan kemerdekaan.
2. Sang Pencerah
Sepulang dari Mekah, Ahmad Dahlan merasa sedih karena melihat masyarakat di kampungnya melaksanakan ajaran agama islam yang melenceng ke arah sesat. Salah satunya adalah arah kiblat yang melenceng. Dengan menggunakan kompas, dia membuktikan bahwa selama ini penduduk desa sembahyang tidak menghadap Ka'bah melainkan ke Afrika. Setelah dewasa, ia pun merintis pergerakan untuk mengubah arah kiblat melalui suraunta. Namun pendduk mengnggap Dahlan mengajarkan aliran sesat dan merusak keagungan keraton serta mesjid besar. Ia juga menghimbau masyarakat untuk menyembah kepada tuhan tanpa perantara kyai ataupun sesajian. Akan tetapi himauan itu membuatnya dimusuhi oleh orang-orang di kampungnya.
ADVERTISEMENT
Segala bentuk rintangan tak membuat Dahlan gentar dan purus asa. Ia bersama istrinya Siti Walidah dan kelima muridnya yang paling istimewa kemudian berjuang untuk membentuk sebuah organisasi yang diberi nama Muhammadiyyah dengan tujuan mengajak umat islan agar tidak terbelakang dan mampu mengikuti perkembangan zaman di Indonesia.
3. Bulan Terbelah di Langit Amerika
Hanum, seorang jurnalis wanita Indonesia menemani suaminya sekolah di Wina, mendapatkan tugas dari bosnya untuk membuat sebuah artikel berjudul "Would the world be better without Islam" untuk koran mereka yang semakin bangkrut. Gertrude Robinson yang merupakan bos Hanum memintanya untuk mewawancarai dua narasumber dari pihak muslim dan non muslim di amerika Serikat, yang merupakan keluarga korban WTC 11 September di New York. Sementara itu suami Hanum, Ranggadiminta bosnya Prof. Reinhard untuk mengikuti sebuah konferensi internasional tentang bisnis yang akan diisi oleh seorang filantropi dunia bernama Brown Philipus.
ADVERTISEMENT
Singkat cerita, Hanum menemukan satu narasumber non muslim bernama Michael Jones yang kurang menyetujui pembangunan Masjid Ground Zero. Pencarian satu narasumber lagi tak karuan karena ketika itu ada peringatan 11 September di kompleks Ground Zero. Hanum kemudian berlindung di sebuah masjid dan bertemu dengan seorang mualaf bernama Jullia Collins serta anaknya Azima. Semenara Rangga tak sengaja bertemu Philipus Bron dan mewawancarainya. Kejadian yang dialami Rangga dan Hanum secara tak terduga akan mempertemukan Jonse, Julia dan Brown dalam pertemuan yang manis.
4. Surga yang Tak Dirindukan
Pras dan Arini adalah simbol pernikahan yang ideal dan iimpikan oleh setiap orang dan pada kenyataannya mereka memang hidup harmonis bersama anak perempuan mereka yang bernama Nadia. Dikala sahabat-sahabat Arini diributkan oleh masalah perselingkuhan dan poligami, Arini tetap tenang karena ia percaya bahwa suaminya sangat setia. Pras memang sosok laki-laki seperti yang dibayangkan Arini. akan tetapi suat kejadian membawa mereka pada takdir lain. Pras menolong seorang perempuan bernama Meirose yang berupaya melakukan bunuh diri karena frustasi. Ia baru saja ditipu oleh laki-laki yang berjanji akan dinikahinya, padahal di perutnya ada janin berusia 7 bulan. Di luar dugaan, setelah melahirkan bayinya Meirose berupaya melakukan bunuh diri lagi. Karena merasa kasihan dan tak tega meninggalkan Meirose serta bayinya, Pras akhirnya menikahi Meirose dan resmi melakukan poligami. Pras menunggu waktu yang tepat untuk menyampaikan hal ini pada Arini, akan tetapi kesempatan tak kunjung datang sampai akhirnya Arini mengetahui bahwa Pras telah melakukan poligami.
ADVERTISEMENT
5. Hafalan Surat Delisa
Film Hafalan Surat Delisa merupakan film yang diangkat dari sebuah novel karangan Tere-Liye. Kisah dalam film ini menggunakan latar belakang kejadian nyata yakni Tsunami yang terjadi di Aceh pada tahun 2004 silam. Dikisahkan seorang anak bernama Delisa, berusaha mengingat hafalan salat demi lulus ujian sekolah dan mendapatkan hadiah dari ibunya. Namun tepat di hari ujian, terjadi gempa yang sangat dahsyat disusul dengan gelombang tsunami yang memporak porandakan Aceh, serta memisahkan Delisa dari ibu dan ketiga kakaknya.
Fokus film ini kemudian berubah, dengan menyoroti kehidupan Delisa pasca tsunami. Ayah Delisa yang bekerja di luar negeri pun pulang ke Aceh dan tinggal bersama Delisa di pengungsian. Ketegaran dan semangat Delisa tak pernah luntur walaupun ia tak bisa bertemu dengan ibu dan kakak-kakaknya. Ia juga tak patah semangat dan kehilangan kepercayaan diri walau harus kehilangan sebelah kakinya.
ADVERTISEMENT