Harmonisnya Keluarga Kunci Utama Kehidupan di Masyarakat

NEWS UAD
Informasi terkini Universitas Ahmad Dahlan
Konten dari Pengguna
20 Desember 2021 16:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari NEWS UAD tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kehidupan bermasyarakat merupakan salah satu hal yang tidak boleh terabaikan karena manusia adalah makhluk sosial. Dalam bermasyarakat, manusia mendapatkan suatu proses hidup yang sangat bernilai, baik untuk diri sendiri maupun pada urusan yang meliputinya. Saat hal itu diabaikan dan tidak dilaksanakan dengan bijak, maka dampak sebaliknya akan diperoleh, yakni kesulitan dan tidak mendapat kesejahteraan.
Ustaz Drs. H. Anhar Anshory, M.S.I., Ph.D., Kepala LPSI Universitas Ahmad Dahlan (UAD) sebagai pemateri di Kajian Rutin ba’da Maghrib Aqidah Akhlak (Foto: Didi)
“Pada perspektif Islam, tentu masyarakat akan baik secara keseluruhan tergantung pola hidup di masyarakat itu sendiri. Maka dari itu, harus dibicarakan bagaimana internalisasi tauhid ini berawal di dalam hidup berkeluarga. Mengapa? Sebab keluarga berkaitan dengan tetangga dan keduanya bagian dari masyarakat. Jika di suatu wilayah kehidupan keluarga berjalan baik, maka tetangga pun sama halnya, dan berdampak luas di kehidupan bermasyarakat,” terang Ustaz Drs. H. Anhar Ansyory, M.S.I., Ph.D.
ADVERTISEMENT
Ia mengisi Kajian Rutin Ba’da Magrib Aqidah Akhlak yang diadakan oleh Universitas Ahmad Dahlan (UAD) melalui Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI) UAD, Masjid Islamic Center UAD, dan Pesantren Mahasiswa K.H. Ahmad Dahlan (Persada). Anggota Majelis Tabligh PP Muhammadiyah sekaligus Kepala LPSI UAD tersebut memberikan nasihat pentingnya terkait hidup bijak bermasyarakat. Kajian ini disiarkan langsung di kanal YouTube Masjid Islamic Center UAD, pada Kamis, 16 Desember 2021.
Dengan tema “Internalisasi Tauhid pada Kehidupan Bermasyarakat sedari Keluarga”, Anhar menyampaikan bahwa tauhid dalam bermasyarakat merupakan konsekuensi dari tauhid Rububiyah dan Uluhiyah. Tauhid Rububiyah ialah bagaimana manusia bersikap ideal dari segi dunia dengan praktiknya di kehidupan bermasyarakat, sedangkan tauhid Uluhiyah adalah ibadah atau bentuk pendekatan manusia kepada Allah.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut ia menjelaskan, Islam memulai dari bawah yakni keluarga, seperti yang terdapat di dalam Surah At-Tahrim ayat 6. Ayat ini mengandung konteks dakwah dan pendidikan, karena pendidikan adalah bagian dari dakwah. Untuk mewujudkan keluarga yang harmonis disertai ketaatan pada Allah, maka harus diawali dengan proses yang cermat dan kepekaan. Dalam proses ini berawal dari mencari pasangan hidup karena pasangan adalah pilar utama dalam berkeluarga. Itulah alasan dalam perspektif pendidikan Islam menikah adalah suatu proses seleksi manusia, makanya jangan gegabah dan mendahului hawa nafsu semata.
Manusia tidak memakan agama tetapi dengan agama manusia bisa menapaki jalan hidup secara benar. Agama mampu membimbing di segala aspek kehidupan dengan nilai yang terkandung di dalamnya. Dengan agama manusia mampu mengemban hidup berumah tangga secara baik.
ADVERTISEMENT
“Jika komunikasi yang baik telah dimiliki, maka seseorang akan mampu menghadapi berbagai dimensi permasalahan yang dihadapi. Apa pun yang diperoleh di dunia harus tetap disyukuri. Tidak lupa juga bahwa keharmonisan dalam keluarga tidak boleh padam, ia harus menyinari diri sendiri dan orang lain di sekitarnya, sehingga menciptakan kehidupan masyarakat yang cemerlang,” tutup Anhar. (didi)