Cegah Gerakan Radikal Melalui Integrasi Darul ‘Ahdi wa Syahadah

Konten dari Pengguna
4 September 2023 12:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Radikal di tempat pendidikan (Sumber: Pexels)
zoom-in-whitePerbesar
Radikal di tempat pendidikan (Sumber: Pexels)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Munculnya radikalisme, berawal dari fenomena yang terjadi di tengah masyarakat, maraknya isu gerakan anti nasionalisme menjadikan kerusakan tatanan sosial di komunitas masyarakat.  Hal ini menggugah masyarakat Indonesia yang berwawasan kebangsaan melakukan gerakan untuk mengantisipasi adanya aksi radikal tersebut.
ADVERTISEMENT
Menurut Klandermans, gerakan sosial adalah epifenomena dari perubahan sosial dan dari kerusakan tatanan sosial serta kerusakan pertalian yang berhubungan dengan perubahan sosial yang didasari oleh beberapa faktor yang muncul di dalam komunitas masyarakat.
Gerakan-gerakan radikal selama ini mencoba membuat metamorfosa dengan merekrut mahasiswa sebagai kalangan terdidik. Dengan cara ini, mereka memberikan kesan bahwa gerakan radikal yang hanya dipegang oleh masyarakat awam kebanyakan akan luntur dengan sendirinya. Pola rekrutmen mahasiswa oleh kalangan radikal di kampus menjadi perhatian khusus bagi beberapa pimpinan perguruan tinggi sehingga beberapa pimpinan perguruan tinggi melakukan tindakan pencegahan gerakan radikal, tak terkecuali di perguruan tinggi Muhammadiyah/Aisyiyah.
Penegasan komitmen kebangsaan Muhammadiyah perlu mendapatkan respon aktif dari seluruh penyelenggara dan insan akademika untuk mewujudkan internalisasi sikap wawasan kebangsaan. Seluruh aktivitas pembelajaran di lingkungan perguruan tinggi Muhammadiyah/Aisyiyah harus dapat menjunjung dan menguatkan misi tersebut dengan mengintegrasikan ke dalam kegiatan intra maupun ekstra kampus.
ADVERTISEMENT
Radikal merabah ke mahasiswa (Sumber: Pexels)
Pemberian materi kemuhammadiyahan diupayakan untuk membentengi mahasiswa terhadap pengaruh ideologi, khususnya radikal. Meskipun  materi  kemuhammadiyahan telah  diberikan   dalam  mata  kuliah  sebagai  penguatan  ideologi,  akan tetapi  tidak  semua  mahasiswa  akan   mempunyai wawasan kebangsaan yang sama terhadap negara, bahkan materi kemuhammadiyahan hanya dipandang sebagai formalitas teori  mata kuliah yang harus diampu. Oleh karena itu, perlu adanya peninjauan  terhadap kurikulum  Al Islam dan Kemuhammadiyahan yang seharusnya digunakan  sebagai  acuan  untuk  memperoleh  pengetahuan, pemahaman mengembangkan keahlian, dan mengubah apresiasi sikap serta nilai- nilai wawasan kebangsaan, serta pendorong penyebaran radikal.
ADVERTISEMENT
Hal ini dikarenakan konsep Negara Pancasila sebagai Darul ‘Ahdi Wa Syahadah merupakan hasil dari Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar tahun 2015 perlu ditambahkan dalam kurikulum AIK III. Melihat dari historis Kurikulum AIK,  Majelis Dikti PP Muhammadiyah telah melakukan rekonstruksi kurikulum Al Islam dan Kemuhammadiyahan III (AIK III) dengan memasukkan materi nilai-nilai kebangsaan. Sinkronisasi antara materi AIK dengan perkembangan pemikiran Muhammadiyah mendorong tim kurikulum AIK Universitas Muhammadiyah Sidoarjo untuk mengintegrasikan materi Darul ‘Ahdi Wa Syahadah dalam Hidden Curriculum AIK III di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Upaya yang dilakukan universitas Muhammadiyah untuk memberikan dengan penguatan nasionalisme mahasiswa adalah melalui pemberian materi wawasan kebangsaan dalam mata kuliah Al Islam dan Kemuhammadiyahan III. Namun, capaian pembelajaran yang berupa nilai-nilai kebangsaan belum pernah dianalisis sampai pada aktualisasinya. Hal ini perlu dilakukan untuk mengubah pandangan bahwa materi wawasan kebangsaan dalam mata kuliah Al Islam dan Kemuhammadiyahan III dianggap hanya sebagai formalitas teori saja tanpa diaktualisasikan ke dalam tindakan praksis sehingga dari hasil observasi awal, karakter kebangsaan mahasiswa belum terinternalisasi dengan maksimal.
ADVERTISEMENT
Atasi radikal dengan kemuhammadiyahan (Sumber: Pexels)
Proses implementasi hidden Curriculum materi Darul ‘Ahdi Wa Syahadah dalam mata kuliah Al Islam dan Kemuhammadiyahan 3 dilaksanakan pada pertemuan ke 14 tema “Peran Kebangsaan Muhammadiyah”. Sasarannya adalah semua mahasiswa semester 3 di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Dalam hal ini  bersinergi dengan dosen pengampu mata kuliah AIK 3 dalam pemberian materi Darul ‘Ahdi Wa Syahadah dengan mengirimkan pedoman materi kepada masing-masing dosen pengampu untuk diinput di pembelajaran melalui elearning.
Aktualisasi materi wawasan kebangsaan membuktikan bahwa mahasiswa mampu menerapkan nilai-nilai dalam kegiatan sosial dan kesusilaan. Disini fungsi pendidikan untuk perbaikan yang konstan sesuai dengan konsep demokrasi pendidikan Dewey “education as a necessity of life”  terlaksana. Konsep demokrasi pendidikan “education as a social function” ditunjukkan dalam proses perkuliahan AIK III yang menjadikan perubahan pada mahasiswa secara gradual dalam beberapa aktivitas atau mengaktualisasikannya dengan tujuan tertentu. Kegiatan yang mereka pilih sebagai wadah untuk mengaktualisasikan nilai beragam.
ADVERTISEMENT
Perasaan sosial berupa  nilai-nilai kebangsaan  merupakan capaian pembelajaran dalam perkuliahan AIK III dengan kekuatan dari penyampaian materi dan  strategi masing-masing yang menggambarkan konsep Dewey “education as direction”. Dari kegiatan yang menjadi aktualisasi mahasiswa membuktikan telah terjadi perbaikan atas diri mahasiswa dan sebuah pembentukan diri. Hal ini seiring dengan pandangan Dewey dalam konsepnya  “education as growth”. Pembiasaan-pembiasaan sikap dalam mengaktualisasikan nilai kebangsaan yang dilakukan sebagai tanggung jawab mahasiswa di masa mendatang, sesuai dengan pernyataan John Dewey, bahwa ”preparing or getting ready for some future duty or privilege” sehingga mampu menjadi individu yang tangguh dalam menangkal radikalisme.
ADVERTISEMENT
Penyunting: Romadhona S.